Tahun ajaran baru 2020/2021 akan segera dimulai, namun hal itu tak lantas membuat penjualan seragam sekolah laris manis di Kota Bandung. Seperti yang dialami para pedagang seragam sekolah di Jalan Cipaera, Kosambi, Kota Bandung.
Siswandi (49), pemilik toko seragam Remaja, mengatakan grafik penjualan seragam di tokonya menukik tajam sejak COVID-19 merebak Maret lalu. Pandemi memaksa kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa di rumah dengan menggunakan sistem daring.
Dalam beberapa bulan terakhir, paling dalam sehari ia hanya bisa menjual 5-6 baju stel saja. Padahal biasanya, jelang tahun ajaran baru yang jatuh pada bulan Juni tokonya marema (ramai) didatangi oleh para orang tua calon siswa.
"Biasanya omzet per hari bisa mencapai Rp 15 juta, Sekarang paling Rp 500 ribu pun jarang," kata Siswandi di tokonya, Senin (22/6/2020).
Seretnya penjualan berdampak para konveksi seragamnya, biasanya dalam sebulan ia bisa menghabiskan 20 gulung kain yang masing-masing memiliki panjang 100 meter, kini satu gulung kain juga tidak. Terpaksa, Siswandi merumahkan terlebih dahulu karyawannya yang berada di Cibeureum dan Tasikmalaya.
"Saya ada konveksi, ada juga yang mengerjakan di rumah-rumah perkampungan begitu. Kita kasih mesin dan bahannya, saya kan di Tasik ada 5 orang, di Cigondewah 5 orang, paling yang sekarang masih bekerja ya saudara-saudara atau keluarga," katanya.
Ia pernah menawarkan pembelinya untuk membeli terlebih dahulu barang dagangannya. Dia juga memberi keleluasaan untuk menukar seragam cuma-cuma jika saat dipakai nanti kekecilan saat KBM berjalan normal kembali.
"Karena sekarang tidak tahu kapan dimulai lagi KBM, sempat saya tawarkan begitu tapi tetap saja mereka tidak mau," katanya.
Untuk mengakali agar dapur tetap ngebul, Siswandi mulai beralih membuat makser untuk mendapatkan pemasukan. "Sekarang paling dialihkan dulu membuat masker," ujarnya.
Sementara itu, Siti Aisyah (46) pengelola toko Resko Cabang Kosambi mengatakan, rata-rata ia menjual 10 stel baju per hari. Menurutnya, sejak toko Resko berdiri sejak 1975, keadaan ini baru pertama kali dialaminya.
"Dulu krisis moneter tidak seperti ini, penjualan masih ada. Tapi sekarang yang paling terasa," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tonton video '190 Anak di Jabar Terinfeksi Covid-19, 3 Meninggal':
(yum/mso)