Susah Beli Cat Gegara Pandemi, Perupa Ini Melukis Pakai Empon-empon

Susah Beli Cat Gegara Pandemi, Perupa Ini Melukis Pakai Empon-empon

Eko Susanto - detikNews
Sabtu, 09 Mei 2020 03:35 WIB
Seniman Borobudur, Easting Medi melukis pakai empon-empon, Jumat (8/5/2020)
Foto: Seniman Borobudur, Easting Medi melukis pakai empon-empon, Jumat (8/5/2020). (dok. Istimewa)
Kabupaten Magelang -

Seorang pelukis dari Borobudur, Kabupaten Magelang, Easting Medi (44) kini beralih dari cat menggunakan rempah-rempah atau empon-empon. Medi memutuskan menggunakan empon-empon untuk melukis setelah dia kesulitan mencari cat di masa pandemi virus Corona atau COVID-19 saat ini.

"Saya melukis dengan empon-empon ini mencoba-coba tahun 2002, masih dicampur dengan cat air. Terus mencoba lagi, tanpa campuran cat air, tapi di atas kertas. Kemudian, mencoba di atas kanvas, tapi masih belum serius. Di tahun 2020 ini serius, saya sudah menyiapkan bahan, awal tahun bikin dengan lukisan empon-empon di atas kanvas dapat empat karya," tutur Medi saat dihubungi wartawan, Jumat (8/5/2020).

Terlebih setelah pandemi Corona, dia kesulitan untuk mendapatkan cat air. Dia bahkan sudah pergi ke Yogyakarta untuk membeli cat, tapi pulang dengan tangan kosong karena stok di toko tidak lengkap.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya langsung pulang, wah ini serius aja pakai bahan empon-empon. Di rumah saya lihat tanaman sudah tua-tua masih banyak tersedia," tuturnya.

Medi menuturkan, jika awalnya dia hanya memakai kunyit, temulawak dan temugiring untuk pewarna dalam lukisannya. Dari pewarnaan tersebut, ia merasakan masih kurang sehingga ada sembilan empon-empon yang dipakai lagi antara lain temuireng, kunyit putih, dlingo, bengle dan kencur untuk menambah aroma.

ADVERTISEMENT

Dia menjelaskan, saat akan digunakan untuk melukis, empon-empon ini dikupas dan diparut. Lalu parutan empon-empon tersebut diperas dan diambil airnya.

Selama pandemi Corona ini, kata Medi, ada sekitar 12 karya yang dihasilkannya dengan pewarna dari empon-empon. Karya tersebut tertuang dalam goresan kanvas ukuran mulai dari 40x50 cm, 80x10 cm hingga 150 x 200 cm.

Dia menjelaskan, teknik pewarnaan yang dilakukannya saat melukis dengan empon-empon yakni memakai kunyit untuk membuat garis pokok.

"Untuk warna kuas, saya pakai warna kunyit. Kunyit saya buat untuk garis yang paling pokok, kalau untuk temulawak, temugiring untuk ngisi sela-selanya. Warna lukisan yang muncul cenderung monokrom seperti hampir mirip foto dokumen zaman dulu," tutur seniman lulusan SMA ini.

Medi yang tergabung dalam Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) 15 ini mengungkap teknik pewarnaan dalam melukis dengan empon-empon ini harus dilakukan berulang-ulang. Bahkan untuk satu karya lukisan yang dihasilkan sampai puluhan kali melakukan pewarnaan agar tidak luntur.

"Saya ngecat sekali gores luntur, kedua kali masih luntur, tiga kali masih luntur. Saya ngelukis ini sehari bisa kelihatan selesai, tapi saya biarkan, luntur itu. Saya timpa lagi, ternyata menggoreskan tidak hanya sekali dua kali, ternyata sampai puluhan kali," ujar dia.

Kebanyakan karya lukisan yang dihasilkannya bergambar kepala Buddha antara lain berjudul 'Stay at Home' dengan ukuran 40x50 cm, Power full (80x100 cm), Stay Happy (150x200 cm), Always Smiling (40x50 cm), Harmony (50x60 cm), Relief (80x100), Mbah belet (Buddha Unfinished) dan Borobudur in The Morning (80x100 cm).

Saat disinggung tentang kesukaannya pada lukisan kepala Buddha, Medi menuturkan, dirinya teringat romantisme pada masa kecil.

"Ada romantisme pada masa kecil, di saat Lebaran. Habis dari masjid berlebaran dengan orang tua, tetangga satu kampung, berbondong-bondong menuju Borobudur. Lebaran naik di Candi Borobudur, sekarang kenangan sudah nggak ada. Lebaran di rumah. Naik ke candi sampai puncak, mau naik ngamati tentang tataran candi, relief, di atas sering ngamati kepala Buddha terus turun ngamati lagi," ujarnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads