7 Rumah Hancur-Hanyut Akibat Longsor di Palopo, Akses Jalan Masih Terputus

7 Rumah Hancur-Hanyut Akibat Longsor di Palopo, Akses Jalan Masih Terputus

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 27 Jun 2020 17:59 WIB
Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman meninjau lokasi bencana longsor di Jalan Trans Sulawesi Palopo-Toraja
Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman meninjau lokasi bencana longsor di Jalan Trans Sulawesi Palopo-Toraja. (Foto: dok. Humas Pemprov Sulsel)
Palopo -

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Selatan melaporkan tujuh rumah hancur akibat bencana tanah longsor di Kelurahan Battang Barat, Kecamatan Wara Barat, Kota Palopo. Lima di antaranya hanyut.

"Ada tujuh rumah dan warung warga hancur, dan lima di antaranya hanyut terbawa longsoran," kata Kepala BPBD Sulsel Ni'mal Lahamang saat dimintai konfirmasi terkait perkembangan terbaru penanganan bencana di Palopo, Sabtu (27/6/2020) seperti dilansir Antara.

Mengenai dampak bencana pascakejadian, sesuai laporan Wali Kota Palopo HM Judas Amir, kata Ni'mal, aksesibilitas transportasi dari Kabupaten Toraja Utara ke Kota Palopo maupun sebaliknya putus karena jalan longsor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan kerugian materi warga setempat ditaksir senilai Rp 5 miliar. Untuk korban jiwa, informasi terbaru tidak ada. Namun jumlah pengungsi tercatat sebanyak 60 orang dengan jumlah 10 keluarga.

Dari kronologi kejadian, bencana di Kelurahan Battang Barat, Kecamatan Wara Barat, kilometer 24, Kota Palopo, itu kembali terulang.

ADVERTISEMENT

Peristiwa bencana alam kali ini sangat parah karena menghanyutkan badan jalan nasional yang menghubungkan Kota Palopo ke Kabupaten Toraja Utara.

Tanah pada tebing gunung mengalami longsor karena intensitas hujan yang sangat tinggi, sehingga mengakibatkan ruas jalan tersebut amblas dan terputus sepanjang kurang-lebih 180 meter. Longsoran itu merusak jalan serta menghanyutkan rumah serta warung warga yang terdapat di lokasi kejadian.

"Faktor penyebab lain adalah terjadi perubahan alih fungsi hutan yang mengakibatkan kerusakan ekosistem membuat kondisi hutan tidak berfungsi dengan baik sebagai resapan air mengakibatkan tanah longsor," katanya.

Kejadian longsor, beber dia, bukan hanya kali ini, tetapi sebelumnya juga terjadi pada 10-14 dan 25 April 2020. Kemudian kembali terjadi pada 3 Mei, lalu berlanjut pada 8, 9, 15, dan 18 Juni dengan skala kecil, hingga puncaknya pada Jumat (26/6) sore.

Mengenai upaya yang dilakukan, BPBD Kota Palopo saat menerima laporan warga, bersama Tim Reaksi Cepat (TRC) bertindak cepat ke lokasi, untuk memantau sekaligus mengevakuasi barang-barang warga.

Selanjutnya mengedukasi masyarakat setempat segera mengungsi karena masih ada potensi longsor susulan. Saat ini dibutuhkan personel untuk membantu penanganan bencana, serta anggaran yang akan digunakan merehabilitasi infrastruktur yang telah rusak seperti rumah warga dan akses jalan yang ikut hanyut terbawa longsor.

"Dibutuhkan sandang dan pangan untuk korban bencana. Kendalanya, komunikasi telepon terhambat karena jaringan tidak ada. Dan penyediaan infrastruktur sanitasi atau MCK bagi pengungsi," ungkapnya.

Pemerintah Kota Palopo telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat, khususnya di sekitar lokasi kejadian yang rawan longsor, agar tidak membangun permukiman di daerah milik jalan atau jamida.

Pemkot dan instansi terkait serta segenap pihak lain segera membantu masyarakat yang terdampak bencana baik sandang, pangan, dan papan serta meminta semua pihak berpartisipasi untuk menuntaskan secepat mungkin daerah yang mengalami kejadian bencana tersebut.

Halaman 2 dari 2
(idh/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads