Maaf Ade Armando Hanya ke Muhammadiyah, Tidak ke Din

Round-Up

Maaf Ade Armando Hanya ke Muhammadiyah, Tidak ke Din

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 02 Jun 2020 23:05 WIB
Disebut Kebal Hukum, Ade Armando Laporkan Balik Fahira Idris
Ade Armando (Samsuduha/detikcom)
Jakarta -

Dosen Universitas Indonesia (UI) Ade Armando menyerang acara webinar yang digelar oleh Masyarakat Hukum Tata Negara Muhammadiyah (Mahutama) bertema 'Menyoal Kebebasan Berpendapat dan Konstitusionalitas Pemakzulan Presiden di Era Pandemi Covid-19'. Ade mengkritik acara itu melalui akun Facebook-nya.

Ade mempertanyakan kenapa acara itu mengundang Din Syamsuddin sebagai keynote speaker. Dalam kritiknya itu, Ade menyebut Din dengan istilah 'dungu'.

"Isu pemakzulan Presiden digulirkan Muhammadiyah. Keynote Speakernya Din Syamsuddin, si dungu yang bilang konser virtual Corona menunjukkan pemerintah bergembira di atas penderitaan rakyat," tulis Ade, yang diunggah pada Senin (1/6).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Atas pernyataannya itu, Ade mengaku sudah meminta maaf kepada PP Muhammadiyah. Dia menyebut acara itu bukan diselenggarakan oleh Muhammadiyah.

"Saya menyatakan permintaan maaf kepada PP Muhammadiyah karena ternyata PP Muhammadiyah memang menyatakan tidak merestui acara tersebut. Jadi acara tersebut membawa-bawa nama Muhammadiyah. Ternyata itu apa yang dilakukan organisasi tersebut Mahutama itu sebetulnya semacam tindakan di luar sepengetahuan, di luar restu PP Muhammadiyah," kata Ade kepada wartawan, Selasa (2/6/2020).

ADVERTISEMENT

Ade mengatakan Muhammadiyah menilai diskusi tersebut tidak layak. Ade meluruskan bahwa kritik yang diungkapkannya seharusnya tertuju kepada panitia penyelenggara.

"Jadi dengan kata lain bahkan PP Muhammadiyah sendiri seperti merasa bahwa webinar itu hal yang tidak layak dan tidak pantas. Jadi sejalan dengan pertanyaan saya, ini maksudnya apa mau menggulirkan isu pemakzulan presiden, kan. Jadi karena sekarang Muhammadiyah mengatakan mereka mengecam webinar tersebut, maka kritik saya tidak layak saya tujukan kepada organisasi Muhammadiyah, tetapi kepada panitia itu sendiri," katanya.

Namun Ade menegaskan dirinya hanya meminta maaf kepada PP Muhammadiyah, tidak kepada Din. Dia justru menyebut webinar yang mengundang Din sebagai pembicara utama itu akan menimbulkan persoalan baru.

"Kalau Din Syamsuddin, nggak akan saya minta maaf, karena bahkan di webinar tersebut bahkan Din Syamsuddin justru menambah persoalan karena dia jadi keynote speaker. Justru dia mengatakan saat ini pemerintah Indonesia sudah memenuhi ciri-ciri pemerintahan yang diktator yang memang memenuhi syarat untuk dimakzulkan, bahkan dia menyarankan masyarakat untuk berani untuk melawan pemerintah," ungkapnya.

Dia mengkritik pernyataan Din dalam acara webinar itu. Ade menyebut Din telah menghina pemerintah dengan mengatakan pemerintah bergembira di atas penderitaan rakyat gara-gara konser Corona.

Lalu, Ade juga menyebut Din mengungkap isu pemakzulan karena mengatakan pemerintah yang diktator.

"Saya tidak akan minta maaf terhadap orang betapa pun dia seorang orang senior yang dihormati di Muhammadiyah, tetapi saya menganggap dia tidak layak untuk dihormati. Justru Muhammadiyah harus mempertanyakan mengapa Pak Din mengeluarkan pernyataan pertama yang menghina pemerintah dengan mengatakan pemerintah bergembira di atas penderitaan rakyat gara-gara konser Corona," ujarnya.

"Itu satu. Yang kedua adalah baru pernyataan bahwa sekarang ini pemerintahan Indonesia adalah pemerintahan yang diktator dan memenuhi syarat untuk dimakzulkan," sambung Din.

Halaman 2 dari 2
(eva/azr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads