Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat hari ini, Senin (20/4/2020). Dari mulai pembubaran kegiatan keagamaan di Bekasi, hingga beragam hal terkait PSBB di Bandung Raya.
Insiden 'pembubaran ibadah' di Cikarang, Kabupaten Bekasi berujung damai. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Barat menilai insiden itu sebagai kesalahpahaman.
"Kedua belah pihak sudah damai sudah menganggap itu kesalahpahaman saja," ucap Ketua FKUB Jabar Rafani Achyar kepada detikcom.
Rafani menceritakan awal mula insiden tersebut terjadi. Menurut Rafani, saat pemilik rumah melaksanakan ibadah di kediamannya di Kecamatan Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi.
"Mereka di rumah mengadakan doa. Keluarga doang dia, istri anak, terus siapa gitu kalau enggak salah delapan orang. Itu berdoa mendoakan mertuanya yang sedang sakit. Kan orang kristen kalau berdoa kedengaran keluar ya. Sehingga ada yang melaporkan bahwa mereka melakukan kegiatan keagamaan secara massal," kata Rafani.
Setelah mendapati kabar tersebut, tokoh masyarakat setempat lantas mendatangi rumah tersebut. Namun Rafani menyayangkan sikap tokoh masyarakat itu tak melalui koordinasi dengan aparat.
"Kemudian didatangi oleh salah seorang tokoh masyarakat memang dia pengurus FKUB juga. Tapi ini sayangnya tidak koordinasi dulu, langsung mendatangi rumahnya langsung marah-marah kemudian membubarkan kegiatan keagamaan itu," kata Rafani.
Pemilik rumah, sambung Rafani, merasa tidak enak dan tersinggung. Sebab, aktivitas yang dilakukan di rumah tersebut hanya berdoa itu pun hanya keluarga.
"Ya wajar merasa tidak enak, merasa tersinggung nah dia mau lapor ke kepolisian. Dia berdalih ini bukan mengumpulkan massa, hanya keluarga saja. Dan keluarga pun memperhatikan protokol medis. Kemudian ini juga hanya berdoa untuk kesembuhan mertuanya. Jadi dia bersikukuh apa yang dia langgar? Maka dari itu melapor ke polisi," tuturnya.
"Jadi dia sudah buat laporan cuma alhamdulilah Ketua FKUB Kabupaten Bekasi turun tangan. Kemudian oleh ketua FKUB di lobi lah supaya karena kondisi gini kalau saling lapor juga kan nggak enak malah memancing. Akhirnya dengan negosiasi alot alhamdulilah sudah cabut laporan," kata Rafani menambahkan.
Rafani mengatakan kedua belah pihak pun sudah saling memaafkan. Mereka menganggap insiden ini hanya kesalahpahaman.
"Sudah diselesaikan. Jadi tadi malam sampai jam 00.00 WIB lah, artinya kedua belah pihak sudah damai, sudah menganggap itu kesalahpahaman saja dan mereka saling memaafkan, saling memahami kondisi demi keamanan, demi persatuan dan demi NKRI. Jadi akhirnya mereka sudah damai," katanya.
19 Check Point PSBB di Kota Bandung
Wilayah Kota Bandung akan melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna mencegah penyebaran virus Corona atau COVID-19. Selama PSBB berlangsung, ada 19 titik check point di sejumlah lokasi Kota Bandung.
"Check point secara keseluruhan ada 19 titik di wilayah Kota Bandung itu dibagi menjadi beberapa ring," ucap KabagOps Polrestabes Bandung AKBP Asep Pujiyono kepada wartawan di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Kota Bandung.
Keseluruhan check point itu dibagi ke dalam tiga ring. Ring tiga merupakan titik masuk ke wilayah Kota Bandung atau di daerah batas kota meliputi kawasan Setiabudi, Ledeng, Cibereum, Bunderan Cibiru dan Jembatan Derwati.
Ring dua merupakan akses masuk via tol. Ring dua ini meliputi check point di GT Buahbatu, GT Moch Toha, GT Kopo, GT Pasirkoja dan GT Pasteur.
