Yayasan Cerita Kendala Rawat 3 Anak Difabel Positif Corona di Asrama

Yayasan Cerita Kendala Rawat 3 Anak Difabel Positif Corona di Asrama

Yogi Ernes - detikNews
Sabtu, 25 Apr 2020 17:05 WIB
Poster
Ilustrasi Corona (Edi Wahyono/detikcom)
Jakarta -

Tiga dari empat anak berkebutuhan khusus (difabel) yang terjangkit positif Corona di Jakarta Timur kini tengah menjalani isolasi mandiri di Yayasan Rawinala. Direktur Yayasan Rawinala Dwi Hardjo bercerita mengenai kesulitan yang kerap dialami dalam merawat anak difabel yang sudah tak punya orang tua itu.

Dwi mengaku sempat dilema ketika memutuskan apakah akan merawat 3 anak difabel tersebut, atau merujuknya ke Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet. Namun, pihak yayasan memutuskan merawat ketiga anak karena tidak adanya perawat di RS Wisma Atlet yang bisa mendampingi 3 anak difabel tersebut.

"Tapi kesulitannya itu kan kita bukan tim medis ya. Sebenarnya jadi dilema kalau kita bawa ke rumah sakit, tapi tidak ada pendamping. Tapi kalau kita rawat di Rawinala, kita juga bukan tim medis. Cuman jadi akhirnya kita pilih ya sudah kami rawat di Rawinala saja kan karena mereka ini kalau ditaruh di rumah sakit tidak ada yang mendampingi," kata Dwi ketika dihubungi detikcom, Sabtu (25/4/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dwi menjelaskan tiap harinya ada 4 orang tenaga pendamping yang merawat para anak difabel yang positif Corona tersebut. Total, ada 15 tenaga pendamping yang secara bergantian tiap harinya menjaga 3 anak difabel tersebut.

Dia mengatakan para tenaga pendamping tersebut juga mengikuti protokol kesehatan yang diterapkan rumah sakit dalam merawat pasien positif Corona.

ADVERTISEMENT

Petugas dari Puskesmas Kramat Jati juga datang setiap hari. Dwi mengatakan pihak puskesmas siap sedia membantu dalam kurun waktu 24 jam.

Per 25 April, Lebih 67 Ribu Spesimen Terkait Corona Diperiksa:

"Iya pakai APD lengkap seperti di rumah sakit. Itu APD berasal dari sumbangan-sumbangan ya. Ada yang bantu," tuturnya.

Dwi pun bercerita jika banyak karyawan dan tenaga pendampingnya yang mendapatkan stigma negatif dari masyarakat sekitar. Kejadian tersebut terjadi ketika awal-awal masyarakat mengetahui ada 3 anak difabel yang positif Corona dan jalani isolasi mandiri di Yayasan Rawinala.

"Awalnya banyak karyawan kami kan yang tinggal di dekat Rawinala itu dapat stigma negatif dari masyarakat. Dijauhi gitu lah. Cuman setelah kita ketemu dan kasih penjelasan akhirnya masyarakat bisa mengerti sekarang," sebutnya.

Yayasan Berharap Bantuan Pemerintah

Lebih lanjut, Dwi berharap adanya perhatian dari pemerintah soal Yayasan Rawinala, bukan hanya terkait perawatan anak-anak difabel yang positif Corona tersebut. Namun, dia mengatakan pemerintah juga harus memberikan perhatian terkait operasional dari Yayasan Rawinala, serta para anak-anak difabel lainnya yang hingga kini mereka rawat.

"Soal bantuan itu sebenarnya bukan hanya karena anak-anak sakit ini ya. Kami kan menyelenggarakan sekolah ini kan uang sekolahnya juga sukarela kemampuan orang tuanya. Jadi kami harap pemerintah ada perhatian soal ini, bukan hanya dari dana BOS saja," katanya.

"Kami kan juga jadi panti asuhan bagi 12 anak difabel yang tidak punya orang tua lagi. Jadi kami sediakan makanannya, teman-teman ada yang memasak, ada yang mendampingi. Ya semoga ada bantuan finansial ya karena ini kan panti kami ibaratnya sudah janji rawat mereka sampai bisa dikatakan seumur hidup ya," sambung Dwi.

Halaman 2 dari 2
(jbr/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads