Sejumlah peristiwa menyedot perhatian publik di Jabar selama sepekan terakhir. Awal pekan dibuka dengan misteri munculnya kapal karam di Pantai Cikembang, Cisolok, Kabupaten Sukabumi di google maps. Begitu pun dengan kelahiran kambing bermata satu, sehingga diidentikan dengan sosok 'dajjal' di Sumedang.
Sudah tahu ada jalan di Bandung yang buka 30 tahun sekali? Lalu, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jabar pun berakhir, dan menyambut era new normal atau adaptasi kebiasaan baru. Apa saja yang terjadi di selama sepekan di Jabar ? berikut ulasannya
1. 'Kapal Karam' di Sukabumi Terlihat di Google Maps
Penampakan 'kapal karam' di Perairan Pantai Cikembang, Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, sempat menyita perhatian khalayak. Pasalnya, gambar tersebut terekam dalam Google Maps. Berbagai spekulasi pun muncul terkait misteri kapal tersebut, walau akhirnya terungkap jua.
Informasi tersebut diberikan Irwanto, Manajer Administrasi PT Indonesia Power UJP Palabuhanratu. Irwanto menduga gambar dalam citra satelit google tertumpuk dengan gambar sebelumnya, sehingga seperti kapal karam.
"Sebagai info, pecitraan awal 20 Maret 2019 ada pembongkaraan menggunakan MV. Intan Baruna. Pengambilan berikutnya bulan 12 Mei 2019, yang kapalnya sudah berangkat ke PLTU lain," kata Irwanto kepada detikcom, Senin (22/6/2020).
Irwanto mengaku sudah mengkonfirmasi langsung informasi itu langsung ke pihak yang berhubungan dengan kapal itu. "Bukan (kapal karam) itu sudah konfirmasi langsung kemanajernya," imbuhIrwanto.
Menurut Irwanto aktivitas bongkar muat itu dilakukan karena situasi ombak besar hingga akhirnya terpaksa dilakukan di perairan tersebut yang kemudian tertangkap oleh citra satelit google.
"Dulu kan karena ombak gede, ditampung dulu di tongkang baru digiring ke sini (PLTU)," ujarnya.
Terkait hasil citra satelit google Irwanto menduga gambar sebelumnya tertumpuk dengan gambar terbaru. "Ditumpuk gambarnya, kelihatannya jadi seperti kapal karam," jelas Irwanto.
Sebelumnya, warganet di Sukabumi heboh dengan kemunculan benda mirip kapal karam yang muncul di perairan Pantai Cikembang. Beragam asumsi bermunculan berdasarkan literasi sejarah dan IT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tonton juga 'Keindahan Pantai Cikembang yang Disorot Gegara 'Kapal Karam'':
2. Sudah Tahu Ada Jalan di Bandung yang Dibuka 30 Tahun Sekali?
Panjangnya mungkin tak lebih dari 25 meter, tapi sepenggal jalan ini bisa disebut paling istimewa di Kota Bandung. Alasannya, jalan ini hanya dibuka setiap 30 tahun atau tiga dekade sekali, tepatnya saat momen 30 tahunan peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1985 dan tahun 2015.
Jalan tersebut merupakan Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista) yang terpenggal oleh lintasan rel kereta api. Lokasinya diapit oleh Jalan Stasiun Timur di sebelah selatan dan Jalan Kebun Jukut di sebelah utara.
Pengamat sejarah Bandung dari Komunitas Aleut Hevi Fauzan ingat betul ketika ia melihat pagar menjulang yang menutup akses jalan Otista tersebut dibuka pada tahun 1985. Hevi kecil begitu terkesima ketika melihat iring-iringan mobil delegasi KAA melintas di hadapannya melibas secuil Jalan Otista tersebut.
"Tahun 1985 itu dibuka karena itu 30 tahunan, saya lihat lagi 2015 itu dibuka lagi karena event peringatannya 60 tahun (KAA). Itu dibuka untuk memudahkan delegasi ke sana (dari Gedung KAA ke Gedung Pakuan), jadi enggak memutar ke Viaduct. Itu jalan paling panjangnya hanya 20 meter," kata Hevi saat dihubungi detikcom.
Secuil jalan Otista ini memang tak kasat mata bila dilihat sekilas. Jalan tersebut, selain bersinggungan dengan rel kereta api juga tertutup oleh pagar yang menjulang tinggi di kedua sisinya. Belum lagi terdapat pedagang kaki lima dan lapak kios ban yang membuat siapapun tak menyangka ada jalan yang sarat dengan sejarah.
