Analisis IPW Soal Pergerakan 3 Gerbong Besar dalam Mutasi Perwira Polri

Analisis IPW Soal Pergerakan 3 Gerbong Besar dalam Mutasi Perwira Polri

Audrey Santoso - detikNews
Minggu, 03 Mei 2020 04:41 WIB
Neta S Pane
Ketua Presidium IPW Neta S Pane (Foto: Ari Saputra/detikcom)
Jakarta -

667 perwira tinggi dan menengah Polri dimutasi. Indonesia Police Watch (IPW) menyoroti hal tersebut dan menyebut ada tiga 'gerbong' besar yang bergerak dalam mutasi besar-besaran Polri, yakni gerbong Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kapolri Jenderal Idham Azis dan Kepala BIN Budi Gunawan.

"Mutasi besar-besaran kali ini yang dilakukan Polri adalah hal biasa untuk penyegaran organisasi di kepolisian. Namun IPW melihat dalam mutasi ini ada tiga gerbong besar yang bergerak, yakni naiknya orangnya Jokowi menjadi Kapolda jateng, naiknya orang-orangnya Idham Azis di antaranya menjadi Kapolda Kalteng dan Kapolda Jatim, serta naiknya orangnya Budi Gunawan menjadi jenderal bintang tiga," kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane dalam siaran persnya, yang dikutip detikcom pada Sabtu (2/5/2020).

Untuk diketahui jabatan Kapolda Jawa Tengah (Jateng) akan ditinggalkan Irjen Rycko Amelza Dahniel. Dia dipromosikan pada job bintang tiga yaitu Kabaintelkam Polri, menggantikan Komjen Agung Budi Maryoto yang ditunjuk sebagai Irwasum Polri. Jabatan Kapolda Jateng akan diisi oleh Brigjen Ahmad Lutfhi yang sebelumnya menjabat sebagai Wakapolda Jateng.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian jabatan Kapolda Jawa Timur (Jatim) akan ditinggalkan Irjen Luki Hermawan. Dia dimutasi menjadi Wakalemdiklat Polri, menggantikan Irjen Boy Rafli Amar yang mendapat promosi job bintang tiga menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT). Jabatan Kapolda Jatim akan diisi oleh Irjen Fadil Imran yang saat ini menjabat sebagai Staf Ahli Kapolri bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya, jabatan Kapolda Kalimantan Tengah (Kalteng) akan ditinggalkan Irjen Ilham Salahudin, yang dimutasi menjadi Anjak Utama Itwasum Polri. Jabatan Kapolda Kalteng akan diisi oleh Brigjen Dedi Prasetyo, yang kini menjabat sebagai Karo Binkar SSDM Polri.

ADVERTISEMENT

"Naiknya orangnya Jokowi menjadi Kapolda Jateng ini cukup fenomenal bagi dinamika Polri. Sebab yang bersangkutan bukanlah alumni Akademi Kepolisian. Jika melihat cepatnya karier yang bersangkutan melesat setelah menjadi panitia pengamanan pernikahan putri Jokowi di Solo. Sepertinya yang bersangkutan sedang dipersiapkan Jokowi untuk menjadi calon Kapolri ke depan. Bisa jadi akan dipersiapkan menggantikan Idham Azis," ucap Neta.

Neta menilai mutasi yang paling fenomenal adalah dipromosikannya Brigjen Ahmad Lutfhi sebagai Kapolda Jateng. Hal ini, sambung Neta, membuktikan figur non-Akpol dapat menduduki jabatan strategis.

"Dari mutasi besar kali ini yang paling fenomenal dalam penilaian IPW, adalah naiknya Wakapolda Jateng menjadi Kapolda. Sekaligus hal ini menandai untuk pertama kalinya figur non-Akpol tampil menjadi Kapolda Jateng," ujar Neta.

Namun menurut Neta, fenomena dalam mutasi besar-besaran Polri kali ini tak hanya itu. Dia mengatakan Irjen Rycko Amelza Dahniel yang diangkat menjadi Kabaintelkam Polri, sekaligus mendapat promosi kenaikan pangkat juga suatu fenomena.