Sementara ring satu merupakan wilayah pusat kota seperti di Jalan Asia Afrika, Ir H Juanda, Jalan Merdeka, Jalan Diponegoro, Jalan Braga, Jalan Purnawarman, Stasiun Bandung, Bandara Husein Sastranegara, Terminal Leuwipanjang dan Terminal Cicaheum.
"Kita dalam pelaksanaan, check point kita cek keluar masuk wilayah Kota Bandung. Kita melihat dan melaksanakan sesuai Perwal Kota Bandung," kata Asep.
Di area check point PSBB tersebut, sambung Asep, akan diisi oleh petugas gabungan dari Polri, TNI, Satpol PP, Dinas Perhubungan dan petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan. Di setiap check point, petugas akan memeriksa kondisi tubuh hingga pembatasan kendaraan sesuai Perwal Kota Bandung
"Kita cek masyarakat diwajibkan menggunakan masker, terus juga kendaraan dibatasi 50 persen kapasitas. Contoh kendaraan kecil yang biasanya enam orang dibatasi menjadi empat atau tiga," katanya.
"Kita melakukan tes suhu di setiap titik check point. Kalau misalnya ada masyarakat yang tidak sesuai suhunya, diharapkan kembali lagi ke rumahnya. Di atas 37 derajat, lebih baik masyarakat itu kembali," tutur Asep menambahkan.
Wali Kota Bandung Oded M Danial mengatakan, melalui simulasi ini pihaknya optimistis pelaksanaan PSBB di Kota Bandung berjalan dengan baik. Pihaknya imbau masyarakat agar tidak berkerumun.
"Sesuai dengan Perwal, di antaranya kita tidak berkerumun, itu harus ditertibkan. Kemudian juga tempat-tempat hiburan, harus tutup. Kemudian pasar-pasar, selain sembako dan obat-obatan itu harus ditutup," tambahnya.
Selain itu, Oded menyebut pihaknya akan memberi sanksi disiplin sesuai Perwal tentang PSBB dengan memberikan blanko. Namun bila ada pelanggaran pidana, polisi akan memberi tindakan.
"Pada dasarnya dalam Perwal kita lebih mengedepankan untuk meningkatkan disiplin masyarakat. Oleh karena itu, sanksi yang ada dari kepolisian akan diberikan blanko pelanggaran dan tercatat di kepolisian. Tapi kalau, ada pelanggaran krusial dan melanggar undang-undang bisa ditindak," jelasnya.
Keluhan RW di Cianjur Terkait Bantuan Ridwan Kamil
Para RW dan Perangkat Desa di Kabupaten Cianjur mengeluh terkait kuota bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang tidak sesuai. Bahkan mereka kini dihadapkan pada situasi dilematis, dimana banyak masyarakat miskin baru yang tidak dapat bantuan tersebut.
Salah seorang RW di Desa Campaka, Kecamatan Campaka yang enggan disebutkan namanya mengaku sudah mendata setiap warga tidak mampu di luar yang mendapatkan program PKH dan Sembako dari pusat. Bahkan hingga mengumpulkan kartu keluarga dari warga yang dinilai berhak untuk mendapatkan bantuan.
Apalagi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil terus mengumumkan jika warga miskin baru akan didata dan mendapatkan bantuan.
"Pada kenyataannya dari ratusan orang di RW saya yang terdata, hanya ada empat yang dapat bantuan. Saya juga tidak tahu data mana yang digunakan. Jadi seolah kami disuruh mendarat tapi di sana sudah ada data sendiri," kata dia kepada detikcom saat dihubungi melalui telepon seluler, Senin (20/4/2020).
Sementara itu, Junaedi, Ketua RT 05 RW 02, Desa Campaka, Kecamatan Campaka menambahkan banyak warga yang menanyakan nasib dan kejelasan mereka pasca pendataan yang dilakukan pihak RT untuk bantuan dari Provinsi kepada masyarakat terdampak COVID-19.
