Pedagang bakso di Jakarta Barat yang meludahi mangkuk dagangannya untuk penglaris bikin heboh. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Medan punya saran tersendiri agar warga terhindar dari makanan 'berpenglaris' itu.
Ketua MUI Medan M Hatta awalnya menjelaskan pihaknya belum pernah menerima laporan soal adanya pedagang yang terbukti menggunakan penglaris di Medan. Meski demikian, dia tak menepis ada oknum pedagang yang menggunakan hal tertentu sebagai penglaris.
"Sejauh saya tahu, nggak pernah ada, ya. Kalaupun cerita-cerita itu, kalau nggak salah, di Jawa. Memang banyak kayak gitu yang kadang kadang cacinglah dimasukkan, ada anak tikuslah, untuk penglaris katanya. Tapi kalau di Medan saya belum pernah dapat informasi," kata Hatta, Jumat (26/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hatta menilai makanan dengan 'penglaris' ini bisa berpengaruh terhadap halal-tidaknya makanan tersebut. Dia mengatakan, jika seorang warga tahu suatu tempat makan menggunakan penglaris, makanan tersebut bisa menjadi tidak halal, apalagi penglarisnya adalah bahan menjijikkan.
"Kalau dia tahu bahwa dia makan di tempat itu yang bercampur dengan sesuatu yang tidak halal, seperti meludah, menjijikkan itulah yang membuat tidak halal. Apalagi bisa berdampak pada penyakit dan sebagainya. Yang jelas, kalau dia tahu bahwa tempat itu menggunakan cara-cara seperti itu, dia tidak boleh makan tempat itu. Haram hukumnya. Tapi kalau dia tidak tahu, ya nggak ada masalah," ucapnya.
Dia mengatakan penggunaan penglaris itu merupakan bentuk syirik. Apalagi, katanya, penglaris itu berkaitan dengan jin.
"Itulah yang namanya syirik. Mengakui kekuatan lain selain kekuatan Tuhan dalam masalah-masalah hubungan dengan kehidupan manusia. Dia yakin ada jin yang melindungi dia, ada jin yang memberikan rezeki kepada dia," tutur Hatta.
Lalu, apakah ada cara tertentu agar terhindar dari tempat makan 'berpenglaris'?