Masyarakat patut berlega hati menyusul dikeluarkannya panduan mengenai penyelenggaraan pembelajaran pada tahun ajaran dan tahun akademik baru pada masa pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) secara bersama-sama oleh empat kementerian, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Dalam Negeri secara daring pada 15/6/2020.
Melalui panduan tersebut telah diputuskan bahwa hanya sekolah yang berada pada kabupaten/kota zona hijau Covid-19 yang boleh membuka kembali pembelajaran tatap muka. Per tanggal dikeluarkannya keputusan bersama, hanya ada 6% peserta didik yang berada pada zona hijau. Selebihnya sebanyak 94% atau dalam 429 kab/kota peserta didik berada pada zona kuning, oranye, dan merah.
Artinya, hampir seluruh peserta didik di Indonesia akan terus memperpanjang masa belajar dalam jaringan (daring) dari rumah hingga waktu yang belum bisa diprediksikan. Hal tersebut akan menambah panjang perasaan gelisah hampir sebagian besar siswa yang telah sekian lama menahan rindu untuk bisa kembali ke dalam lingkungan sekolah, tempat mereka bisa saling bertemu bukan hanya untuk menuntut ilmu, namun juga berbagi cerita, bertatap muka, dan mendapatkan hampir seluruh kebutuhan sosialnya di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak heran jika banyak guru dan orangtua yang mengeluhkan adanya penurunan semangat dan motivasi belajar siswa selama tiga bulan masa belajar daring yang telah dilalui. Namun mau tidak mau, suka tidak suka semua harus menjalani dengan segenap kepatuhan dan disiplin tinggi. Karena prinsip pendidikan pada masa pandemi yang akan dilaksanakan tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan para pelaku pendidikan.
Walaupun demikian permasalahan penurunan motivasi siswa menjadi sebuah hal yang patut dipertimbangkan untuk segera dicarikan solusinya. Ini menjadi PR besar pemerintah dalam waktu dekat dapat segera menyusulkan panduan teknis yang sama sekali justru belum disinggung pada paparan keputusan bersama tersebut.
Dengan adanya panduan teknis atau semacam kurikulum darurat pandemi, harapannya pendidikan jarak jauh yang akan diselenggarakan pada tahun ajaran baru mendatang jauh lebih bermutu, efektif, dan menyamankan siswa maupun guru. Artinya, kedaruratan belajar dari rumah yang telah dilakukan beberapa bulan yang lalu segera diperbaiki dan diberi arah yang lebih jelas.
Siswa telah melewati masa pembelajaran darurat daring dengan kondisi apa adanya. Diri dan keluarganya, juga kondisi gurunya mungkin juga masih dalam tahap beradaptasi menggunakan metode pembelajaran jarak jauh secara daring. Berdasarkan hasil analisis Survei Cepat Pembelajaran dari Rumah dalam Masa Pencegahan COVID-19 yang telah dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada kurun waktu 13-20 April 2020 terhadap 1067 guru 988 Kepala Sekolah, ada guru sebanyak 80,7% belum mumpuni menggunakan teknologi informasi, mengadaptasi sistem pembelajaran online, dan menggunakan perangkat digital.
Pembelajaran secara interaktif hanya dilakukan oleh sebagian guru; sebagian besar guru terutama di daerah 3T melakukan pembelajaran dengan memberikan tugas. Sementara beban berat ada pada siswa, karena secara nasional sebanyak 88,7% masalah terbesar siswa adalah kurang memadainya fasilitas pendukung mereka (laptop, listrik, jaringan internet, gawai, dsb). Berdasarkan kondisi tersebut, wajar jika semangat dan motivasi siswa semakin hari semakin melemah untuk mengikuti pembelajaran daring.
Terdapat berbagai praktik baik yang telah dilakukan oleh pendidik maupun masyarakat peduli pendidikan yang dituangkan melalui karya penelitian maupun laporan-laporan praktik baik pembelajaran daring pada masa pandemi. Akan menjadi lebih bermanfaat jika kemudian hasil pemikiran-pemikiran tersebut dapat dikonversikan menjadi informasi yang mudah dicerna semisal melalui video simulasi, infografis, animasi, poster, dan lain-lain. Kemudian disebar melalui berbagai macam platform dan media digital. Harapannya praktik baik tersebut secara cepat dapat segera diadaptasi oleh pelaku pendidikan lainnya di seluruh penjuru negeri.
Sedangkan untuk menguatkan motivasi siswa, pihak sekolah bisa mengalokasikan dana BOS yang telah direlaksasi aturan penggunaannya oleh pemerintah untuk pembelian dukungan peralatan belajar siswa. Selain kuota internet, siswa juga perlu didukung untuk mendapatkan alat dan bahan praktikum. Ataupun peralatan-peralatan dan bahan yang biasanya disediakan di sekolah yang mungkin bisa dikerjakan secara mandiri oleh siswa dengan panduan dari guru.
Terutama pada jenjang SMK, peralatan dan bahan praktik ini sangat diperlukan karena siswa SMK lebih banyak melakukan pembelajaran praktik daripada teori. Sekolah menganggarkan dan melakukan pengadaan peralatan dan bahan untuk menunjang pembelajaran praktik siswa. Kemudian diberikan/dipinjamkan kepada siswa secara bersama-sama atau bergantian dengan penjadwalan oleh sekolah/guru.
Merawat semangat siswa menyongsong belajar dari rumah di awal tahun ajaran baru ini menjadi sebuah hal darurat yang perlu dilakukan. Yakni, melalui penyegaran strategi pembelajaran jarak jauh, penguatan dukungan dari keluarga, dan kehadiran negara sebagai poros utama pendidikan. Pada merekalah masa depan bangsa ini akan dititipkan, sedangkan pendidikan adalah jalan panjang untuk meraihnya.
Jalan panjang itu akan mereka lewati lebih banyak di depan gawai dan layar-layar kaca elektronik. Mengulang cara usang tentu akan membuat mereka bosan.
Arifah Suryaningsih, S. Pd, MBA guru SMKN 2 Sewon DIY, pengurus Wilayah IGI Yogyakarta
(mmu/mmu)