Juru Bicara GTPP Jabar Daud Achmad mengatakan, masalah tersebut disebabkan miskomunikasi antara petugas dan pedagang."Seyogyanya ada prakondisi, ada sosialisasi dulu saat kita melaksanakan tes masif," kata Daud dalam telekonferensi pers dari Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (11/6/2020).
Dari video yang beredar, puluhan pedagang berkumpul dan mengusir kedatangan tim medis. Petugas medis kemudian pergi meninggalkan pasar dengan mobil. Tidak ada kerusuhan atau kerusakan dari penolakan ini.
Diberitakan sebelumnya, Staff Humas dan Keamanan Pasar Raya Cileungsi PD Tohaga Ujang Rasmadi membenarkan kejadian tersebut. Dia mengatakan kejadian itu terjadi Rabu (10/6) kemarin sekitar pukul 08.30 WIB.
"Iya betul seperti itu kenyataan dan realitanya. (Pedagang menolak dilakukan test masif) karena beritanya (pasien positif COVID-19 di Pasar Cileungsi) rancu, (dari) segi positif dan negatifnya," kata Ujang, ketika dihubungi, Kamis (11/6/2020).
Ujang menjelaskan petugas medis datang secara tiba-tiba ke Pasar Cileungsi. Dia mengaku tak mendapat pemberitahuan untuk dilakukan test masif di Pasar Cileungsi.
Akibatnya, lanjut dia, pedagang berkumpul dan meminta tim medis untuk pergi. Pedagang juga, kata Ujang, menolak dilakukan rapid dan swab test karena merasa dirugikan.
"Karena pedagang Pasar Raya Cileungsi sudah dirugikan oleh rapid dan swab (test), seperti itu. Karena apa? Hasilnya rancu, tidak jelas. Sekarang, kami temuan saja sampai ada 26 (pasien positif COVID-19 dari Pasar Cileungsi) nih. Ini yang bener yang mana, kan gitu," jelas dia.
"Karena yang ditest itu juga, dirapid di tanggal 31 (April) bukan hanya pedagang (Pasar) Cileungsi, tapi ada pengunjung dan juga ada tukang ojek di depan, yang ditest. Terus pedagang-pedagang juga ingin bukti di tanggal 31 yang jelasnya," ujarnya Ujang.
(yum/mso)