Sejumlah anggota Unit Satwa Disamapta Polda Sulawesi Selatan (Sulsel) memberi penghormatan terakhir untuk Archi, anjing K9 yang mati akibat kanker. Digelar upacara sebelum anjing ini dikebumikan.
"Kepada satwa K9 Archi, hormat, gerak," terdengar perintah penghormatan untuk Archi.
Momen ini diabadikan dalam rekaman video yang kemudian diunggah di akun Instagram archi_k9_polri. Pawang atau handler Archi, Bripka Febriar Tofan, mengatakan Archi mati pada Minggu (19/5) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
View this post on InstagramPenghormatan terakhir kepada satwa K9 Archi 👮🏻
ADVERTISEMENTA post shared by K-9 Archi (@archi_k9_polri) on May 11, 2020 at 1:16am PDT
Febriar mengatakan Archi sejak 18 Maret 2020 sudah menjalani perawatan kanker di sebuah klinik satwa di Jalan Emmy Saelan, Makassar. Archi sedianya akan menjalani operasi, namun operasi tak kunjung dilakukan karena terhalang komposisi sel darah Archi yang belum lengkap.
Hingga akhirnya, kondisi Archi makin memburuk pada Minggu (10/5) malam. Febriar menyaksikan saat-saat terakhir anjing k9 andalan Polda Sulsel itu saat dibawa ke klinik.
"10 menit saya tiba di klinik, saya masuk dia sudah lemas. Jadi dia mati sekitar pukul 23.40 Wita," katanya.
Archi terbilang populer bagi masyarakat Sulsel lantaran polisi satwa ini sudah sering ditugaskan di wilayah terdampak bencana. Kemampuan Archi mengendus keberadaan mayat yang tertimbun begitu bisa diandalkan. Disebutkan Archi bisa mengendus bau mayat dari jarak 2 kilometer.
Sepak Terjang Archi
Febriar merasa kehilangan atas kematian anjing K9 yang memiliki warna cokelat berbintik putih itu. Febriar mengenang aksi bersama Archi saat melakukan pencarian jasad korban usai terjadi gempa, tsunami, dan likuifaksi di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), pada 2018 lalu.
Archi saat itu langsung diterjunkan di wilayah Petobo, tempat di mana banyak mayat korban ditelan bumi akibat likuifaksi pada tanah. Puluhan mayat berhasil diendus Archi.
![]() |
"Total jenazah, kalau saya ingat, dapat titik sumber bau itu 23 mayat, ini titiknya yang benar-benar susah ya, mayat tenggelam dan Archi cuma cari bau," terang Febriar.
Dia mengatakan saat itu kondisi Archi sedang buruk karena ada kerak pada bagian giginya hingga harus dirawat di klinik. Meski tidak dalam kondisi terbaik, namun Archi tetap diterjunkan.
"Saat ke Palu sama dia, itu dalam keadaan kondisinya tidak terlalu baguslah untuk tugas. Cuma karena ini perintah, ndak mungkinlah saya bilang ke Pak Kapolda, itu hari kan Pak Umar (Irjen Umar Septono). Jadi ndak bisa kecewakan pimpinan, jadi saya bilang siap komandan, Archi siap," katanya.
Febriar begitu bangga kepada Archi karena anjing ini tetap maksimal dalam bertugas meski kondisi kesehatannya sedang buruk. Dia melihat Archi langsung bersemangat saat tiba di Petobo. Anjing tangguh.
"Kan dia sebenarnya sakit, tapi saat kita sampai di Palu, saya lihat dia berubah, dia langsung semangat. Saya pelajari, ternyata dia tahu, kapan saya butuhkan dia langsung bangun dari istirahat," cerita Febriar.
"Kan dia kalau di dalam mobil dia tidak pernah bangun, dia tidur, eh, ini anjing pintar, pada saat saya yang mau pakai dia bekerja, dia langsung bangun, langsung ceria loncat-loncat," imbuhnya.
Archi juga pernah diterjunkan ke wilayah terdampak longsor di Manuju dan Sapaya, Gowa, Sulsel, pada awal tahun 2019. Febriar mengklaim, 20 dari 65 mayat korban longsor ditemukan Archi bersama sejumlah anjing pelacak Polda Sulsel lainnya.
Archi juga kerap diterjunkan dalam agenda pengamanan penting, seperti pengamanan area vital jelang Natal dan tahun baru di Kota Makassar, serta area vital pada saat pengamanan Pilkada serentak dan ajang Pemilu nasional lainnya di Sulsel.
Febriar menyebut Archi sebagai anjing pintar. Dia mengaku tak punya latar belakang search and rescue (SAR) karena awalnya bertugas di Tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak). Namun masa-masa adaptasi Febriar pada 2007 berjalan lancar lantaran Archi mudah diajak bekerja sama.
"Saya coba latihan, belajar, ternyata si Archi ini lebih pintar dari saya," katanya.