Kisah relawan pemulasaraan jenazah virus Corona atau COVID-19, Kristanto (39) yang memilih isolasi di tangki air menjadi perbincangan. Rencananya Kristanto dan 12 relawan BPBD Kudus lainnya bakal diberi penghargaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Informasi dapat penghargaan tidak lepas dari video yang sempat viral keberadaan teman-teman (relawan) juga. Ini menjadi simpati BPNB dan ini masih rencana baru," Kepala BPBD Kudus Bergas C Penanggungan saat ditemui wartawan di pendapa Kabupaten Kudus, Jumat (26/6/2020).
Bergas menuturkan pemberian penghargaan itu semula akan diberikan oleh Ketua Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan COVID-19 Nasional pada Kamis (25/6) malam secara virtual. Bergas mengatakan pihaknya diminta untuk menyiapkan 13 nama relawan yang tergabung dalam tim pemulasaraan jenazah COVID-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita menyiapkan data 13 relawan, itu data sudah kami kirim tadi malam. Kita menunggu saja. Informasi Pusdalops penghargaan secara virtual akan disampaikan oleh gugus nasional," ujarnya.
Bergas menyebut penghargaan ini merupakan apreasiasi atas dedikasi para relawan dalam penanganan jenazah pasien Corona. Selain itu mereka juga dengan tulus bekerja demi kemanusiaan.
"Terlepas dari video yang viral dan mengenai keberadaan teman-teman menjadi simpati BPBD, mengenai honor atau insentif belum ada," terangnya.
"Karena dedikasi teman relawan, kedua informasi sampai atas penjelasan kondisi yang ada mengenai honor atau insentif belum ada. Sehingga ini perlu ada perhatian," jelas Bergas.
Terpisah, salah satu relawan tim pemulasaraan jenazah Corona, Kristanto (39) mengaku sudah mendengar akan mendapatkan penghargaan dari BNPB. Relawan yang jadi sorotan karena memilih isolasi diri di tangki air itu merasa bangga dengan penghargaan tersebut.
"Rencana penghargaan itu diberikan Kamis malam, tapi masih pemakaman tidak bisa hari ini. Pokoknya nanti ada pemberitahuan lagi," kata Gundul begitu sapaan akrabnya saat ditemui di Kantor BPBD Kudus siang ini.
"Ya kalau tanggapan bangga karena tingkat nasional. Kalau tujuan tidak sampai penghargaan, tujuannya kemanusiaan saja," terangnya.
Pria yang menjadi relawan sejak 2006 ini mengaku ikhlas menjadi tim pemulasaraan jenazah pasien COVID-19. Sejak pandemi Corona ini, dalam sehari dia bisa memakamkan hingga lima jenazah.
"Ya pengalamannya itu kalau sehari bisa memakamkan empat sampai lima jenazah. Ini sangat ibaratnya semangat. Cepat pindah-pindah, karena juga pemakaman luar kota juga, seperti Pati Jepara, hingga Demak," terangnya.
Sebelumnya diberitakan, Kristanto bersama teman-teman relawan harus bekerja lebih keras selama pandemi virus Corona. Apalagi, jumlah orang meninggal dengan pemakaman protokol virus Corona meningkat.
"Sehari sampai empat lima orang pernah. Itu karena ada beberapa rumah sakit yang bekerja sama dengan BPBD dengan kami," terang Kristanto, Rabu (24/6) .
Ketika menjadi tim pemulasaraan ia tidak berpikir untuk mendapatkan upah. Ia semata-mata bekerja membantu orang lain.
"Ya kalau pada dasarnya relawan tidak meminta upah. Kita memang dari hati membantu pemakaman COVID-19 dari beberapa daerah begitu pemakaman yang sangat riskan dari tim membantu itu," kata pria yang tinggal di Desa Peganjaran RT 1 RW 3, Kecamatan Bae ini.
Tak hanya itu, Gundul juga harus rela jauh dari keluarganya. Ia harus melakukan isolasi mandiri. Uniknya, bapak dua anak ini memilih isolasi mandiri di dalam tangki air di kantor BPBD Kudus.