Topik sains soal sinar matahari versus virus Corona mengemuka lagi. Bila sebelumnya ada menteri-menteri yang mengemukakan, kini giliran Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyampaikan hasil riset ilmiah ini: paparan sinar matahari bisa mengalahkan virus Corona. Ini riset yang diacu Jokowi.
Jokowi menyitir riset Departemen Keamanan Tanah Air Amerika Serikat (AS) dari pejabat sementara Departemen tersebut, yakni William N Bryan (Bill Bryan). Bryan juga merupakan Sekretaris Sains dan Teknologi di Departemen Keamanan Tanah Air AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Riset tersebut dipaparkan Bryan di depan Presiden Donald Trump pada jumpa pers harian, di White House, Washington DC, Kamis (23/4) waktu setempat.
![]() |
Dihimpun detikcom dari informasi yang disediakan White House AS di YouTube dan situs resminya, Sabtu (25/4/2020), berikut adalah catatan mengenai riset ini:
Pelaku riset:
Bryan menyebut presentasinya sebagai hasil analisis Pusat Penanggulangan dan Pertahanan Biologi Nasional (National Biodefense Analysis and Countermeasures Center/NBACC), yang bermarkas di Fort Detrick, Maryland.
NBACC yang merupakan laboratorium di bawah Departemen Keamanan Tanah Air mempelajari virus Corona secara biologis. NBACC bekerjasama dengan Gugus Tugas Virus Corona AS, Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC), Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA), Kementerian Kesehatan dan Layanan Kesehatan Masyarakat AS (HHS), dan Departemen Pertahanan AS.
Jokowi: Sinar Matahari Mempengaruhi Kematian Virus Corona:
Eksperimen:
Tes di permukaan
Mereka bereksperimen terhadap virus yang berada di permukaan benda-benda. Benda yang mereka gunakan bukan benda berpori, melainkan benda yang tanpa pori seperti gagang pintu dan besi stainless. Kemudian, partikel virus di benda-benda itu diberi paparan suhu udara, kelembapan, dan sinar matahari.
Tes aerosol
Eksperimen dilakukan di Laboratorium Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins. Mereka mencoba mensimulasikan kondisi virus Corona yang bertahan di udara (aerosol). Satu partikel virus dibikin mengambang di udara dalam percobaan ini.
Satu partikel virus itu ditahan di udara dalam tabung percobaan seukuran ember 5 galon. Kemudian partikel virus itu diberi berbagai tingaktan suhu udara, berbagai tingkatan kelembapan udara, diberi paparan cahaya matahari, dan disimulasikan dalam kondisi lingkungan yang berbeda-beda.
Hasil:
Berdasarkan riset ini, Bill Bryan mengatakan virus Corona bisa kalah oleh tiga hal, yakni kenaikan temperatur, kelembapan udara, dan paparan sinar mentari.
"Pengamatan kami yang paling luar biasa hingga saat ini adalah pengaruh yang kuat dari sinar matahari yang bisa membunuh virus - baik di permukaan maupun di udara," kata Bryan.
Mereka juga mengamati kombinasi antara kenaikan suhu plus kelembapan sekaligus dapat memperlemah SARS-CoV-2. Kondisi panas dan lembab tidak kondusif bagi kehidupan makhluk kecil berbahaya itu, sehingga virus itu bisa mati lebih cepat.
Pengaruh sinar ultraviolet (UV) juga mempercepat binasanya virus Corona. Pada suhu 70 derajat Fahrenheit (21 derajat Celcius) hingga 35 derajat Fahrenheit (1,6 derajat Celcius) dengan tingkat kelembapan 80%, kemudian ditambah sinar UV, maka waktu paruh virus Corona yang semula 6 jam menjadi 2 menit saja. Sinar UV ampuh membunuh virus itu.
Apa pula itu waktu paruh? Waktu paruh (half-life) terkait umur virus Corona dalam liur atau dahak manusia yang mendarat di permukaan benda-benda. Partikel virus Corona dalam permukaan benda-benda tidak hanya berjumlah satu saja, melainkan bisa banyak sekali. Waktu paruh adalah usia hidup sejumlah partikel virus dalam jumlah setengahnya.
