Tampil di Konpers BNPB, Kades Ini Tegaskan Desa Siap Songsong New Normal

Pandemi Corona

Tampil di Konpers BNPB, Kades Ini Tegaskan Desa Siap Songsong New Normal

Pradito Rida Pertana - detikNews
Selasa, 19 Mei 2020 12:20 WIB
Tangkapan layar saat Wahyudi Anggoro Hadi menjelaskan konsep Merdesa melalui video conference.
Tangkapan layar saat Wahyudi Anggoro Hadi menjelaskan konsep Merdesa melalui video conference. (Foto: Pradito R Pertana/detikcom)
Bantul -

Pemerintah Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul menerapkan konsep bernama Merdesa untuk menghadapi pandemi virus Corona atau COVID-19. Program tersebut fokus terhadap kebudayaan sosial yang saat ini diperlukan untuk menyongsong 'New Normal'.

"Jadi Merdesa itu adalah suatu gambaran di mana kehadiran negara bertemu dengan kebudayaan sosial," kata Kepala Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Wahyudi Anggoro Hadi saat mengikuti konferensi pers BNPB melalui video conference, Selasa (19/5/2020).

"Selanjutnya kita coba untuk mengkombinasikan kapasitas politik dan birokrasi yang ada di Pemerintah Desa dan kapasitas sosial di warga masyarakat desa," lanjut Wahyudi.

Dia menjelaskan, Merdesa sendiri sudah bergulir sejak tanggal 16 Maret, tepatnya sekitar 2 minggu setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan kasus pertama COVID-19. Selanjutnya Pemdes telah membuat satu gugus tugas yang disebut panggung tanggap COVID-19.

"Jadi panggung tanggap COVID itu terdiri dari 2 modul utama, yakni modul lapor dan modul dukung," ucapnya.

Modul lapor, kata Wahyudi berguna untuk mengidentifikasi, memetakan kira-kira dampak-dampak apa yang akan dihadapi oleh warga masyarakat desa. Dari identifikasi itu, muncul 3 dampak yang dirasakan oleh warga baik dari aspek klinis, ekonomi maupun sosial.

Termasuk juga dalam rangka untuk pendataan, pihaknya mengembangkan suatu modul aplikasi untuk meng-collect data secara lebih baik. Setelah itu, pihaknya melakukan kategorisasi risiko.

"Jadi yang pertama kali kita mitigasi malah dampak sosial. Jadi dampak sosial itu yang pertama adalah terkait dengan upaya untuk membangun upaya kolektif bahwa kita menghadapi situasi krisis," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Tonton juga video Akses Informasi soal Covid-19 untuk Kaum Difabel Masih Sangat Minim!:



Sehingga harapannya ada persamaan persepsi terkait dengan situasi semacam ini seperti jangan panik dan jangan abai. Selain itu, pihaknya berupaya mendorong warga di tingkatan pedukuhan untuk membangun pranata sosial yang baru dalam rangka untuk mengatur pola relasi sosial.

"Karena banyak sekali kegiatan-kegiatan dalam situasi normal bisa dilaksanakan dan di saat pandemi ini tidak bisa dilaksanakan, misal pemakaman, peribadatan hingga menerima tamu kita dorong sejak pertengahan Maret untuk bagaimana membangun pranata sosial baru seperti cara menerima tamu," ucapnya.

"Jadi itu yang kemudian menjadikan potensi konflik sosial yang mengikuti adanya pandemi ini bisa diminimalisi. Karena di (Desa) Panggungharjo itu kan punya 4 pasien positif COVID-19, yang semuanya bisa diterima secara baik," imbuh Wahyudi.

Tangkapan layar saat Wahyudi Anggoro Hadi menjelaskan konsep Merdesa melalui video conference.Tangkapan layar saat Wahyudi Anggoro Hadi menjelaskan konsep Merdesa melalui video conference. (Foto: Pradito R Pertana/detikcom)

Dengan konsep Merdesa, Wahyudi mengaku telah menyelamatkan beberapa aspek seperti aspek sosial hingga aspek ekonomi. Untuk aspek ekonomi sendiri pihaknya melakukan pencegahan kerawanan pangan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat.

"Pertama untuk aspek sosial kita terselamatkan, kedua aspek ekonomi upaya yang kita lakukan terkait dengan pencegahan kerawanan pangan. Kita sudah distribusikan lebih dari 4 ribu paket sembako, dari pemerintah 2.800an dan semua pembagian inisiasi warga desa sendiri," katanya.

Selain itu, pihaknya juga berupaya menstabilkan rantai pasok. Mengingat bantuan langsung tunai (BLT) dana desa itu kemudian penerima manfaat hanya 3 persen, padahal alokasi anggaran yang kita keluarkan 35 persen dari total dana desa.

"Sehingga kita coba untuk memaksimalkan nilai manfaat atas dana desa itu dengan tanda kutip memaksa para penerima BLT dana desa membelanjakan bantuannya kepada warung tetangga, sehingga berputar di desa," ucapnya.

Tak hanya BLT dana desa, pihaknya juga memberi pemahaman kepada warga khususnya penerima bantuan sosial tunai (BST) untuk menggunakan uang Rp 600 ribu sebagai pemenuhan cadangan pangan. Bahkan, untuk mempermudah hal tersebut pihaknya telah meluncurkan pasardesa.id.

"Kedua, kita berikan pemahaman bahwa itu (BST Rp 600 ribu) bantuan untuk pemenuhan cadangan pangan, pemenuhan kebutuhan dasar selama 9 bulan dari April sampai dengan Desember sehingga rata-rata penggunaan hanya Rp 200 ribu," katanya.

"Itu yang kemudian mendorong kita untuk menginisiasi satu platform pasar digital bernama pasardesa.id. itu untuk menemukan barang-barang persediaan yang masih ada di warung toko dengan warga yang masih punya daya beli atau yang sudah dapat bantuan dari dana desa. Semuanya agar bisa berputar dan memaksimalkan nilai manfaat dari bansos yang diberikan," imbuh Wahyudi.

Halaman 2 dari 2
(mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads