Sholat Idul Fitri adalah sholat sunnah yang dilakukan untuk menandai berakhirnya bulan Ramadhan dan menyambut datangnya Hari Raya Idul Fitri.
Hukum Sholat Idul Fitri yakni sunnah muakad yaitu sangat dianjurkan. Nabi Muhammad SAW juga melaksanakan sholat Idul Fitri.
Baca juga: Kapan Datangnya Malam Lailatul Qadar? |
Waktu Sholat Idul Fitri adalah mulai dari naiknya matahari setinggi tombak sampai tergelincir. Pelaksanaan disunahkan untuk sedikit ditunda agar kaum muslimin dapat menunaikan zakat fitrah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait pelaksanaan sholat Idul Fitri, ada amalan sunah untuk dikerjakan orang yang melaksanakan sholat Idul Fitri, berdasarkan buku bertajuk 'Idul Fitri' karya Muhammad Saiyid Mahadhir, Lc., M. Ag.
Berikut amalan sunah saat melaksanakan sholat Idul Fitri:
1. Takbiran
Allah swt berfirman: "Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu bertakbir (mengagungkan Allah) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur".
Menurut Ibnu Katsir ayat inilah yang menjadi sandaran para ulama fiqih sebagai dalil adanya takbiran ketika ibadah Ramadhan telah berakhir. Selain itu ada hadits Rasulullah saw berikut:
Dari Ummu Athiyyah RA berkata: "Kami dahulu diperintahkan untuk keluar pada hari raya sehingga para gadis juga keluar dan perempuan yang sedang haid pun keluar rumah. Mereka berada di belakang jemaah sholat, mereka bertakbir sebagaimana jemaah lain bertakbir, mereka berdoa dengan doa para jemaah, mereka berharap keberkahan hari itu." (HR. Bukhari).
Sehingga dari malam hari raya pun sudah boleh untuk takbiran, dengan meninggikan suara, baik di masjid-masjid, di rumah-rumah, di jalan-jalan. Di atas motor, di dalam mobil, dalam pesawat terbang, dan di atas perahu atau kapal. Itu semua dilakukan untuk syiar serta memberi tahu masyarakat lain bahwa Ramadhan telah selesai.
Besoknya saat keluar rumah menuju masjid atau lapangan untuk merasakan sholat maka tetap juga disunnahkan untuk bertakbir di sepanjang jalan dengan mengeraskan suara, dan berhenti bertakbir sampai imam sholat memulai sholat Id. Ini adalah pendapat yang shahih menurut Imam An-Nawawi.
2. Menghidupkan Malam Idul Fitri
Amalan sunah Idul Fitri lainnya yakni menghidupkan malam Idul Fithri. Maksudnya adalah tetap mengisinya dengan ibadah-ibadah yang selama Ramadhan sudah dibangun. Jangan sampai ada kesan bahwa saat matahari terakhir Ramadhan terbenam saat itu terbenam jugalah segala kebaikan yang sudah dirajut selama ramadhan.
Membaca Al-Quran, sholat tahajud, sholat witir, berdzikir, apalagi sholat Maghrib berjamaah, Isya berjamaah dan Subuh berjamaah adalah hal yang tidak boleh hilang seiring bergantinya bulan dari Ramadhan menuju Syawal.
Rasulullah SAW bersabda:
"Siapa yang shalat pada malam dua hari raya berharap ridha Allah maka tidak akan mati hatinya pada saat hati-hati manusia lain mati". (HR. Ibnu Majah).
Secara khusus Imam As-Syafi'i berkata: "Doa akan dikabulkan pada lima malam yakni malam jumat, malam Idul Adha, malam Idul Fithri, awal malam bulan rajab dan pada malam nisfu sya'ban.
Imam As-Syafi'i menambahkan bahwa Beliau mendapati kabar bahwa penduduk Madinah pernah ramai-ramai berkumpul di masjid pada malam lebaran. Mereka berdoa dan berdzikir kepada Allah SWT. Apapun bentuk ibadahnya, lanjut Imam As- Syafi'i, yang jelas mereka menyukainya. Walaupun yang demikian bukanlah sebuah kewajiban.
Diharapakan, walau biasanya pada malam lebaran kita semua sibuk, ada yang masih dalam perjalan mudik, sebagian ada yang sibuk menyeterika baju, ibu-ibu biasanya juga sibuk di dapur menyiapkan ragam makanan untuk hari lebaran, setidaknya tetap melaksanakan shalat Isya dan Subuh berjamaah, dan bertakbir. Hal ini agar kita masih tetap mendapatkan keutamaan malam Lebaran.