![]() |
Misalnya, 18 jam waktu paruh berarti adalah umur virus yang telah dibagi dua. Ambilah contoh, ada 1.000 partikel virus di gagang pintu, maka dalam 18 jam virus itu akan menyusut setengahnya yakni 500 partikel virus. 18 jam kemudian, 500 partikel virus itu menyusut lagi menjadi 250 partikel, dan seterusnya sampai habis.
Kenapa mengukur umur virusnya menggunakan 'waktu paruh'? Alasan Bryan, jumlah cairan yang dikeluarkan manusia saat meludah atau bersin bervariasi dan tidak bisa ditentukan serta merta.
Kesimpulan:
Virus Corona dalam droplet (liur atau lendir manusia) hidup lebih lama pada kondisi dalam ruangan yang kering (kelembapan rendah).
Virus Corona lebih cepat mati bila terpapar cahaya matahari yang mengandung sinar ultraviolet di luar ruangan.
Virus Corona lebih cepat mati bila berada dalam temperatur yang lebih tinggi, kelembapan yang lebih tinggi, dan terpapar cahaya matahari. Ini berlaku baik untuk virus Corona dalam droplet di permukaan maupun yang berada di udara (aerosol).
![]() |
Saran:
Cara paling baik bagi masyarakat AS untuk menurunkan risiko penularan virus Corona, ada tiga, yakni:
1. Panas dan kelembapan untuk dalam dan luar ruangan
Tingkatkan suhu dan kelembapan dalam ruangan yang berpotensi terkontaminasi. Perhatian ekstra perlu diterapkan untuk lingkungan yang kering dan tanpa paparan sinar matahari.
2. Beraktivitas di luar ruangan
Cahaya matahari menghambat penularan virus.
3. Disinfektan membunuh virus
Disinfektan yang biasa tersedia adalah cairan pemutih (membunuh virus 5 menit) dan Isopropil alkohol (membunuh virus 30 detik).
"Ini (panas, kelembapan, sinar matahari) hanyalah alat lain dalam sabuk peralatan kita. Ini adalah senjata lain yang bisa kita gunakan dalam pertarungan. Di musim panas, kita tahu bahwa kondisi seperti musim panas akan menciptakan lingkungan yang bisa mengurangi penularan," kata Bryan.
Berikut adalah tabel versi terjemahan dari yang dipaparkan Bill Bryan. Skala suhu Fahrenheit diubah ke Celcius agar sesuai dengan kelaziman di Indonesia. Supaya perbandingan lebih jelas, turut disertakan pula prakiraan cuaca BMKG untuk Jakarta Pusat di bawah.
![]() |
Peningkatan suhu, kelembapan, dan sinar matahari merusak SARS-CoV-2 di droplet liur pada permukaan dan udara
1.
Kondisi: Permukaan
Suhu: 21-23 derajat Celcius
Kelembapan: 20%
Matahari: tidak
Waktu paruh: 18 jam
2.
Kondisi: Permukaan
Suhu: 21-23 derajat Celcius
Kelembapan: 80%
Matahari: tidak
Waktu paruh: 6 jam
3.
Kondisi: Permukaan
Suhu: 35 derajat Celcius
Kelembapan: 80%
Matahari: tidak
Waktu paruh: 1 jam
4.
Kondisi: Permukaan
Suhu: 21-23 derajat Celcius
Kelembapan: 80%
Matahari: musim panas
Waktu paruh: 2 menit
5.
Kondisi: Aerosol
Suhu: 21-23 derajat Celcius
Kelembapan: 20%
Matahari: tidak
Waktu paruh: 60 menit
6.
Kondisi: Aerosol
Suhu: 21-23 derajat Celcius
Kelembapan: 20%
Matahari: musim panas
Waktu paruh: 1,5 menit
Sebagai perbandingan:
Prediksi BMKG untuk cuaca Jakarta Pusat 25 April 2020, siang hari
Suhu: 25-33 derajat Celcius
Kelembapan: 70-100%
Cuaca: cerah berawan