Curhat Sopir Angkot di Jakarta Terdampak Corona, Rezeki Seret-Makan Seadanya

Curhat Sopir Angkot di Jakarta Terdampak Corona, Rezeki Seret-Makan Seadanya

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 30 Mei 2020 11:07 WIB
Suasana di  Kampung Melayu Jakarta Timur
Suasana di Kampung Melayu, Jakarta Timur (Yogi Ernes/detikcom)
Jakarta -

Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, tampak lengang pagi ini. Tujuh mobil angkutan umum rute Kampung Melayu-Pondok Gede juga tampak masih berbaris rapi tanpa terisi penumpang. Hal tersebut tidak lain imbas dari pandemi Corona yang berdampak pada menurunnya jumlah warga yang naik kendaraan umum.

Mukadis mengaku telah 15 tahun menjadi sopir angkutan umum. Dia mengatakan pandemi virus Corona dan penerapan aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat pendapat hariannya menurun drastis.

Suasana di  Kampung Melayu Jakarta TimurSuasana di Kampung Melayu, Jakarta Timur (Yogi Ernes/detikcom)

"Waduh, dampaknya ini, jujur, saya merasa perih, ya. Karena orang di rumah saja akhirnya kita mengharapkan sewa (penumpang), tapi sewanya nggak ada. Penghasilan yang biasanya dulu bisa dapat Rp 100 ribu sehari, sekarang Rp 20 ribu, Rp 30 ribu paling gede," kata Mukadis saat ditemui di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Sabtu (30/5/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mukadis, yang memiliki tiga orang anak di Bandung, mengaku beberapa kali selama pandemi ini dirinya bisa pulang dengan tangan kosong akibat tidak ada pendapatan dari uang sewa penumpang. Dia hanya bersyukur masih bisa mendapatkan toleransi dari atasannya terkait uang setoran sebagai sopir angkutan umum.

"Ya setoran ada toleransi bos kami. Tapi, ya, sering banget kita pulang cuma bawa lambaian tangan, tidak bawa duit, bawa seribu pernah, dua ribu pernah. Itu betul tidak mengada-ada, jadi sangat perih sekali," tutur dia.

ADVERTISEMENT

Mukadis menambahkan selama ini dirinya berupaya 'putar otak' untuk bisa tetap memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satunya, lanjut Mukadis, ialah pengurangan pengeluaran uang makannya.

Mukadis mengaku saat ini dirinya hanya makan seadanya. Tidak jarang dia dan beberapa rekan sopir lainnya di Terminal Kampung Melayu juga tidak sarapan guna menekan pengeluaran harian.

"Jujur, kita prihatin, kadang mau makan saja kita pikir-pikir. Di saat jam kayak begini kita mau makan yang biasanya bisa pakai telur, sekarang cuma nasi sama sayur sajalah, sekitar tujuh ribu rupiah bahasanya. Kalau nggak irit-irit, anak sama istri nggak bisa makan," jelasnya.

Hal senada disampaikan Ali, sopir lainnya di Terminal Kampung Melayu. Ali, yang mengaku telah menjadi sopir selama 10 tahun terakhir, mengatakan pendapatannya menurun drastis efek pandemi Corona ini.

"Pengaruhnya, penumpang nggak ada, sewa turun drastis, penghasilan apalagi. Ibaratnya dulu bisa dapat Rp 100 ribu bersih ya, sekarang nol ibaratnya. Kalau untuk sekolah anak nggak bisa cukup," terang Ali.

Sama seperti Mukadis, ayah empat orang anak ini juga menekan pengeluaran uang makannya guna bisa tetap mendapatkan pemasukan yang cukup tiap harinya.

"Makannya sederhana saja. Sekarang yang penting kenyang," imbuhnya.

Hingga pukul 10.46 WIB, kondisi di Terminal Kampung Melayu memang terpantau lengang. Mobil-mobil angkutan yang terparkir di terminal juga banyak yang tidak terisi oleh penumpang.

Beberapa angkutan umum yang bergerak dari Terminal Kampung Melayu terpantau hanya terisi dua hingga tiga orang penumpang.

(hri/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads