Tak banyak yang tahu bahwa Kabupaten Boyolali merupakan salah satu daerah penghasil komoditas kayu putih di Indonesia. Di Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Boyolali, misalnya, minyak kayu putih jadi salah satu sumber rezeki bagi para petani.
Mereka tak hanya memproduksi bahan baku yang berasal dari tanaman kayu putih, melainkan juga mengolahnya hingga menjadi minyak dengan alat penyulingan.
Ketua Kelompok Tani Wonolestari I, Sojo, mengatakan ada dua alat penyulingan yang dimanfaatkan oleh para petani di tempatnya. Dalam sehari, dua alat tersebut bisa menghasilkan sekitar 28 kg minyak kayu putih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun menjelaskan proses para petani di tempatnya memproduksi kayu putih, mulai dari pemetikan daun, penyulingan sampai menjadi minyak.
"Proses pemetikan dari petani memetik daun langsung ditempatkan di karung-karung itu, katakan dapat 10 karung langsung bisa dibawa pakai sepeda motor. Mengingat jalannya masih belum bagus, jadi bawanya pakai sepeda motor, dibawa ke pabrik sini," kata Sojo kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Sebelum diproses menjadi minyak, karung-karung berisi daun kayu putih itu ditimbang terlebih dahulu. Di Wonoharjo, petani akan mendapatkan upah Rp400 untuk tiap kilogram (kg) daun kayu putih yang mereka petik dari Perhutani.
![]() |
Usai ditimbang, daun kayu putih itu pun dimasukkan ke dalam sebuah ketel berukuran besar untuk dimasak.
"Satu ketel itu memuat satu ton daun. Terus dimasak 6 jam untuk menghasilkan minyak 7 kg (minyak kayu putih). Satu hari itu biasanya masak dua kali, pagi sampai siang terus lanjut siang sampai sore," jelasnya.
Saat proses memasak, lanjut Sojo, ketel juga harus dipastikan tertutup rapat agar uap yang muncul dapat menghasilkan minyak kayu putih secara maksimal.
![]() |
Proses pemasakkan juga harus terus ditunggu agar minyak kayu putih terolah dengan baik dan hasil minyaknya tidak berkurang. Setelah masak, minyak itu pun kemudian ditampung dalam tangki besar.
"Karena kita ada PKS (perjanjian kerja sama) dengan Perum Perhutani, hasil penyulingan itu dijualnya ke Perum dihargai Rp265 ribu per kg," ucapnya.
![]() |
Dengan adanya tambahan alat suling dari Corporate Social Responsibility (CSR) BRI yang diberikan pada awal tahun ini, Sojo mengaku hal itu bisa menambah penghasilan, mempercepat kinerja serta memperbanyak produksi minyak kayu putih di Desa Wonoharjo.
"Dengan adanya tambahan alat suling dari BANK BRI, saya sebagai petani berterima kasih. Nanti bisa menambahkan hasil untuk pemasakan daun kayu putih dan bisa menambah penghasilan juga untuk kelompok. Karena kan dulu cuma dua kali masak, sekarang jadi bisa 4 kali masak, selain bisa menambah penghasilan, juga bisa mempercepat kinerja," pungkasnya.
(akn/ega)