Nisan Tak Bernama dan Cerita Penggali Makam COVID-19 di Bandung

Nisan Tak Bernama dan Cerita Penggali Makam COVID-19 di Bandung

Yudha Maulana - detikNews
Selasa, 28 Apr 2020 03:43 WIB
Penggali Makam di TPU Cikadut Bandung
Penggali makam COVID-19 di TPU Cikadut Bandung. (Foto: Yudha Maulana/detikcom)
Bandung -

Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cikadut ditunjuk Pemkot Bandung sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi jenazah yang terpapar virus Corona atau COVID-19. Hingga Kamis (27/4/2020), sedikitnya 40-an jenazah korban pandemi telah dimakamkan di sana sejak sebulan terakhir.

Mega mendung menggelayut saat detikcom menyambangi komplek pekuburan tersebut. Tampak tiga orang wanita dan satu orang pria tengah berziarah. Rupanya, salah seorang anggota keluarga mereka baru saja dimakamkan pada Senin (27/4/2020) dini hari, atau saat sebagian umat Muslim bersantap sahur.

Tatang, salah seorang penggali kubur mengatakan, di tengah pandemi virus Corona, waktu pemakaman bisa datang kapan saja. Tak peduli itu siang atau malam hari, terik atau hujan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tadi saat sahur ada satu orang yang kita makamkan, oleh karena itu petugas pemakaman dibagi sif, ada yang siaga di malam hari," ujar Tatang saat berbincang dengan detikcom.

Awalnya, pria yang telah puluhan tahun bekerja sebagai penggali kubur itu khawatir terpapar saat ditugaskan untuk menguburkan pasien COVID-19 pertama kali. Tapi, ketakutan itu sirna setelah mendapatkan penjelasan ilmiah dari paramedis.

"Kami juga dibekali dengan alat pelindung diri (APD), baju pelindung itu sudah tersedia di kantor UPT tinggal pakai saja. Selain itu, kami disemprot disinfektan, jalan yang dilewati tandu pun disemprot disinfektan," ujar Tatang.

Penggali Makam di TPU Cikadut BandungTempat untuk menguburkan pasien COVID-19 di TPU Cikadut Bandung. (Foto: Yudha Maulana/detikcom)

Untuk mempercepat proses pemakaman, para penggali kubur menyiapkan sejumlah liang lahat seluas kurang lebih 2 meter x 1,2 meter. "Kalau misal menggalinya dadakan bisa memakan waktu 1-2 jam, tergantung dari keras atau lembeknya tanah pekuburan," katanya.

"Sebelumnya sempat ada penolakan dari warga, tapi akhirnya warga di sini juga mengerti standar keamanannya," ucap Tatang melanjutkan.

Tatang mengatakan ada dua blok dengan kapasitas 200 makam yang digunakan untuk menguburkan pasien COVID-19. Blok itu dibagi sesuai dengan kepercayaan yang dianut oleh almarhum. Makam-makam di sana hanya ditandai dengan nisan kayu, sebagian ada yang tak bernama.

Halaman 2 dari 2
(bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads