Pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump soal sarankan pasien virus Corona disuntik disinfektan berujung lonjakan pemakaian disinfektan tak wajar di negara itu. Bak lempar batu sembunyi tangan, Trump mengaku tak bertanggung jawab atas lonjakan pemakaian disinfektan tersebut.
Dirangkum detikcom, Selasa (28/4/2020), dalam konferensi pers soal pandemi virus Corona di Gedung Putih, pekan lalu, Trump secara keliru menyarankan bahwa menyuntikkan disinfektan atau memaparkan sinar ultraviolet ke dalam tubuh bisa digunakan sebagai pengobatan untuk pasien virus Corona.
Saat itu, seorang pejabat Departemen Keamanan Dalam Negeri AS sedang membahas soal eksperimen di mana disinfektan seperti cairan pemutih atau alkohol isopropyl dengan cepat mampu membunuh virus Corona yang menempel di permukaan yang tidak keropos.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trump kemudian melontarkan pertanyaan soal apakah disinfektan bisa digunakan untuk mengobati virus Corona di dalam tubuh manusia -- dia bertanya apakah 'ada cara untuk kita melakukan sesuatu seperti itu, dengan menyuntikkan ke dalam atau nyaris melakukan pembersihan'.
"Dan kemudian saya melihat disinfektan, di mana itu (disinfektan-red) dapat membunuh (virus Corona) dalam satu menit. Satu menit. Apakah ada caranya kita bisa melakukan sesuatu seperti itu, dengan menyuntikkan (disinfektan) ke dalam atau nyaris seperti pembersihan? Karena Anda melihatnya masuk ke paru-paru dan itu melakukan banyak hal pada paru-paru. Jadi akan menarik untuk memeriksa itu," ujar Trump pada saat itu.
Komentar Trump itu memicu kecaman dan memaksa perusahaan produk-produk kebersihan serta para pejabat kesehatan AS merilis peringatan soal bahaya disinfektan jika tertelan. Sehari usai pernyataan Trump, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) merilis peringatan untuk memakai disinfektan rumah tangga secara benar dan tepat.
Menanggapi berbagai kecaman terhadapnya, Trump kemudian mengklaim bahwa pertanyaan itu bersifat 'sarkastik' atau menyindir. Dia berdalih bahwa dirinya mendorong jajaran pejabatnya untuk memeriksa efek disinfektan pada tangan, bukan dikonsumsi atau disuntik.
"Saya menanyakan sebuah pertanyaan secara sarkastik kepada reporter-reporter seperti Anda, hanya untuk melihat apa yang terjadi," ucap Trump dalam pernyataan terbaru kepada wartawan di Gedung Putih, seperti dilansir AFP, Sabtu (25/4).
Dampak dari komentar kontroversial Trump itu, banyak warga di negara bagian Maryland yang menanyakan efektivitas mengkonsumsi atau menyuntikkan disinfektan dalam mengobati virus Corona. Gubernur Maryland, Larry Hogan, mengakui kantornya menerima ratusan telepon dari warga yang penasaran.
Negara bagian Illinois juga melaporkan banyaknya panggilan telepon serupa soal suntikan disinfektan. Direktur Kesehatan Publik Illinois, Dr Ngozi Ezike, menyebut beberapa panggilan melibatkan seseorang yang menggunakan larutan berbasis detergen untuk menghilangkan sinus dan seseorang yang berkumur dengan obat kumur yang dicampur cairan pemutih untuk membunuh kuman.
Kasus keracunan disinfektan dilaporkan terjadi di negara bagian New York. Pusat Pengendalian Racun Kota New York melaporkan adanya lonjakan kasus orang-orang yang mengkonsumsi atau menelan disinfektan rumah tangga. Disebutkan bahwa setidaknya ada 30 kasus yang dilaporkan dalam periode hanya 18 jam. Sembilan kasus di antaranya terkait paparan Lysol -- disinfektan rumah tangga, 10 kasus terkait cairan pemutih dan 11 kasus terkait cairan pembersih rumah tangga.
Teranyar, Trump menyatakan dirinya tidak bertanggung jawab atas lonjakan jumlah orang yang memakai disinfektan secara tidak benar. Lonjakan ini terjadi setelah pekan lalu, Trump secara berbahaya menyarankan pasien virus Corona disuntik disinfektan untuk pengobatan.
Seperti dilansir CNN, Selasa (28/4), saat ditanya soal lonjakan kasus pemakaian disinfektan secara tidak wajar dan tidak benar di AS, Trump menjawab: "Saya tidak bisa membayangkan kenapa."
Ketika ditanya lebih lanjut apakah dia merasa bertanggung jawab atas lonjakan itu, Trump menjawab: "Tidak, saya tidak (bertanggung jawab)."