Pemerintah Lebanon akan secara bertahap mencabut lockdown (penguncian) yang telah memperparah krisis ekonominya. Hal itu diumumkan Perdana Menteri Hassan Diab pada hari Minggu (17/5) waktu setempat, meskipun ada peningkatan dalam jumlah kasus infeksi Corona.
Berbicara di televisi, Diab mengatakan bahwa negara itu akan "dibuka kembali berdasarkan rencana lima tahap" pada hari Senin ini, merujuk pada peta jalan (road map) pemerintah yang bertujuan untuk sepenuhnya mencabut pembatasan pada awal Juni.
"Kami menyadari bahwa melanjutkan lockdown memiliki dampak ekonomi dan sosial yang serius," ujar Diab seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (18/5/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita berusaha, sebisa mungkin, untuk meminimalkan dampak ini," imbuhnya.
Lebanon sejauh ini telah mencatat 911 kasus infeksi COVID-19, termasuk 26 kematian.
Hal itu disampaikan PM Diab pada Minggu (17/5), hari terakhir dari lockdown selama empat hari yang mulai berlaku Rabu (13/5) malam, menyusul kenaikan jumlah kasus Corona.
PM Diab mengatakan bahwa jumlah kasus telah meningkat akhir pekan lalu, meningkat hampir lima kali lipat selama 10 hari.
Diab juga mengatakan bahwa pihak berwenang akan menerapkan aturan karantina di "lingkungan dan wilayah dengan tingkat infeksi tinggi" untuk membendung penyebaran virus mematikan ini.
Baca juga: Bayi Baru Lahir di Rusia Positif Corona |
Lebanon saat ini berada di tengah-tengah krisis ekonomi terburuknya sejak perang saudara 1975-1990, yang diperparah oleh pandemi Corona.
Sebanyak 45 persen dari populasi Lebanon sekarang hidup di bawah garis kemiskinan, dan puluhan ribu orang kehilangan pekerjaan atau gaji mereka dipotong karena kemerosotan ekonomi.
Tonton juga video 'Petani Legendaris Italia Bertahan Setengah Mati di Pandemi Corona':