"Hampir setiap hari saya ditanya, kenapa saya tidak dapat bantuan, kapan saya masuk ke data. Jadi dilema untuk kami, karena sebelumnya sudah mendata mereka. Di RT saya ada 32 orang yang masuk dara pengajuan, tapi tidak ada satupun yang dapat," tuturnya.
Di sisi lain, Ketua Asosiasi Perangkat Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Kabupaten Cianjur Beni Irawan mengaku, dirinya mendapatkan banyak keluhan serupa dari para RT, RW, hingga perangkat desa se-Kabupaten Cianjur terkait kuota bantuan dari Pemprov Jabar.
Jika memang pada kenyataannya tidak sesuai, lanjut Beni, Pemprov terutama Gubernur Jawa Barat tidak dulu mengumumkan secara masif kaitan bantuan untuk warga terdampak ekonomi di tengah wabah COVID-19.
"Jangan dulu secara masif kalau kenyataanya tidak sesuai. Apalagi dari satu desa ada yang hanya dapat kuota untuk 4 keluarga penerima. Jadi jangan yang di tingkat bawah yang jadi korban. Yang dikhawatirkan nantinya, RT dan RW yang diserang dalam artian diprotes warganya," kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Cianjur Ahmad Mutawali mengatakan, kuota bantuan dari Provinsi Jawa Barat untuk Cianjur mencapai 99 ribu. Tapi ternyata di tahap awal ini hanya 23 ribu warga yang mendapat bantuan.
"Tahap awal segitu jumlahnya, tapi informasinya ada tahapan lanjutan hingga totalnya nanti 99 ribu penerima," tuturnya.
Maka dari itu, lanjut dia, tidak heran nantinya akan ada satu desa yang hanya mendapatkan kuota untuk puluhan orang bahkan sebatas 4 orang.
Dia menambahkan, tidak hanya soal kuota yang terbatas, penerimanya pun ternyata juga ada yang belum sesuai. Dari laporan petugas, penerima yang seharusnya murni belum mendapat bantuan dari pusat pun ada juga yang masuk dalam data penerima bantuan provinsi.
"Nanti akan didata lagi, yang memang tidak sesuai akan dialihkan untuk yang lebih tepat. Nantinya itu dimusyawarahkan oleh pemerintah desa dan kecamatan," ujarnya.
Keluarga Pasien Tidak Jujur, 21 Tenaga Medis RS Ciremai Cirebon Diisolasi
Sebanyak 21 tenaga medis di RS Ciremai Kota Cirebon Jawa Barat diisolasi karena sempat merawat PDP yang meninggal dunia. Belakangan keluarga baru jujur PDP itu sempat kontak dengan pasien positif COVID-19.
Hal ini terungkap berawal dari pesan berantai. Dalam pesan yang beredar grup aplikasi perpesanan itu menyebutkan PDP yang meninggal tersebut tak jujur saat dirawat di RS Ciremai. Imbasnya, 14 perawat dan tiga dokter di rumah sakit tersebut terinfeksi virus corona. Dalam pesan itu menyebutkan pasien meninggal pada Rabu (15/4) lalu.
Kepala RS Ciremai Letkol CKM Andre Nofan membantah adanya belasan tenaga medisnya yang dinyatakan positif corona. Namun Andre membenarkan adanya PDP yang meninggal dunia pada Rabu (15/4) lalu. Andre mengatakan keluarga pasien tak jujur saat menjalani pemeriksaan.
"Kita mencurigai pasien ini mengarah ke COVID-19. Sudah kita tanyakan berkali-kali ke keluarga pasien, apakah pernah kontak langsung dengan pasien positif atau tidak, tapi menyangkal. Artinya tidak terbuka," kata Andre kepada awak media di Public Safety Center (PSC) 119 Kota Cirebon, Jawa Barat, Senin (20/4/2020).
Setelah ditanya berkali-kali terkait riwayat perjalanan dan lainnya, keluarga akhirnya mengakui pasien tersebut sempat kontak langsung dengan orang tyang terinfeksi virus corona atau COVID-19. Andre menyebutkan pasien meninggal dunia setelah menjalani perawatan di rumah sakit.