"Fenomena lain adalah naiknya mantan ajudan Presiden SBY menjadi jenderal bintang tiga dan menjabat posisi strategis, yakni Kabaintelkam. Biasanya posisi Kabaintelkam selama ini dipegang oleh figur yang dekat dengan kekuasaan, karena menyangkut kemampuan analisa keamanan dan cipta kondisi bagi situasi kamtibmas dan kelanggengan kekuasaan. IPW belum mendapat info A (pasti), kenapa mantan ajudan Presiden SBY bisa tampil menjadi Kabaintelkam Polri di era Presiden Jokowi," tutur dia.

Masih seputar fenomena, lanjut Neta, dimutasinya Irjen Luki Hermawan dari jabatan Kapolda Jatim menjadi Wakalemdiklat Polri menimbulkan tanda tanya. Neta mengungkapkan situasi di Jatim kondusif saat Pilpres 2019, bahkan Presiden Jokowi meraih kemenangan suara signifikan di wilayah tersebut. Namun tak dijelaskan lebih detail tentang apa kaitan Irjen Luki dengan kemenangan Presiden Jokowi di Jatim dalam Pilpres 2019.

"Fenomena yang tak kalah menarik adalah digesernya Kapolda Jatim ke posisi wakalemdikpol. Padahal di masa pilpres 2019, Jatim sangat aman dan kondusif serta memberikan suara kemenangan yg signifikan bagi kemenangan Jokowi dalam perolehan suara. Jadi pertanyaan memang, kenapa Kapolda Jatim tergeser ke Wakalemdikpol, sementara ada Kapolda yang 'tidak berdarah darah' di Pilpres 2019 dinaikkan jadi bintang tiga. Fenomena ini sangat ironis, jika dilihat lagi bahwa Pangdam Brawijaya belum lama ini naik posisi menjadi jenderal bintang tiga," ungkap Neta.

Neta juga memandang dalam mutasi kali ini, alumni Akpol yang satu angkatan dengan Idham Azis, serta anggota Polri yang pernah bertugas di Densus 88 Antiteror diangkat ke jabatan strategis. Untuk diketahui, Idham Azis lama bertugas di Densus 88 Antiteror.

"Mutasi kali ini juga membawa sejumlah teman teman satu angkatan Akpol dengan Idham Azis bergeser ke tempat strategis. Begitu juga beberapa alumni Densus 88 bergeser ke tempat strategis," sebut Neta.

Kendati demikian, Neta melihat beberapa anggota Polri yang dekat dengan Mendagri Tito Karnavian, saat masih menjabat sebagai Kapolri, tergeser dari jabatan strategis di Polri. "Di sisi lain ada beberapa orangnya Tito Karnavian tergeser, dan ada yang masih bertahan di posisi strategis," imbuh Neta.

Terakhir, Neta mengingatkan mutasi di tubuh Polri harus berjalan secara profesional, modern dan terpercaya (promoter). Apalagi, tambah Neta, saat ini kondisi bangsa sedang tak kondusif akibat wabah virus Corona (COVID-19) yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) dan krisis ekonomi yang berpengaruh terhadap keamanan masyarakat.

"IPW hanya mengingatkan mutasi ini harus bisa menjadikan Polri benar-benar Promoter, karena tantangan Polri ke depan cukup berat. Dampak pademi COVID-19 telah membuat banyak pihak terpuruk ekonominya, ancaman PHK di depan mata, berbagai industri makin terkapar, dan kesulitan ekonomi makin parah jika wabah COVID-19 tidak berkesudahan," jelas Neta.

"Artinya, ke depan polri tidak sekadar menghadapi tingkah pola para kriminal, tapi ancaman konflik sosial sebagai dampak pandemi COVID-19, patut dicermati. Apalagi saat ini sudah ada pihak yang menamakan dirinya Anarko, yang memprovokasi massa untuk membuat kerusuhan. Sehingga intelijen kepolisian dituntut bekerja keras untuk melakukan antisipasi dan deteksi dini," pungkas Neta.

Sebelumnya, melalui Surat Telegram bernomor ST/1377/V/KEP./2020; ST/1378/V/KEP./2020, ST/1381/V/KEP./2020, ST/1382/V/KEP./2020 dan ST/1383/V/KEP./2020ntertanggal 1 Mei 2020, Kapolri Jenderal Pol Idham Azis merombak besar-besaran posisi sejumlah perwira tinggi dan menengahnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads