Dua tenaga medis yang dirawat di Kabupaten Cianjur telah dinyatakan sembuh dari infeksi virus Corona, setelah melaksanakan dua kali swab tes. Kesembuhan pasien nomor 04 dan 05 itu, menjadikan Cianjur zero kasus positif COVID-19.
Sementara itu, pelaksanaan Salat Jumat secara dua gelombang menjadi perhatian para ulama. Bagaimana MUI, Persis dan NU Jawa Barat menyikapinya ? Begini ulasan Jabar Hari Ini.
Kasus Positif COVID-19 di Cianjur Nihil
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua pasien terakhir yang terkonfirmasi positif COVID-19 di Kabupaten Cianjur sudah sembuh. Dengan begitu, seluruh pasien aktif sudah sembuh dan Cianjur kini nihil kasus positif.
Juru Bicara Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Kabupaten Cianjur Yusman Faisal, mengatakan kedua pasien yakni pasien 04 dan 05 yang keduanya merupakan tenaga medis sudah menjalani dua kali swab test usai terkonfirmasi positif.
Dari dua kali swab tersebut, pasien 04 dan 05 dipastikan negatif.
"Swab yang pertama dan kedua pasca ditetapkan positif, hasilnya sama-sama negatif. Sehingga dipastikan mereka sembuh atau negatif COVID-19," ujar Yusman kepada detikcom saat dihubungi melalui telepon seluler, Rabu (3/6/2020).
Menurutnya, kedua pasien tersebut sudah pulang ke rumah. Namun selama dua pekan ke depan, mereka diimbau untuk tidak keluar rumah. "Jika pun harus keluar karena urusan penting, tetap jalankan protokol kesehatan," ungkap dia.
Dengan sembuhnya kedua pasien tersebut, Yusman mengatakan, Cianjur kini nol pasien positif COVID-19 aktif. Dari lima pasien terkonfirmasi positif, 1 orang meninggal, dua pasien sembuh beberapa pekan lalu dan dua pasien lainnya juga sudah terkonfirmasi sembuh.
Angka Kehamilan Naik, Ridwan Kamil: Suami Jangan Digaskeun Teuing!
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berseloroh mengenai tingkat kehamilan yang tinggi di sejumlah daerah pada masa pandemi COVID-19. Candaan pria yang akrab disapa Kang Emil itu diunggah melalui akun Instagramnya, yakni @ridwankamil.
Menurutnya, pada masa pandemi ini bisa saja seseorang dinyatakan negatif COVID-19, tapi positif hamil. "Negatif COVID tapi positif hamil. Mohon para suami rada diselowkan dulu, jangan digaskeun teuing (mohon para suami agak dipelankan dulu, jangan terlalu sering)," canda Emil.
Ia pun kembali bertanya kepada netizen soal pemberian nama anak yang lahir pada pandemi COVID-19. "Kalo lahir masih saat pandemi covid, nama bayinya kira2 apa?" tulisnya.
Tayangan itu mendapatkan 127.992 respons netizen. Mereka pun mengomentari tayangan tersebut dengan berbagai komentar yang mengundang gelak tawa.
"Coronawati kalau perempuan, Coronawan kalau laki laki," tulis pemilik akun @an***********10
"nur covida maskerita," tulis @mhi********lah
"Nama bayi kami, lahir 14 Mei 2020: Marcovwindu Iamero , yg artinya Menang thdp Covid , pa," tulis akun @ma****ot.
Angka kehamilan yang meningkat terlihat di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Cahaya Bunda, Kota Cirebon, Jawa Barat, meningkat. Work from home (WFH) atau bekerja dari rumah menjadi salah satu alasannya.
"Kalau secara keseluruhan di Kota Cirebon saya kurang tahu persis. Tapi, kalau untuk di rumah sakit kita, ada peningkatan pasien kehamilan sekitar 10 persen selama pandemi dibanding biasanya," kata pemilik RSIA Cahaya Bunda, Yasmin Dermawan, saat ditemui detikcom di ruangannya, Selasa (2/6/2020).
Dikira Bawa Sabu, Pria Bandung Malah Simpan Garam
Seorang pemuda terciduk tim Prabu Polrestabes Bandung membawa bungkusan kecil diduga sabu-sabu yang ternyata garam. Kepada polisi, sang pemuda beralasan membawa garam hanya untuk gaya-gayaan.
"Ini kan saya tanya buat apa bawa garam, dia bilang buat gaya-gayaan saja," ucap Katim 2 Prabu Polrestabes Bandung Ipda Asep Supendi saat dihubungi, Rabu (3/6/2020).