"Kami mengisolasi 21 tenaga medis yang sempat merawat pasien, di antaranya 18 perawat dan tiga dokter spesialis. Ini sesuai protap, kita harus isolasi. Tenaga medis ini isolasi secara mandiri," kata Andre.
Senada disampaikan Kepala Bidang Pelayanan Medis (Yanmed) RS Ciremai Tetri Yuniwati. "Keluarga pasien mengaku tidak pernah kontak langsung dengan pasien positif atau bepergian ke luar kota. Kita tanya berulang-ulang. Alasannya sudah tua, tidak pernah kemana-mana," kata Tetri.
Setelah menyangkal, keluarga pasien mengakui bahwa pasien sempat kontak langsung dengan orang yang positif corona. Tetri mengatakan pasien mengaku sempat kontak langsung dengan adik dan keponakannya yang meninggal akibat COVID-19.
"Adik dan keponakannya itu meninggal, ya karena COVID-19," kata Tetri.
Tetri mengatakan setelah keluarganya mengakui pasien sempat kontak langsung dengan pasien lainnya yang positif, pihak rumah sakit langsung melakukan rapid test terhadap pasien. "Dari hasil rapid test, pasien dinyatakan negatif. Pengakuan keluarga pasien ini memiliki riwayat kencing manis," katanya.
"Saat ini 21 tenaga medis kita sedang melakukan isolasi mandiri. Mereka ini tercatat sebagai orang tanpa gejala (OTG)," tambah Tetri.
Tetri berharap kejadian tersebut bisa menjadi pelajaran bagi pasien lainnya agar jujur saat menjalani perawatan. Tetri menjamin pihak rumah sakit tak akan menelantarkan pasien yang terindikasi Corona. "Kalau jujur, tentu penanganannya pun berbeda, ada penanganan khusus. Dan, ruangannya pun khusus," kata Tetri.
Bocah 2 Tahun di Sukabumi Kritis Usai Minum Cairan Disinfektan
AS bocah asal Kampung Cijagung, Desa Bojonggaling Kecamatan Bantar Gadung, Kabupaten Sukabumi kritis setelah meneguk cairan disinfektan yang disimpan orang tuanya.
Bocah berusia 2 tahun putra pasangan Sihabudin dan Rini Sulastri itu kini mendapat penanganan medis di RSUD Palabuhanratu. Sihabudin diketahui bertugas sebagai relawan sterilisasi yang berjaga di perbatasan Banten - Sukabumi. Ia baru mendapat cairan disinfektan dari petugas BPBD untuk penyemprotan di sekitar lingkungannya.
Setelah mengambil, sisa cairan ia simpan di bawah kursi di dalam rumahnya.
"Saya simpan sisa cairan disinfektan di bawah kursi, sementara posisi saya sedang menyemprot di sekitar rumah sambil menunggu karena saya kebagian shift dua siang ini untuk penyemprotan di perbatasan Sukabumi - Banten. Saat itu anak saya pulang bermain di antar eyangnya, mungkin haus langsung ambil sisa cairan yang saya simpan di bekas botol bekas minuman air mineral," kata Sihabudin, ayah korban melalui sambungan telepon dengan detikcom, Senin (20/4/2020).
Menurut pria yang juga menjabat sebagai Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Bantargadung itu kondisi putranya kritis dan saat ini mendapat pertolongan pertama menggunakan alat bantu pernafasan di rumah sakit.
"Sebelumnya sempat saya pancing dulu pakai minyak sayur, sempat muntah. Karena kondisinya masih lemas akhirnya saya bawa ke rumah sakit, kata petugas medis perlu dirawat di ruang PICU dan ada di RSUD R Syamsudin SH dan Hermina hanya katanya dua RS itu penuh saya kebagian antrian nomor 3 mungkin sampai malam," lirih Sihabudin di ujung telepon, suaranya parau.
Ia berharap putranya segera mendapat rujukan ke rumah sakit, karena kondisinya kritis. "Katanya ada pembengkakan di tenggorokannya, saya berharap segera mendapat rujukan dan mendapat ruangan, khawatir melihat kondisi anak saya seperti ini," pungkasnya.