Inovatif! Mahasiswi UNY Sulap Limbah Ampas Tebu Jadi Bata Tahan Gempa

Inovatif! Mahasiswi UNY Sulap Limbah Ampas Tebu Jadi Bata Tahan Gempa

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 09 Jun 2020 12:34 WIB
Batu bata dari limbah ampas tebu buatan mahasiswa UNY, Yogyakarta, Selasa (9/6/2020).
Foto: Batu bata dari limbah ampas tebu buatan mahasiswa UNY, Yogyakarta, Selasa (9/6/2020). (Dok Humas UNY)
Yogyakarta -

Sekelompok mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) membuat batu bata yang disebut tahan gempa. Batu bata ini dibuat dari ampas tebu, limbah pabrik gula.

Dari keterangan tertulis yang diperoleh detikcom dari Humas UNY, Selasa (9/6/2020), kelompok itu terdiri dari tiga mahasiswi yakni Rania Nova Dechandra dari Prodi Matematika, Siti Vera Lestari dan Wahyuni Eka Maryati dari Prodi Pendidikan Matematika.

Latar belakang penelitian ini yakni Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudera menyimpan kerawanan tersendiri terutama terhadap ancaman gempa bumi. Hal itu karena posisi wilayah Indonesia yang berada pada jalur cincin api dunia (ring of fire). Untuk itu diperlukan bahan bangunan tahan gempa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sehingga kelompok mahasiswi ini membuat batu bata tahan gempa dari bahan yang tidak terpakai yaitu ampas tebu limbah pabrik gula Madukismo Bantul Yogyakarta.

Rania menjelaskan abu ampas tebu (AAT) dipilih sebagai bahan batu bata tahan gempa karena selain jumlahnya yang cukup melimpah, juga karena AAT mengandung SiO 2, Al 2 O 3, Fe 2 O 3, CaO, K 2 O, Na 2 O, MgO, dan P 2 O 5 yang berpotensi untuk digunakan sebagai bahan pengganti semen.

ADVERTISEMENT

"Abu ampas tebu ini banyak mengandung senyawa silika (SiO2) yang dapat bereaksi dengan Ca(OH)2 yang dihasilkan dari reaksi pencampuran semen dan air sehingga dapat menghasilkan zat perekat seperti semen," kata Rania.

Batu bata dari limbah ampas tebu buatan mahasiswa UNY, Yogyakarta, Selasa (9/6/2020).Tiga mahasiswa UNY menciptakan batu bata tahan gempa dari limbah ampas tebu. Foto: Batu bata dari limbah ampas tebu buatan mahasiswa UNY, Yogyakarta, Selasa (9/6/2020). (Dok Humas UNY)



Karya ini berhasil meraih dana penelitian dari Fakultas MIPA UNY. Rania melanjutkan, persentase kandungan senyawa di dalam ATT sebelum dilakukan pembakaran adalah 53 persen SiO 2; 4,3 persen Al 2 O 3; 7,5 persen Fe 2 O 3; 6,6 persen CaO; dan 28,6 persen lain-lain. Sedangkan, setelah AAT melalui proses pembakaran pada suhu 600 derajat celsius selama 2 jam, didapatkan hasil bahwa AAT mengandung 71 persen SiO 2; 2,5 persen Al 2 O 3; 8,2 persen Fe 2 O 3; 3,6 persen CaO, dan 14,7 persen lain-lain.

Menurut American Standart for Testing Material (ASTM), kandungan silika harus memenuhi syarat di atas 70 persen sehingga dapat disimpulkan bahwa AAT setelah pembakaran paling memenuhi syarat sebagai bahan bangunan.

Siti Vera Lestari menambahkan, dalam pembuatan batu bata tahan gempa dan ramah lingkungan tersebut, mereka menggunakan bentuk segienam atau heksagonal karena secara matematika bentuk heksagonal memerlukan lahan lebih hemat 13 persen. Selain itu, dengan bentuk ini juga menghasilkan populasi lebih banyak sekitar 15 persen dibanding bentuk segiempat.

"Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa bentuk heksagonal memberikan hasil yang lebih baik dibanding bentuk segiempat," kata Siti.

"Bentuk segienam yang disusun bersama-sama mempunyai tingkat kerekatan yang lebih tinggi".

Hal ini disebabkan oleh simetri putar segienam yang berjumlah enam buah.

Wahyuni Eka Maryati menjelaskan, bahan yang diperlukan pada penelitian ini adalah AAT, tanah liat, kayu bakar, jerami, minyak tanah dan air. Sedangkan alat yangdiperlukan adalah tungku pembakaran, ember, pengaduk, cetakan segienam, sarung tangan dan masker. Cara membuatnya yakni pertama kali ampas tebu dibakar, lalu mencampur AAT dan tanah liat dengan perbandingan 0 persen, 5 persen, 10 persen, dan 15 persen.

Batu bata dari limbah ampas tebu buatan mahasiswa UNY, Yogyakarta, Selasa (9/6/2020).Batu bata dari limbah ampas tebu buatan mahasiswa UNY, Yogyakarta, Selasa (9/6/2020). Foto: Batu bata dari limbah ampas tebu buatan mahasiswa UNY, Yogyakarta, Selasa (9/6/2020). (Dok Humas UNY)

Selanjutnya, cetak adonan tanah liat dan abu ampas tebu dengan cetakan segienam. Bata lalu dibakar selama 1-2 hari, dinginkan dan batu bata siap diuji. Hasil uji batu bata segienam di Laboratorium Bahan Bangunan FT dan Laboratorium FMIPA UNY menunjukkan bahwa kadar abu ampas tebu pada batu bata segienam yang paling optimal sebesar 5 persen karena mempunyai kuat tekan
tertinggi dan beban maksimal yaitu sebesar 3,43 MPa dan 22,69 N.

Selain itu, porositas dan daya serap air batu bata segienam dengan kadar abu ampas tebu 5 persen juga relatif sama dengan batu bata segienam dengan kadar abu ampas tebu 0 persen yaitu sebesar 37,80 persen dan 18,78 persen. Kadar abu ampas tebu 5 persen dipilih karena pada bata kuat tekan merupakan unsur utama yang menentukan kelayakan bata tersebut sebagai material bahan bangunan.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads