Lagu Yamko Rambe Yamko Jadi Kontroversi, BPNB Papua Teliti

Round-Up

Lagu Yamko Rambe Yamko Jadi Kontroversi, BPNB Papua Teliti

Tim detikcom - detikNews
Minggu, 28 Jun 2020 08:00 WIB
Peta Papua
Foto: Peta Papua. (Screenshot google maps)
Jakarta -

Asal muasal Lagu Yamko Rambe Yamko heboh dipertanyakan di lini masa dan menuai polemik. Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Papua turun tangan meneliti bahasa dan linguistik lagu tersebut.

Lagu Yamko Rambe Yamko selama ini dikenal sebagai lagu daerah berasal dari Papua. Kini muncul pembahasan di lini masa yang menyebut lagu itu bukan bahasa Papua.

Polemik soal lagu ini awalnya dicuit oleh akun Twitter @PapuaItuKita, pada Jumat (26/6). Hingga Sabtu (27/6/2020) pukul 12.15 WIB, cuitan itu mendapat like 11.300 kali dan di-retweet sebanyak 4.300 kali oleh netizen hingga viral.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lagu Yamko Rambe Yamko, lagu daerah Irian Jaya/Papua. Artis besar sampai anak sekolah menyanyi lagu itu. Coba cek tanya ke orang Papua itu lagu dari Papua mana, bahasa Papua mana? orang Papua tidak tahu & tidak mengakui itu sebagai lagu daerah. Siapa Paksa jadi lagu Papua?," tulis akun Twitter itu seperti dilihat detikcom.

"Tidak ada utas lanjutan tentang ini, karena memang tidak tahu bahasa Papua dari suku mana atau itu bahasa daerah mana. Kalau ada yang tahu, silakan kasih informasi," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Berikut lirik lagu Yamko Rambe Yamko tersebut:

Hee yamko rambe yamko aronawa kombe
Hee yamko rambe yamko aronawa kombe

Teemi nokibe kubano ko bombe ko
Yuma no bungo awe ade
Teemi nokibe kubano ko bombe ko
Yuma no bungo awe ade

Hongke hongke hongke riro
Hongke jombe jombe riro
Hongke hongke hongke riro
Hongke jombe jombe riro

Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Papua Ditjen Kebudayaan Kemendikbud mengatakan belum ada literatur pasti soal asal bahasa lagu itu.

"Dari peneliti saya, memang belum ada data pasti, literatur yang menyatakan itu dari mana. Tetapi dari beberapa kata yang ada di situ, seperti 'yamko', itu ada 'marga' di Genyem (salah satu daerah di Papua)," kata Kepala UPT BPBN Papua Dessy Polla Usmani saat dihubungi detikcom, Sabtu (27/6/2020).

Dessy juga berkomunikasi dengan seseorang yang pernah mewawancarai salah satu tokoh masyarakat Biak. Tokoh masyarakat Biak itu menyebut lagu Yamko Rambe Yamko bukan bahasa Biak.

"Dia menginfokan hasil wawancara dia dengan salah satu tokoh masyarakat Biak, itu bukan bahasa Biak. Tetapi dulu di masa Belanda tahun 1963 itu katanya ada seorang seniman datang mengajar. Ini perlu diteliti," ujarnya.

Karena itu, dia belum bisa menjelaskan pasti arti dari Yamko Rambe Yamko itu. Namun beberapa kata di lagu tersebut ada di Papua.

"Itu kan bahasanya belum diketahui bahasa apa. Cuma tadi yang kami bahas dari kata-kata itu, ada kata-kata yang misalnya 'yamko' itu ada satu marga, aronawa, terus ada satu sungai di Genyem itu Grime Nawa, maksudnya dihubungkan kira-kira. Terus kombe biasanya ada teman itu dari Genyen panggil kombe artinya saudara laki-laki. Kombe atau kumbe," paparnya.

Dessy juga sudah mencoba bertanya ke grup percakapan seniman-seniman di Papua. Hasilnya, juga belum dipastikan asal bahasa itu.

"Ada grup seniman, 'Nggak ada literatur ngomong itu, nggak tahu itu bahasa dari mana, hanya itu dulu dinyanyikan oleh anak-anak Papua, sehingga diketahui dari Papua'," kata Dessy menirukan ucapan seniman itu.

Dessy menegaskan pihaknya akan meneliti lebih jauh soal lagu Yamko Rambe Yamko. Dia juga akan melibatkan pakar bahasa dan linguistik.

"Akan diteliti lebih jauh oleh Balai Pelestarian Budaya Papua juga berkolaborasi dengan tokoh bahasa, tokoh linguistik, untuk jangan sampai, mungkin itu ditulis oleh orang mana tapi dikatakan oleh orang Papua," kata Dessy.

"Intinya ada beberapa kata di dalam lagu itu yang menunjukkan arah yang mungkin bisa digali, tapi belum tentu benar. Seperti 'yamko', ada marga," tuturnya.

Dessy menjelaskan, dari 300 bahasa di Papua, saat ini tinggal sekitar 200. Bisa saja Yamko Rambe Yamko dari bahasa yang penuturnya berkurang. Karena itu, pihaknya akan meneliti lebih dalam lagi.

"Ini (bahasan) bagus, jangan sampai termasuk bahasa-bahasa yang punah, kan. Ketika ini diangkat, bisa memunculkan kembali bahasa itu. Dari 300 sekian, sisa 200-an kan bahasa di Papua karena penuturnya berkurang. Nah, bisa saja yang mengarang ini termasuk kelompok penutur yang semakin berkurang itu, makanya semakin banyak yang tidak tahu kata-katanya. Makanya bukan berarti bukan berasal dari Papua, bisa saja dari Papua tapi mungkin dari bahasa yang penuturnya semakin berkurang dan sisa beberapa orang, sehingga tidak ada lagi orang yang ngerti bahasa itu kecuali mereka dan mereka itu ada di mana itu yang sedang kita cari," paparnya.

"Mari kita mencari dengan meneliti linguistiknya, persebaran manusianya untuk akhirnya kita mendapatkan," pungkasnya.

Halaman 2 dari 3
(aan/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads