Pemerintah terus mengimbau masyarakat agar tidak nekat mudik ke kampung halaman menyusul pandemi virus Corona (COVID-19). Pemudik yang nekat ini berpotensi menyebarkan virus Corona.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Letjen Doni Monardo mengungkapkan saat ini kenaikan kasus positif Corona berada pada tren mendatar. Pemerintah masih terus melakukan pengkajian.
"Kasus yang positif kita lihat ada tren yang mendatar dan menurun. Sementara yang kita saksikan jumlah spesimen dan ODP, PDP yang diperiksa mengalami peningkatan," ungkap Doni seusai rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo yang disiarkan YouTube Setpres, Senin (4/5/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita masih tunggu beberapa hari ke depan setelah laboratorium berfungsi optimal, mana yang mengalami penurunan signifikan, mana yang mendatar, mana yang mungkin mengalami peningkatan," sambungnya.
Doni pun menyoroti masih banyaknya masyarakat yang nekat mudik meski sudah ada pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Ia mengajak semua pihak mengkampanyekan 'tidak mudik'.
"Masih ada yang lolos mudik, sekali lagi kita semua mengajak masyarakat untuk betul-betul patuh terhadap anjuran dan larangan pemerintah. Saat ini harus bersabar, harus betul-betul bisa menghindari keinginan untuk pulang," ucap Doni.
Menurut Doni, masyarakat bisa melindungi banyak orang dengan menjaga diri agar tidak terpapar. Ini artinya juga melindungi keluarga dan orang-orang terdekat dari ancaman Corona.
"Kalau kita bisa melindungi diri sendiri, kita bisa melindungi lingkungan kita, maka seyogianya kita bisa menjadi pahlawan untuk diri sendiri dan pahlawan untuk keluarga kita," tuturnya.
Simak juga video Pulih dari Pandemi Covid-19, Pemerintah: Butuh Waktu Sangat Lama:
Doni juga mengungkap sudah adanya kemajuan di beberapa daerah terkait penyebaran virus Corona. Ia mengimbau masyarakat agar patuh dengan tidak mudik sehingga kondisi yang sudah bagus tidak tercemar lagi oleh paparan virus.
"Situasi yang sudah bagus, bahkan ada di beberapa provinsi yang kasusnya 0 jangan sampai karena kehadiran pemudik malah menimbulkan persoalan baru, sementara di daerah banyak keterbatasan. Dokter, perawat, rumah sakit terbatas," sebut Doni.
"Untuk diketahui, jumlah dokter paru kita 1.973, artinya 1 dokter paru harus melayani 1,2 juta warga Indonesia sehingga ketika kita membiarkan diri kita dan lingkungan kita terpapar, artinya sangat terbatas," tambahnya.
Doni mengingatkan kurangnya tenaga medis di daerah. Untuk itu, ia mengajak masyarakat agar sadar diri dengan menjaga supaya tidak membuat tenaga medis kewalahan.
"Di daerah itu tidak ada dokter paru, kita harus menjaga agar jangan sampai para dokter ini kelelahan, tidak cukup waktu istirahat sehingga mereka menjadi mudah menurun imunitasnya kemudian berpotensi terpapar. Kita harus berupaya jangan merepotkan para dokter," tutup Doni.