Gubernur DKI Anies Baswedan berbicara mengenai dampak COVID-19 yang terlihat semakin nyata di balik melandainya wabah tersebut. Dampak itu, menurutnya, sangat dirasakan di sektor perekonomian.
"Semula ini adalah krisis kesehatan umum, kini sudah mulai sebagai krisis ekonomi, dan Jakarta adalah episenter pertama dan diawal-awal mayoritas kasus ada di Jakarta. Saat ini Jakarta sudah menunjukkan wabahnya melandai, tapi masalahnya belum selesai, dan segala pembatasan yang selama ini kita lakukan bersama-sama, membawa dampak yang amat nyata di kota kita," kata Anies dalam keterangannya yang ditayangkan di akun YouTube Pemprov DKI, Jumat (29/5/2020).
Anies menyebut anggaran Pemprov DKI saat ini turun Rp 40 triliun akibat relokasi anggaran untuk fokus pada penanganan COVID-19. Penurunan tersebut disebut pertama kalinya dalam sejarah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pendapatan pajak turun dari Rp 50,17 T menjadi Rp 22,5 T, tinggal 45 persen. Anggaran kita turun dari Rp 87,9 T menjadi Rp 4,2 T, tinggal 53 persen. Belum pernah dalam sejarah Pemprov DKI kita mengalami penurunan pendapatan sebesar ini, yaitu lebih dari Rp 40 T," ujarnya.
Untuk menutupi dampak itu, Anies mengambil konsekuensi dengan merelokasi anggaran diberbagai sektor. Kecuali anggaran yang diprogramkan untuk kesejahteraan rakyat.
"Konsekuensinya, keputusan relokasi anggaran harus diambil, tidak ada pilihan. Dalam kondisi pendapatan yang berkurang separuh, maka kita harus relokasi, kita harus lakukan pengurangan anggaran di berbagai sektor, belanja langsung ataupun belanja tidak langsung, semua mengalami pemangkasan dan pemangkasanya drastis," katanya.
"Di balik pemangkasan itu semua, program-program yang terkait dengan bantuan rakyat prasejahtera dipertahankan, anggaran sebesar Rp 4,8 T untuk rakyat prasejahtera tak diubah. Biaya menangani bencana yang semula hanya 188 M sekarang menjadi Rp 5 T ini adalah untuk penanganan kesehatan dampak sosial ekonomi bantuan sosial terkait dengan COVID-19," lanjut Anies.