Dilihat di peta modern, terlihat jalan Otista yang terpotong oleh rel kereta di Stasiun Timur. Padahal dulunya jalur dari Pasarbaru hingga Gedung Pakuan tak terputus.
Usut punya usut, dulu jalan tersebut dinamai Residentweg (Jalan Residen). Di ujung jalan berdiri Kantor Residen yang dibangun pada tahun 1864 dan selesai pada 1867. Kini Kantor Residen dijadikan Gedung Pakuan, atau akrab disebut 'gubernuran', karena memang dijadikan rumah dinas Gubernur Jabar.
Dulu jalan itu membentang dari Gedung Pakuan, Pasar Baru hingga Pendopo yang berada di Alun-alun Kota Bandung. Petugas penjaga akan menutup palang pintu bila ada kereta yang lewat. Namun kini, kendaraan harus memutar ke arah Jalan Kebun Jukut Selatan-Viaduct-Kebun Jukut Utara, karena terpagar tadi.
"Kalau sekarang harus belok dulu ke Viaduct, kalau asumsi saya itu (jalan ditutup) untuk mengendalikan arus lalu lintas. Sekitar tahun 1970-an, jalan tersebut ditutup. Bisa dibayangkan ketika itu ada kendaraan dan kereta api yang padat," kata Hevi.
Penutupan jalan itu dibarengi dengan pembangunan jembatan pejalan kaki, yang dibangun melintang di atas lintasan rel kereta. Proyek pembuatan jembatan baru Viaduct, kata Hevi, dikerjakan oleh perusahaan konstruksi Aannemer Lim A Goh, dan Viaduct menemukan bentuknya seperti sekarang.
Menurut Hevi, pada tahun 1864 Bandung ditunjuk sebagai Ibukota Keresidenan Priangan (Preanger) oleh Residen van der Moor. Agar memudahkan koordinasi dengan Pendopo atau kantor bupati ketika itu, dibangunlah jalan Residentweg, yang kini menjadi Jalan Otista.
"Secara bentuk enggak berubah sejak pembangunan Gedung Pakuan, mungkin sebelum Pakuan itu jalannya masih kecil, jalan setapak atau apa. Pakuan, Babakan Bogor, Kebon Kawung sudah dilirik pemerintah Kabupaten Bandung untuk memindahkan ibukota dari Dayeuhkolot," katanya.
Satu fakta menarik soal jalan Kebun Jukut tempo dulu, di ujungnya yang berdekatan dengan Suniaraja dibangun rumah pelukis legendaris Belgia, AAJ Payen yang datang ke Nusantara tahun 1817. Ia merupakan guru dari maestro lukis Raden Saleh.
3. Kambing 'Dajjal' Sumedang
Anak kambing bermata satu yang membetot perhatian warga Sumedang, Jawa Barat, tak mampu bertahan hidup. Kambing betina yang disebut 'dajjal' oleh segelintir orang itu mati pada Selasa (23/6) sore.
Cucu Sunarya, perangkat Desa Cigentur, mengatakan kematian anak kambing bermata satu itu dikarenakan tidak bisa mencerna makanan. Bahkan sebagian warga menduga matinya kambing tersebut gegara sulit menerima asupan makanan.
"Tidak ada faktor lain, kedinginan juga tidak, karena kemarin nggak ada hujan. Susah makan saja, pas lahir juga dikasih susu cuma bisa setetes, pakai dot," kata Cucu saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (24/6/2020).
Anak kambing yang lahir pada Senin (22/6) itu fisiknya berbeda dengan kambing pada umumnya. "Itu umurnya tidak bertahan lama, cuman dua hari," katanya.
Selain itu, kata Cucu, warga dan perangkat desa merasa kehilangan hewan itu. "Sampai-sampai (anak kambing mata satu) sempat menghebohkan warga, jadi mereka merasa kehilangan," ucapnya.
"Jelas warga dan perangkat desa merasa menyayangkan. Ada warga juga yang sampai mengeluarkan air mata," Cucu menambahkan.
Dalam sejumlah literatur, Dajjal disebut sebagai makhluk bermata satu. Cerita tentang Dajjal inilah yang mungkin membuat warga kemudian menyematkannya pada kambing bermata satu itu.
