Herman (34) kerap memergoki Sanima (27) menganiaya anak tirinya, MT (4). Sayang beribu sayang, teguran Herman tidak membuat Sanima menghentikan kebiasaan kejinya hingga nyawa MT terenggut.
Herman akhirnya berbagi cerita. Dia mengaku sering memergoki Sanima memukul MT dan juga anak kandungnya sendiri.
"Kebiasaan memang dia kalau marah seperti itu, anak kandungnya saja dipukul, kayak tidak punya etika, beberapa kali saya tegur, namun tidak berubah, namanya keluarga kan kita mau yang terbaik," kata Herman saat ditemui di rumahnya, Kamis (18/6/2020).
Herman juga membantah tuduhan terkait motif tersangka menghabisi nyawa korban dengan pulpen lantaran jengkel kepada suaminya yang pilih kasih. Herman mengaku bahkan lebih perhatian kepada anak kandung tersangka.
"Bisa kita tanya ke tetangga, bagaimana perlakuan saya ke anak kandungnya, bahkan saya lebih perhatian kepada anak kandung dia (tersangka) daripada anakku sendiri (korban), kelewatan memang dia kalau memukul," terangnya.
Herman mengaku langsung meyakini jika anaknya dibunuh oleh tersangka saat ditelepon tetangga.
"Karena saat saya pergi kerja tidak ada luka-luka di tubuh korban, pas saya balik dan memeriksa dadanya, saya yakin kalau dia pelakunya, kelewatan memang dia kalau memukul anak-anak alasannya selalu bikin anak-anak jera," tuturnya.
Herman pun berharap Sanima dihukum seberat-beratnya. Sanima kini masih dimintai keterangan secara intensif. Polisi pun menggandeng psikiater guna memeriksa kejiwaan Sanima yang tega membunuh MT di Pinrang, Sulawesi Selatan pada Selasa 16 Juni 2020.
Ketika itu, ayah kandung MT, Herman, sedang tidak berada di rumah lantaran sedang menjalankan usaha jual beli mobil bekas.
Sanima diduga kerap menganiaya MT hingga tewas. Buktinya, polisi menemukan 23 luka di sekujur tujuh bocah malang itu.
"Kita melihat dari bukti-bukti yang ada lebih dari 20 luka, dan penganiayaan sudah dilakukan berkali-kali. Kita akan libatkan psikiater untuk mengetahui apakah pelaku mengalami gangguan kejiwaan atau tidak," kata Kasat Reskrim Polres Pinrang AKP Dharma Praditya Negara, Kamis (18/6/2020).
Berdasarkan pemeriksaan, kata Dharma, tersangka terlebih dahulu menginjak dada korban sebelum menusukkan pulpen berkali-kali. Tersangka sempat membawa korban ke bidan.
"Setelah itu tersangka mengambil pulpen di laci lalu menusuk-nusuk ke dada korban hingga mengeluarkan darah, tersangka sempat membawa sendiri korban ke Bidan desa, namun nyawanya tidak tertolong," ujarnya.