Meski di tengah pandemi virus Corona, warga di Kabupaten Kudus berbondong-bondong ke pasar untuk membeli janur. Janur ini akan digunakan untuk membuat ketupat demi menyambut Lebaran Ketupat tahun 2020.
Pantauan detikcom, di depan Pasar Bitingan Kudus, Jumat (29/5/2020) tampak puluhan pedagang berjajar menjajakan janur. Para pedagang itu juga tampak sibuk merangkai janur menjadi ketupat.
Beberapa pedagang menggelar lapaknya di trotoar. Ada yang memakai masker, namun lebih banyak yang melepas maskernya meski hanya diikatkan di lehernya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tradisi Lebaran Ketupat ini biasa dirayakan sepekan setelah Idul Fitri. Salah seorang warga bernama Wati mengaku sengaja datang ke pasar untuk membeli janur demi tradisi kupatan.
"Ya meski pandemi (virus Corona) begini tetap cari janur. Tadi beli 20 janur kelapa," kata Wati saat ditemui detikcom pagi ini.
Hal senada juga disampaikan Suyanto yang tetap nekat ke pasar di tengah pandemi virus Corona ini. Dia mengaku tak lengkap tradisi Syawalan ini tanpa ketupat.
"Tetap beli janur. Yang penting jaga kebersihan dan kesehatan. Tidak masalah," ujar Suyanto.
Sementara itu, salah satu pedagang Yanto mengaku ada Lebaran Ketupat tahun ini berbeda jika dibandingkan tahun lalu. Pria asal Jepara itu menyebut harga janur saat masa pandemi virus Corona ini menjadi lebih mahal.
"Setiap tahun berjualan di sini (di depan Pasar Bitingan Kudus). Ya tahun ini pembeli kurang karena masalahnya mahal barangnya dan jumlah janur kurang banyak," jelasnya.
Dia menuturkan harga janur per satu ikat berisi 10 lembar janur dihargai Rp 9 ribu. Sementara tahun lalu harga satu ikat janur hanya Rp 6-7 ribu.
"Jualnya satu iket itu 10 lembar, harga Rp 9 ribu. Tahun lalu harganya Rp 6 ribu-7 ribu," jelasnya.
Yanto mengaku mulai berjualan janur pada Selasa (26/5). Tahun ini, Yanto mengaku mengurangi stok janur yang ia bawa setiap harinya. Jika biasanya dia membawa hampir 10 ikat janur, tahun ini dia hanya membawa lima ikat janur. Untuk diketahui, satu ikat yang disebutnya pocon janur berisi seribu lembar janur.
"Padahal tahun kemarin bisa 8-10 pocong sehari. Tapi ini barang berkurang dan harganya mahal," terangnya.
Diwawancara terpisah, Plt Bupati Kudus HM Hartopo mengaku tidak melarang penjualan janur di jalan-jalan. Dia mengingatkan saat beraktivitas di keramaian, warganya tetap taat pada protokol kesehatan.
"Untuk janur di jalan-jalan. Harus kita berkoordinasi, karena kita sendiri tidak ada larangan terhadap penggunaan janur ini. Kalau kerumunan (tradisi Sewu Kupat dan Bulusan) kita di Kudus ditiadakan. Tapi kalau Kupatan di rumah dipersilahkan, karena tradisi Kupatan ini sudah ada sejak lama dan tidak bisa dilepaskan," jelas Hartopo.
Sementara itu, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Kudus dr Andini Aridewi menambahkan, meski penjualan janur di tepi-tepi jalan itu memicu kerumunan diharapkan warga tetap menerapkan protokol kesehatan.
"Yang jelas protokol kesehatan tempat umum mestinya diikuti," tambahnya.