Pandemi Corona, Masyarakat Bisa Hasilkan Uang Lewat Urban Farming

Pandemi Corona, Masyarakat Bisa Hasilkan Uang Lewat Urban Farming

Tiara Aliya Azzahra - detikNews
Senin, 04 Mei 2020 12:05 WIB
Konsep urban farming saat ini memang menjadi tren berkebun di lahan sempit perkotaan. Salah satunya, Abdul Rahman yang merawat tanamannya di atas rumah.
Masyarakat dapat menghasilkan uang lewat urban farming di tengah masa pandemi COVID-19. (Foto: Grandyos Zafna)
Jakarta -

Pegiat Indonesia Berkebun Winartania menjelaskan berbagai manfaat ketika masyarakat melakukan urban farming. Salah satunya, bisa mendapatkan penghasilan tambahan selama masa pandemi Corona (COVID-19).

Winartania mengatakan bahwa minat masyarakat terhadap urban farming meningkat semenjak pandemi Corona (COVID-19). Urban farming mengusung konsep menanam sederhana dengan memanfaatkan lahan di rumah namun tetap bisa mencukupi kebutuhan sayuran keluarga.

"Setelah social distancing banyak respon dari luar bertanya bagaimana caranya berkebun, karena mungkin sekarang ini jadi banyak waktu di rumah, enggak bisa kemana-mana, mau belanja juga masih mikir-mikir mau beli sayur dan bahan-bahan makanan," kata Winartania dalam siaran langsung di saluran YouTube BNPB, Senin (4/5/2020).

Pegiat Indonesia Berkebun, Winartania.Pegiat Indonesia Berkebun, Winartania. Foto: dok. BNPB



"Jadi banyak teman-teman tertarik menanam di rumah, dengan tanaman simple dan mudah tapi bisa mencukupi kebutuhan pangan di rumah," lanjutnya.

Winartania merekomendasikan agar masyarakat menanam kangkung dan bayam karena mudah perawatannya serta diminati banyak orang. Apabila kebutuhan pangan di rumah sudah terpenuhi, sayuran berlebih bisa dijual ke tetangga-tetangga sekitar rumah.



"Kalau kita sarankan tanaman sayuran yang kita suka dan banyak dikonsumsi oleh warga sekitar kita, misalnya kita tahu nih banyak yang suka bayam, kangkung dan itu menanamnya tidak susah. Kita bisa tanam yang mudah dulu baru setelah panen berlebih kita bisa jual. Mungkin di sekitar kita sayuran lokal juga banyak disukai," jelasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Simak juga video Jokowi Singgung Pasien Corona yang Kabur dari RS:



Selain bayam dan kangkung, masyarakat juga bisa menanam tanaman yang panennya menahun. Seperti misalnya menanam daun kelor atau daun pepaya jepang.

"Iya gampang dan dia menahun. Jadi sekali tanam bisa panen berkali-kali. Kalau bayam dan kangkung biasanya kita cabut, jadi abis tanam setelah 3 minggu cabut. Tapi kalau ada tanaman perenial yang bisa tanam sepanjang tahun kota bisa panen. Seperti (daun) pepaya jepang, dan lain-lain," ujarnya.

Di tengah pandemi Corona ini, masyarakat bisa menjajakan sayurannya kepada warga sekitar melalui media sosial. Sebelum akhirnya sayuran diantarkan ke rumah tetangga.



"Kita bisa ditawarkan ada kelebihan panen nih, ada yang mau enggak. Ada WA suka sharing. Soalnya enggak bisa keluar-keluar kan jadi bisa diantar," katanya.

Urban farming berarti bercocok tanaman di lingkungan rumah. Bahkan, di lahan sempit sekalipun masyarakat bisa melakukan urban farming dengan cara membuat instalasi tanaman secara vertikal ataupun menggantung di dinding.

"Kalau lahannya terbatas ada beberapa alternatif ya, kita bisa gunakan instalasi seperti hidroponik, jadi vertikal. Jadi ke atas dengan vertikal kultur. Ini enggak perlu lahan luas tapi bisa manfaatkan areal ke atas atau bisa juga ke dinding," jelasnya.

Berkebun di Urban Farming CenterBerkebun di Urban Farming Center Foto: (Ria Rahmawati/d'travelers)



Setidaknya, sayuran membutuhkan waktu 6 jam terkena cahaya matahari. Untuk itu, pastikan tanaman berada di tempat yang terkena cahaya matahari yang cukup. Winartania mengatakan cahaya matahari pagi paling baik bagi tanaman.

"Iya, karena sayuran jadi kena matahari penting sekali. Tapi lebih bagus matahari pagi ya, jadi kalau punya rumah menghadap ke timur bisa di depan, kalau kebalikannya agak ke belakang. Yang penting bisa kena sinar matahari selama 6 jam," ungkapnya.



Namun, Winartania menghimbau untuk selalu pastikan tanaman memiliki nutrisi yang cukup. Apabila sulit mencari media tanam, masyarakat bisa mengelola sampah organik yang ada di dapur menjadi pupuk kompos.

"Jadi kalau misalnya tanaman sayuran mereka butuh unsur hara banyak kalau media tanamnya kurang nutrisi otomatis tanamannya akan tumbuh tidak maksimal. Jadi awalnya kita butuh bikin media tanam penuh nutrisi, kita bisa campur pupuk kompos, sekam bakar," ungkapnya.



"Sebenarnya sampah organik bisa diolah menjadi kompos, sebenarnya ada di dapur kita sisa sampah organik. Bikin lubang biopori masukkan sampah disana. Banyak cara membuat pupuk kompos," lanjutnya.

Untuk pemula, Winartania menyarankan agar terlebih dahulu mempelajari cara menanam dengan sistem urban farming. Setelah itu, masyarakat bisa langsung memulai menanam sayuran yang mudah perawatannya.

"Mungkin kalau untuk teman-teman yang baru belajar berkebun bisa tanya di akun sosmed kita, bisa juga tanam tanaman yang mudah dulu supaya tidak baper. Dan jangan menyerah," ujarnya.

Halaman 2 dari 3
(dkp/dkp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads