Inggris mencatat 55 kematian karena virus Corona dalam waktu 24 jam terakhir. Ini merupakan angka kematian harian terendah di negeri itu dalam waktu lebih dari dua bulan.
Pemerintah Inggris menyatakan bahwa angka kematian pada Senin (8/6) tersebut merupakan angka kematian harian terendah sejak 21 Maret lalu, dua hari sebelum negara itu menerapkan lockdown (penguncian wilayah) sebagai upaya untuk mengendalikan penyebaran virus Corona.
"Meskipun jumlahnya jauh lebih rendah dari yang sudah-sudah, masing-masing kematian ini tetap merupakan tragedi bagi keluarga dan masyarakat," kata Menteri Kesehatan Matt Hancock seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (9/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan melanjutkan semua pekerjaan kami untuk menurunkan angka itu," imbuhnya.
Dalam briefing harian mengenai penanganan wabah Corona, Hancock mengatakan bahwa tidak ada kematian dalam 24 jam terakhir di rumah sakit London, ataupun di Skotlandia selama dua hari berturut-turut.
"Itu kabar baik bagi ibukota dan Skotlandia. Semua data ini menunjuk ke arah yang benar," ujarnya kepada para wartawan.
"Itu menunjukkan kita memenangkan pertempuran melawan penyakit ini. Tetapi itu juga menunjukkan bahwa masih ada yang harus dilakukan," imbuh Hancock.
Meskipun trennya menurun, jumlah kematian terakhir itu menambah jumlah kematian resmi di Inggris menjadi 40.597 orang, meskipun data yang lebih luas yang mencakup kematian karena diduga Corona menempatkan penghitungan mendekati 50.000.
Pada ukuran apa pun, negara ini merupakan yang paling parah terdampak pandemi Corona di Eropa dan memiliki jumlah kematian tertinggi kedua di dunia, setelah Amerika Serikat.