Terciduknya pemuda tersebut terjadi saat tim 2 Prabu Polrestabes Bandung melakukan patroli ke Jalan Peta, Kota Bandung, beberapa waktu lalu. Saat itu petugas mendapatkan ada tiga orang berboncengan dengan Asep menyatakan sempat mencurigai pemuda itu hendak melakukan penipuan. Namun pemuda tersebut tetap berdalih membawa garam hanya untuk gaya-gayaan.
"Ya dia ditanya jawabnya cuma buat gaya-gayaan saja. Saya bilang 'kamu main-main', dijawabnya tetap buat gaya-gayaan," katanyaSebelumnya, seorang pria di Bandung terciduk tim Prabu Polrestabes Bandung membawa bungkusan kecil diduga narkoba jenis sabu. Namun ternyata bungkusan itu berisi garam.
Video terciduknya pemuda itu pun beredar di YouTube. Dalam video, terlihat petugas tengah menggeledah jaket kulit yang digunakan oleh seorang pemuda.
Saat menggeledah, petugas menemukan bungkusan kecil berisi serbuk berwarna putih. Dalam dialognya, pemuda itu berkukuh menyebut plastik tersebut berisi garam.
Pendapat Ulama Soal Salat Jumat Dua Gelombang
Berbeda dengan MUI DKI Jakarta yang membolehkan salat Jumat dua gelombang di tengah pandemi Corona, MUI Jabar menyatakan hal itu tidak sah. Jemaah diimbau mencari masjid lainnya yang masih kosong.
"Jadi salat Jumat dua gelombang itu tidak sah," ucap Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar saat dihubungi, Rabu (3/6/2020).
Rafani menilai pelaksanaan salat dua gelombang tersebut akan berpengaruh pada waktu pelaksanaan salat.
"Tidak sah, karena itu kan nanti problem dengan waktu juga," tuturnya.
Menurut Rafani, masyarakat yang tak kebagian shaf saat salat Jumat karena pembatasan guna mencegah penyebaran COVID-19, bisa mencari masjid lain yang masih kosong. Atau, pelaksanaan salat Jumat bisa dilakukan sampai ke jalan dengan pengaturan dari pengurus masjid.
"Jadi satu kali aja. Kalaupun nanti harus keluar yang penting bisa diatur jaraknya itu sampai keluar, itu enggak apa-apa. Masjid juga kan banyak," kata dia.
Pengurus Wilayah (PW) Persatuan Islam (Persis) Jawa Barat ikut menanggapi soal salat Jumat dua gelombang. Persis tak mempermasalahkan bila memang dalam kondisi darurat.
"Sebetulnya kalau dua gelombang memang di kita pembahasannya boleh-boleh saja kalau misalnya sangat perlu dan sangat darurat sehingga dilakukan perlu dua gelombang tapi dengan waktu yang tidak lama, dengan protokol kesehatan juga harus," ucap Ketua PW Persis Jabar Iman Setiawan Latief kepada detikcom, Rabu (3/6/2020).
Iman menyatakan, meski tak mempermasalahkan salat Jumat dilakukan dua gelombang, pihaknya tetap mengupayakan agar salat Jumat dilakukan hanya satu gelombang. Pelaksanaan dua gelombang dilakukan apabila memang kondisinya darurat.
"Di kita (Persis) diupayakan satu gelombang. Karena dilakukan bukan di dalam, tapi di luar, di halaman. Apalagi di pesantren-pesantren. Tapi, kalaupun dilakukan dua gelombang, itu karena darurat, bisa dilakukan," katanya.
Secara pribadi, Ketua PWNU Jabar Hasan Nuri Hidayatullah tak setuju dengan salat Jumat dua gelombang.
"Saya belum menemukan persoalan ini sampai kepada kita. Tapi yang jelas, dalam satu tempat dua gelombang saya belum bisa memberikan tanggapan yang pasti. Cuma sementara menurut hemat kita, tidak semestinya dilakukan, karena belum mempunyai dasar hukum yang kuat, kita harus mencari rujukan yang jelas dulu," ucap pria yang akrab disapa Gus Hasan ini kepada detikcom, Rabu (3/6/2020).
"Ya saya sendiri pribadi belum menemukan dasar yang kuat untuk dilakukan dengan teori yang sedemikian rupa secara hukum agama," kata Gus Hasan menambahkan.
Gus Hasan mengatakan pendapat itu baru sebatas pendapat pribadi lantaran belum masuk ke pembahasan secara organisasi. Secara pribadi dia tak sepakat dengan salat Jumat dua gelombang.