Warga desa Bolivia menghancurkan tiang-tiang telekomunikasi pada Senin (15/6/2020). Hal ini karena teknologi 5G dikhawatirkan bisa menularkan virus Corona.
Seperti dilansir AFP, Selasa (16/6) negara Amerika Selatan itu belum memiliki infrastruktur nirkabel 5G, yang telah dikaitkan dengan pandemi Corona dalam sebuah unggahan viral di media sosial.
Menurut teori konspirasi yang beredar, radiasi elektromagnetik yang dipancarkan 5G bisa menyebabkan gejala COVID-19, bukan virusnya -- hal yang telah dibantah para ilmuwan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut penuturan kepala polisi setempat Franklin Villazon sebagaimana dikutip oleh surat kabar El Deber, ada empat menara komunikasi yang dihancurkan di Yapacani, dekat kota Santa Cruz,
"Kami kewalahan," kata Villazon, menyamakan insiden itu dengan "serangan teroris". Tidak ada kekerasan serius yang dilaporkan oleh polisi.
Masih menurut laporan surat kabar itu, penduduk desa sebelumnya telah mengadakan protes untuk menuntut walikota menurunkan menara telekomunikasi itu karena khawatir bisa menyebarkan gejala COVID-19.
Simak video 'Kasus Covid-19 di Dunia Tembus 8 Juta, AS Tertinggi':
Menteri Dalam Negeri Arturo Murillo mengatakan di Twitter bahwa orang-orang pendukung mantan presiden Evo Morales menghancurkan tiang-tiang di Yapacani serta San Julian dan Ichilo, dua kota timur lainnya.
Kementerian Komunikasi Bolivia mengeluarkan pernyataan yang mengingatkan orang-orang bahwa teknologi 5G tidak tersedia di negara itu dan tidak terkait dengan penyakit pernapasan.
Serangan serupa terhadap menara komunikasi telah terlihat di tempat lain, termasuk di Inggris.
Seorang pria dipenjara minggu lalu di barat laut Inggris karena membakar tiang 5G menyusul kekhawatiran atas potensi bahayanya dan dianggap bisa menyebarkan virus Corona.
Sejauh ini, Bolivia telah melaporkan lebih dari 19.000 kasus infeksi virus Corona, termasuk 632 kematian.