Kondisi pandemi COVID-19 dengan kurva yang masih fluktuatif dan juga momen Ramadhan membuat jumlah warga terlantar juga ikut meningkat. Untuk itu, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial menerapkan beberapa skema untuk menangani warga terlantar yang terdampak COVID-19.
Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Harry Hikmat mengatakan ini dilakukan dengan tujuan untuk memberi perhatian khusus kepada kelompok miskin, rentan, dan marjinal agar bisa bertahan hidup dalam situasi saat ini. Tidak hanya itu setelah PSBB diberlakukan aktivitas seperti contohnya pemulung, pengemis, dan juga manusia silver juga dibatasi. Inilah yang membuat mereka itu sangat membutuhkan bantuan sosial.
"Kelompok itulah yang perlu perhatian dari pemerintah, karena mereka itu sebelumnya masih bisa mendapatkan pendapatan. Setelah COVID-19, pendapatan mereka langsung menurun, bahkan ada yang bilang ke saya 'Pak kami ini kalau diam di rumah mati kelaparan, kalau keluar mati karena penyakit'. Karena itulah kita mesti kroscek lebih," ungkap Harry saat ditemui di bilangan Kalibata, Jakarta, Rabu (20/5/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam mengatasi hal tersebut, Dirjen Resos sudah menyiapkan 3 skema pendekatan yang akan dilakukan untuk membantu kelompok tersebut. Pendekatan tersebut adalah pendekatan komunitas, pendekatan Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan Balai Rehabilitasi Sosial. Pada pendekatan komunitas, Kemensos bekerja sama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) yang membina masing-masing komunitas untuk mengedukasi dan memberikan bantuan sosial selama masa pandemi ini.
Edukasi yang dilakukan pun dilakukan agar mereka tidak turun ke ruang publik selama masa PSBB dan juga menjamin mereka mampu memenuhi kebutuhan dasarnya lewat bantuan sembako.
Pendekatan yang kedua adalah pendekatan TPS, bekerja sama dengan Pemprov DKI, Kemensos menyediakan Gelanggang Olahraga (GOR) yang dialihfungsikan menjadi TPS. Tempat ini berfungsi untuk menampung sementara warga terlantar hasil penertiban Satpol PP di jalan/ruang publik.
"Di GOR ini, mereka akan didata, dicek kesehatan, diberi makan yang berasal dari umum. Dapur ini juga dikelola oleh Taruna Siaga Bencana Kemensos bekerja sama dengan Suku Dinas Sosial setempat. Nantinya bagi mereka yang masih memiliki keluarga akan dipulangkan dan juga diberi bantuan sosial," ucap Harry.
Sedangkan untuk pendekatan ketiga adalah pendekatan berbasis Balai Rehabilitasi Sosial. Pendekatan ini merupakan alternatif terakhir sebagai rujukan dari GOR DKI Jakarta yang memerlukan penanganan khusus. Sampai saat ini berdasarkan laporan harian tercatat sebanyak 1.368 penerima manfaat (PM) telah dilayani di TPS, 192 PM di Balai Rehabilitasi Sosial dan 2.162 PM berada di komunitas.
"Ditjen Sosial juga menyalurkan sembako untuk komunitas, TPS, dan Balai Rehsos yang dikunjungi, total sekitar 1.080 paket sembako telah diserahkan," pungkas Harry.
(mul/mpr)