Jumlah pasien positif virus Corona (COVID-19) dari klaster Indogrosir, Sleman terus bertambah. Hari ini Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengumumkan ada tambahan 10 orang positif Corona dari klaster Indogrosir.
"Penambahan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 hari ini, tujuh karyawan Indogrosir, satu anak karyawan Indogrosir, dan dua orang terkait klaster Indogrosir," kata juru bicara Pemda DIY untuk penanganan COVID-19 Berty Murtiningsih dalam keterangannya, Rabu (13/5/2020).
Berdasarkan catatan detikcom, sejak diumumkannya klaster Indogrosir oleh Gugus Tugas Penanganan COVID-19 DIY pada 8 Mei 2020 lalu, tercatat sudah ada 25 orang yang dinyatakan positif. Delapan orang di antaranya merupakan warga Sleman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Delapan orang yang terkonfirmasi positif dari Klaster Indogrosir merupakan warga Sleman," kata Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo melalui pesan singkat, Rabu (13/5).
Pemkab Sleman telah melakukan rapid test massal. Hasilnya, untuk sementara 39 orang diketahui reaktif.
"Rapid test hari kedua ini total 39 reaktif saat rapid test," ungkapnya.
Joko menjelaskan kendati tidak ada hitungan secara pasti, namun secara umum persentase pasien positif saat rapid test sekitar 10 persen dari hasil yang reaktif. Hal itu pun menjadi perhatiannya.
"Memang itu statistik epidemiologi kita tidak ada hitungan pasti, sebetulnya hasil reaktif dari satu rapid test memang menjadi positif angkanya 10-20 persen, itu yang kami waspadai," ungkapnya.
Dengan persentase itu, Pemkab Sleman harus bersiap untuk menyiapkan fasilitas kesehatan. Baik untuk isolasi maupun merawat pasien yang positif.
Joko mengungkapkan, di Sleman terdapat 24 jaringan rumah sakit rujukan untuk penanganan COVID-19. Jumlah kamar isolasi yang tersedia yakni sekitar 117 kamar.
"Memang kapasitasnya sangat terbatas sekali untuk ruang isolasi. 24 rumah sakit itu tidak termasuk RSUP Sardjito," jelasnya.
Pemkab Sleman pada dasarnya memiliki protap untuk isolasi bagi mereka yang reaktif. Yakni isolasi harus dilakukan di rumah sakit.
Namun, dengan tambahan hasil reaktif dan jumlah ruang isolasi yang terbatas, Pemkab Sleman akhirnya menggunakan Asrama Haji Yogyakarta untuk isolasi. Joko pun tidak menampik jika ada potensi ledakan kasus di klaster Indogrosir.
"Ini pilihan terbaik di antara yang kurang baik. Sebelum klaster Indogrosir ini kita masih bersikukuh mengharuskan rapid test reaktif dirawat di rumah sakit (meskipun secara fisik sehat)," kata Joko.
"Akhirnya harus mengakui kenyataan, ada potensi ledakan kasus confirm saat ini, padahal kapasitas kamar isolasi rumah sakit di Sleman saat ini sangat terbatas. Jadilah Asrama Haji sebagai 'faskes' darurat untuk karantina," lanjutnya.
Kendati menjalani isolasi di Asrama Haji, Joko memastikan tetap menerapkan protokol yang ketat. Selain itu ada dokter dan perawat yang ditempatkan di Asrama Haji.
"Di Asrama Haji, aturan atau protokolnya sangat ketat. Mirip isolasi non kritikal di rumah sakit. Saat ini ada dokter yang ditempatkan di sana sebagai koordinator pelayanan selain penambahan tenaga perawat," jelasnya.
Disulapnya Asrama Haji Yogyakarta sebagai semacam 'rumah sakit darurat' menurut Joko dapat mengurangi beban rumah sakit. Kendati demikian dia tetap berkomunikasi dengan rumah sakit lain untuk memastikan ketersediaan kamar untuk perawatan pasien positif COVID-19 tersedia andai daya tampung rumah sakit di Sleman tidak mencukupi.
"Sekarang kami sedang menata dengan adanya Asrama Haji jadi semacam 'rumah sakit darurat' untuk isolasi hasil rapid test yang reaktif itu kan akan mengurangi beban rumah sakit. Jadi yang 117 kamar itu nanti siap menampung yang positif," tuturnya.
"Kalau di Sleman sudah penuh, kami sudah koordinasi dengan RSPAU Hardjolukito, mereka punya 108 kamar untuk yang positif," kata dia menambahkan.