Perjuangan Siti Rohilah untuk menghidupi keluarganya di tengah wabah Corona patut diacungi jempol. Apalagi bukan pekerjaan mudah yang dia lakoni, melainkan sebagai buruh kasar pembuat batako.
Menjadi kuli pembuat batako bukan perkara mudah, bahkan untuk kaum laki-laki sekalipun. Namun profesi itu ia terus jalani di usia yang hampir menginjak kepala lima itu. Dan di tempatnya bekerja, Siti Rohilah menjadi satu-satunya perempuan yang bekerja menjadi buruh pembuat batako.
Keringat yang menetes diantara keriput di wajahnya menunjukkan betapa beratnya pekerjaan sebagai kuli. Meski begitu, badan kecilnya terlihat cekatan mengambil bahan batako yang merupakan campuran dari pasir dan semen untuk dimasukkan dalam cetakan khusus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah dimasukkan cetakan, ibu dari empat orang anak itu segera menaiki gagang besi dari alat cetak untuk menekan bahan batako agar padat.
Usianya yang sudah tua, membuat dia harus menggunakan alat bantu berupa tali yang digantung di langit-langit tempat pembuatan batako agar bisa naik ke alat khusus tersebut.
Selesai dicetak, batako yang sudah dipadatkan itu kemudian disusun satu-persatu.
Dalam sehari, Siti yang sudah enam tahun melakoni pekerjaan itu bisa membuat ratusan buah batako. Dari setiap batako yang dibuat, dia mendapatkan upah Rp 190.
"Paling banyak 350 buah, sedikitnya 200 buah kalau sedang agak sakit. Kalau upahnya sehari bisa dapat Rp 50 ribu. Itu bekerja dari pukul 06.00 WIB-17.00 WIB," kata Siti Rohilah saat ditemui di lokasi produksi batako di Kampung Ancol Desa Maleber Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur, Selasa (21/4/2020).
Nihil Orderan, Pengusaha Bus Pariwisata Ancam Gelar Konvoi:
Dia pun seringkali membayangkan dan berharap bisa menjadi seorang ibu rumah tangga atau berwirausaha, bukannya menjadi seorang buruh kasar.
Namun, tidak adanya lapangan pekerjaan lain, membuat warga asal Kampung Kebon Peuntas Desa Sindangasih Kecamatan Karangtengah yang sempat menjadi kuli panggul di toko material dan buruh tani itu, memilih untuk bertahan menjadi kuli pembuat batako.
Kebutuhan keluarga yang setiap hari harus dipenuhi, apalagi di tengah wabah COVID-19 ini memaksanya tetap bekerja hampir setiap hari.
"Berat kang jadi kuli seperti ini. Tapi Mau gimana lagi, tidak ada pekerjaan lain," ungkapnya.
Siti juga mengaku khawatir terpapar virus Corona, dengan tetapnya beraktivitas di luar untuk bekerja di saat warga lainnya diam di rumah sesuai dengan anjuran pemerintah.
Tetapi dia lebih khawatir jika keluarganya tidak terpenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Takut kang, apalagi sudah di mana-mana yang terkena virus. Tapi kan kalau sehari tidak kerja, mau darimana beli beras dan kebutuhan. Selagi mampu kerja, saya akan tetap bekerja demi keluarga," pungkasnya.