Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengalami kenaikan elektabilitas selama masa pandemi COVID-19 versi survei pemilihan presiden yang dirilis Indikator Politik. Apa kata pengamat politik?
Pengamat politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Karim Suryadi mengatakan meroketnya elektabilitas Ridwan Kamil tak lepas dari kinerjanya selama pandemi Corona. Publik berpendapat langkah Kang Emil dalam penanganan Corona berhasil.
"Jika melihat waktu wawancara yang berlangsung di saat pandemi Corona kenaikan elektabilitas ini diyakini ada kaitannya dengan langkah-langkah RK dalam menangani wabah COVID-19 di Jawa Barat, meski hal ini bukan satu-satunya faktor yang mendongkrak elektabilitas," kata Karim saat dihubungi via telepon genggam, Rabu (10/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya keberhasilan mantan Wali Kota Bandung ini mengendalikan penyebaran Corona di Jabar mendapat apresiasi publik. Padahal, secara geografis, beberapa wilayah di Jabar berdekatan dengan DKI Jakarta.
"Jumlah penduduk Jabar yang besar dengan posisi rawan karena berhimpitan dengan episentrum kasus (DKI) namun dengan jumlah kasus yang relatif kecil dibanding DKI dan Jatim dan langkah-langkah pengendalian yang cekatan dan diklaim ilmiah," jelas dia.
Selain itu, sejauh ini kebijakan yang dikeluarkan Kang Emil relatif minim kontra di lapangan. Hal ini tak lepas dari komunikasi politik yang berjalan baik dengan kepala daerah di 27 kabupaten/kota di Jabar.
"Dalam menjelaskan kemajuan langkah penanggulangan COVID-19 gaya komunikasi RK relatif santun dan berterima dengan nalar publik. Santun karena tidak 'menyenggol' kiri-kanan atau atas. Ketika masyarakat dan kepala daerah di Botabek meributkan KRL yang tetap beroperasi di tengah PSBB, RK cukup tampil dengan mengumumkan langkah ilmiahnya melakukan tes secara random penumpang dan terbukti 3 di antaranya positif. Dia hanya menegaskan hasil tes, tapi tidak mengkritik atau bernada menyalahkan siapa pun," ungkap dia.
Meski begitu, keberhasilan penanganan COVID-19 bukan satu-satunya faktor kenaikan elektabilitas Kang Emil. Ia menilai hasil survei saat ini masih kental dengan nuansa Pilpres 2019 lalu.
"Posisi RK yang relatif aman dari polarisasi politik masa lalu membuatnya diterima di kalangan responden, baik yang mendukung Jokowi maupun Prabowo dalam pilpres (karena responden diambil dari kumpulan responden jelang pilpres). Ini berarti basis dukungan terhadap RK relatif lebih luas dan cair," ujar Karim.
Sementara itu, pengamat politik Universitas Parahyangan (Unpar) Asep Warlan berpendapat keberhasilan RK dalam penanganan Corona belum memberikan efek maksimal terhadap elektabilitas. Meski begitu, hal ini cukup menjadi investasi politik.
"Kalau keberhasilan penanganan Corona belum ukuran dukungan, baru populer saja bukan elektabilitas. Calon baik belum, modal sosial sudah ada. RK dapat posisi sosial tinggi. Efektif dan modal investasi politik," ucap Asep.
Ia menilai ada tiga faktor keberhasilan Kang Emil dalam menahkodai penanganan COVID-19 di Jabar. Antara lain grafik korban yang relatif kecil, transparansi anggaran hingga kekompakan dengan bupati/walikota.
"Saya melihat ada tiga ukuran keberhasilan menekan korban, grafik korban menurun. Bersih dalam menggunakan anggaran, perlu diapresiasi. Komunikasi dan kerja sama yang bagus dengan kepala daerah," tutur dia.
Tapi, ia mengingatkan ujian kepemimpinan RK masih panjang terutama di tengah pandemi Corona. Bukan tidak mungkin kebijakan-kebijakan ke depan menjadi bomerang.
"Potensi jatuhnya juga besar kalau salah kebijakan," pungkas Asep.
Berikut ini hasil survei pemilihan Presiden dari Indikator per Mei 2020:
1. Prabowo Subianto 14,1% (Februari 22,2%)
2. Ganjar Pranowo 11,8% (Februari 9,1%)
3. Anies Baswedan 10,4% (Februari 12,1%)
4. Ridwan Kamil 7,7% (Februari 3,8%)
5. Sandiaga Salahuddin Uno 6,0% (Februari 9,5%)
6. Agus Harimurti Yudhoyono 4,8% (Februari 6,5%)
7. Khofifah Indar Parawansa 4,3% (Februari 5,7%)
8. M Mahfud Md 3,3% (Februari 3,8%)
9. Gatot Nurmantyo 1,7% (Februari 2,2%)
10. Erick Thohir 1,6% (Februari 1,9%)
11. Puan Maharani 0,8% (Februari 1,4%)
12. Tito Karnavian 0,6% (Februari (0,8%)
13. Budi Gunawan 0,4% (Februari 0,4%)
14. Muhaimin Iskandar 0,0% (Februari 0,3%)
Tidak tahu/tidak jawab 32,3% (Februari 20,3%)