Baca juga: Antara Nuzulul Qur'an dan Lailatul Qadar |
3. Mandi dan Memakai Pakaian Terbaik
Disunnahkan untuk mandi sebelum berangkat ke tempat shalat. Dalilnya adalah hadits Nabi Muhammad SAW berikut:
"Dari Ibnu Abbas RA berkata: bahwa Rasulullah SAW mandi pada hari Idul Fithri dan Idul Adha. (HR. Ibnu Hibban). Disunnahkan juga untuk mengenakan pakaian yang terbaik di hari itu, khususnya untuk pakaian shalat, baik peci, baju koko atau gamis, sarung, celana, juga mukena". Rasulullah SAW juga melakukan hal yang sama: Dari Jabir RA bahwa Nabi SAW memiliki jubah yang dikenakannya pada saat dua hari raya dan hari Jumat. (HR. Al-Baihaqi).
Imam As-Syafi'i meriwayatkan sebuah hadits lainnya: Bahwa nabi Muhammad SAW pada setiap lebaran selalu memakai pakaian hibarah (HR. As-Syafi'i). Hibarah itu adalah salah satu model pakaian yang terkenal di Yaman pada waktu itu. Pakaian hibarah inilah yang dahulu diselimutkan kepada Nabi Muhammad SAW saat Beliau wafat.
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits, cerita dari Ibnu Abbas RA: Bahwa Abu Bakar RA membuka wajah nabi Muhammad SAW ketika beliau wafat dari pakaian hibarah yang menyelimuti Beliau. Abu Bakar RA melihat wajah Nabi SAW kemudian Abu Bakar mencium wajah Nabi Muhammad SAW (HR. Ahmad).
Lebih afdhal memakai pakaian yang berwarna putih, disukai juga untuk memakai imamah (sorban). Jika seandainya hanya ada satu baju maka baju itu baiknya dicuci terlebih dahulu. Khusus untuk dipakai besoknya pada hari raya. Disukai juga mengajak anak-anak dengan dipakaikan pakaian bagus. Boleh juga dikasih pernak-pernik perhiasan lainnya.
4. Makan Sebelum Sholat
Disunnahkan bagi kita untuk makan sebelum melaksanakan sholat Idul Fithri. Dasarnya adalah hadits berikut ini :
Dari Anas bin Malik radliyallahuanhu berkata, "Rasulullah tidak berangkat pada Idul Fitri hingga Beliau memakan beberapa kurma". (HR. Bukhari).
5. Pergi dan Pulang Sholat dengan Rute Berbeda
Disunahkan untuk mengambil rute yang berbeda antara jalan pergi dan pulangnya. Hal itu berdasarkan perilaku Rasulullah SAW:
"Rasulullah SAW ketika hari lebaran mengambil jalan yang berbeda (pulan dan pergi)." (HR. Bukhari).
Perihal apa alasan Nabi Muhammad SAW mengambil jalan yang berbeda, memang tidak ditemukan penjelasan khusus. Namun ada beberapa penafsiran, di antara tafsiran itu adalah apa yang disampaikan oleh Imam An-Nawawi:
a.Nabi memilih jalan pergi lebih panjang ketimbang jalan pulang karena perginya dinilai lebih utama.
b. Nabi memilih jalan yang berbeda karena dikedua jalan itu nabi SAW bersedekah.
c. Nabi mengambil jalan yang berbeda untuk memberikan penghormatan kepada penduduk yang tinggal didua jalan itu.
d. Nabi mengambil jalan yang berbeda agar kedua jalan itu memberikan kesaksian kepada Nabi SAW.
e. Nabi mengambil jalan yang berbeda untuk mengajari kedua penduduk dan memberikan fatwa kepada mereka.
f. Nabi mengambil jalan yang berbeda agar tidak diketahui jalan pulangnya oleh orang-orang munafik yang mungkin mengintainya untuk menyakiti Beliau.
g. Nabi mengambil jalan yang berbeda untuk memunculkan sifat tafa'ul (optimistis) atas perubahan kondisi ke suasana ampunan dan ridha Allah.
Disunahkan juga, khususnya jika tempatnya tidak terlalu jauh, untuk pergi dan pulang dari sholat Idul Fitri dengan berjalan kaki. Ibnu Umar berkata: "Bahwa Nabi Muhammad SAW keluar rumah pada hari Lebaran dengan berjalan kaki dan pulangnya juga berjalan kaki." (HR. Ibnu Maja). Namun saat pandemi corona seperti ini, sholat Idul Fitri disarankan dilakukan di rumah saja.
(nwy/erd)