4. Jawa Barat Masuki Fase New Normal atau AKB
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengumumkan bahwa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tingkat provinsi tidak dilanjutkan. Artinya, 100 persen daerah di Jabar, kecuali Bodebek akan melaksanakan adaptasi kebiasaan baru (AKB) atau new normal.
Sedianya, PSBB proporsional tingkat provinsi Jawa Barat itu berakhir pada hari ini, Jumat (26/6/2020). PSBB yang terakhir dilakukan tersebut, merupakan persiapan menuju era AKB atua new normal. "Seluruh Jawa Barat har ini tidak ada lagi PSBB, sudah diputuskan kita semuanya 100 persen melaksanakan AKB," ujar Kang Emil di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (26/6/2020).
Kang Emil mengatakan, keputusan dihentikannya PSBB itu berdasarkan pada angka reproduksi virus yang terus bertahan di bawah 1 selama 6 minggu terakhir. Hal itu sudah sesuai dengan petunjuk dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Walau judulnya AKB tapi kewaspadaan tidak turun, tapi improvisasi lokalisir di desa/kelurahan di skala mikro pmebatasan tetap dilakukan, tapi skala Jabar dihentikan, dan dilanjutkan dengan kebijakan lokal," katanya.
Sementara itu, untuk wilayah Bodebek yang meliputi Kabupaten dan Kota Bogor, Kota Depok, serta Kota dan Kabupaten Bekasi akan tetap mengikuti kebijakan PSBB transisi yang ditetapkan DKI Jakarta hingga 4 Juli mendatang. Daerah tersebut dikhususkan, karena menjadi penyangga langsung dari Jakarta yang menjadi episentrum COVID-19.
"Saya juga akan ke Bogor, melakukan pengecekan di rumah ibadah, pasar, terminal atau stasion KRL Jakarta-Bogor, untuk memastikan pengetesan terus dilanjutkan," ujarnya.
Ia pun memastikan pengetesan masif akan terus dilaksanakan, khusunya di pusat perbelanjaan seperti pasar, kemudian tempat pariwisata dan titik berangkat-kedatangan transportasi antardaerah. "Rumah sakit juga 27 persen keterisian, dokter sudah lebih baik dan tidak stress dengan beban. Kita juga akan iringi dengan 627 ambulans yang diubah menjadi mobil COVID tes," katanya.
5. Wisatawan Puncak Bogor Reaktif COVID-19
Sebanyak 88 pengunjung kawasan Puncak Bogor dan Cipanas Cianjur terindikasi reaktif setelah menjalani pengetesan di lima titik. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, mayoritas pelaku perjalanan tersebut merupakan wisatawan dari Jakarta.
"69 (akhirnya diralat jadi 88, red) dari 2000-an pengunjung puncak Bogor & Cipanas Cianjur ditemukan reaktif saat rapid test massal. Mayoritas wisatawan dari Jakarta," ujar Ridwan Kamil dalam akun Twitternya @ridwankamil, Senin (22/6/2020)
"Segera ditindaklanjuti dengan swab dan kontak tracing. Gugus Tugas Provinsi akan terus sidak dan random sampling selama AKB di tempat-tempat keramaian. Mari disiplin," ujar pria yang akrab disapa Kang Emil itu menambahkan.
Koordinator Sub Divisi Pengawasan dan Penegakan Aturan GTPP Jabar Dedi Taufik mengatakan, 88 pengunjung tersebut didapatkan dari 1.540 pengetesan. Operasi tersebut berlangsung selama dua hari, yakni pada Sabtu dan Minggu (20-21/6/2020)
Dedi mengatakan pada hari pertama tes dilakukan di empat titik, yakni Rest Area Segar Alam Kab. Cianjur, Area Masjid Atta'awun, Argowisata Gunung Mas, dan Simpang Gadong Ciawi. Selanjutnya, tes digelar di Taman Wisata Matahari.
Kemudian, ujar Dedi, para pelaku perjalanan tersebut akan segera ditindaklanjuti dengan pemeriksaan swab test. Pemeriksaan sampel akan dilakukan di Labkesda Jabar dan mobil PCR yang difasilitasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar menargetkan 400 pengetesan di setiap titik. Dedi mengatakan, 2.000 alat rapid test dan 500 swab test disediakan dalam operasi gabungan kala itu.
"Kami antisipasi pergerakan yang masuk ke wilayah Bogor dan Cianjur. Karena Bogor dan Cianjur ini kan lintasan dan tujuan, terutama untuk wisata," ucap Dedi.