Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melakukan survei terkait metode pembelajaran jarak jauh dengan sistem online yang saat ini sedang diterapkan di Tanah Air. Hasil survei KPAI menunjukkan 52,8 persen siswa meminta pemerintah menggratiskan internet.
Survei tersebut dilakukan KPAI pada 13-20 April 2020 dengan total responden sebanyak 1.700 orang yang merupakan gabungan siswa mulai dari jenjang TK sampai SMA/sederajat di 20 provinsi dan 54 kabupaten/kota di Indonesia.
Pengambilan sampel survei menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik multistage random sampling. Adapun margin of error survei ini 0,5 persen. Responden terbanyak adalah siswa SMA. Survei dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kesulitan selanjutnya, sebanyak 42,2%, menurut responden adalah tidak memiliki kuota internet," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti saat konferensi pers secara virtual, Senin (27/4/2020).
Dari keluhan itu, para siswa, sebut Retno, meminta pemerintah menggratiskan internet. Sebab, untuk belajar secara daring, siswa harus memiliki kuota yang besar.
"Usulan kepada pemerintah untuk menggratiskan internet, karena PJJ dengan daring membutuhkan kuota sangat besar, 52,8 persen," ujar Retno.
Dalam surveinya, KPAI juga mengorek penilaian siswa terhadap metode pembelajaran dengan sistem online. Hasilnya, 76,7 persen siswa mengaku tidak senang dengan metode PJJ.
"Ternyata siswa tidak senang dengan pembelajaran jarak jauh. Angkanya cukup tinggi. Dari 1.700 (responden), ini 76,7 persen menyatakan tidak senang, ya. Hanya 23,3 persen menyatakan senang," katanya.
"Alasan senang pun, anak-anak itu mengatakan bahwa nggak perlu bangun pagi, nggak perlu pakai seragam. Itu rupanya sesuatu yang disenangi," imbuh Retno.
Simak video Kak Seto: Banyak Anak Tertekan saat Belajar di Rumah: