Pemerintah Indonesia mengklaim sudah menyiapkan skenario pemulangan tenaga kerja Indonesia yang terperangkap di Malaysia akibat kebijakan lockdown atau karantina wilayah, namun di sisi lain puluhan ribu TKI di negara itu dilaporkan memilih untuk pulang dengan upaya sendiri.
Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mengklaim pihaknya dan jajaran terkait sedang menyiapkan skenario pemulangan para pekerja migran hingga tiba di kampung halamannya dalam kondisi selamat, sesuai standardisasi protokol kesehatan.
Sementara, organisasi yang peduli terhadap keberadaan pekerja migran Indonesia di luar negeri, menyerukan agar pemerintah Indonesia serius menangani mereka yang masih bertahan di Malaysia serta yang memilih pulang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
- Malaysia perpanjang 'lockdown', TKI: 'Makan dikurangi, hanya mi dan nasi'
- Virus corona: Puluhan ribu buruh migran Indonesia kerja di China, 'juga perlu ditangani pemerintah'
- Semprot disinfektan ke rombongan mudik buruh harian, pemerintah India dikecam
Kepala BP2MI Benny Ramdhani, yang baru saja dilantik pada jabatan barunya itu pekan ini, mengatakan hal tersebut merupakan prioritasnya saat ini.
"Kita ingin menjamin, dari ujung kepala sampai ujung kaki, mereka yang namanya pekerja migran agar diberikan kenyamanan, keamanan, masuk lewat airport, pelabuhan, lintas batas, walaupun tetap mengikuti standardisasi protokol kesehatan, dan kita ingin memastikan mereka nanti tiba di kampung halamannya masing-masing," kata Benny melalui sambungan telepon.
Namun demikian, ia belum bisa menjabarkan rencana pemerintah secara detil.
Benny mengaku bahwa pihaknya akan mulai membahas rincian mekanisme akhir pekan.
"Tapi ini tidak hanya kerja dari BP2MI. Kita nanti akan kerja dengan kementerian dan lembaga yang lainnya," tambahnya.
'TKI terperangkap lockdown di Malaysia'
Lebih lanjut Direktur eksekutif Migrant Care, Wahyu Susilo, mengatakan, akibat wabah virus corona sejak Januari lalu dan dengan diterapkannya karantina wilayah di Malaysia disebut Perintah Kawalan Pergerakan membuat para pekerja Indonesia di Malaysia dalam posisi rentan dan terperangkap.
Ia memperkirakan puluhan ribu tenaga kerja Indonesia berniat pulang dalam beberapa pekan ke depan.
"Hal yang paling konkret yang dialami pekerja migran kita adalah mereka yang sekarang ini terperangkap dalam pemberlakuan lockdown di Malaysia.
"Pemantauan sampai minggu yang lalu, sudah hampir 40.000 pekerja migran kita dari wilayah Malaysia itu sudah menyeberang, terutama ke pelabuhan-pelabuhan di kepulauan Riau. Nah, ini yang saya kira harus menjadi perhatian," ujar Wahyu kepada BBC News Indonesia pada Kamis (16/04).
Ia juga merujuk pada data Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) yang memprediksi sampai bulan Mei akan ada sekitar 38.000 pekerja migran yang akan kembali ke Indonesia.
Wahyu menambahkan bahwa pemerintah harus serius memperhatikan agar kebutuhan mereka juga terpenuhi.
"Yang saya serukan pemerintah serius menangani hal ini, baik dengan pasokan logistik untuk yang masih bertahan dan menjalankan protokol kesehatan mereka yang pulang," kata Wahyu Susilo.
Seorang pekerja migran Indonesia dari Malaysia diperiksa suhu tubuhnya di Pangkalan Udara Soewondo, Medan, Sumatera Utara, 10 April lalu. (EPA)
TKI pulang sebelum Idul Fitri
Sementara, Benny mengatakan jumlah pekerja migran yang pulang akibat wabah virus corona diperkirakan akan melonjak selama bulan Ramadan hingga perayaan Idul Fitri mendatang.
Di sisi lain, Pemerintah Indonesia juga memperkirakan bahwa puncak pandemi di dalam negeri akan terjadi pada bulan Mei hingga Juli, kata Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito.
"Di mana angka kasus pada saat puncak itu secara kumulatif diprediksi mencapai 95.000 kasus. Di mana selama Juni-Juli kasus konfirmasi positif sudah akan mencapai 106.000 kasus," kata Wiku dalam konferensi pers pada Kamis (16/04).
Pemerintah menyatakan akan terus meningkatkan upaya penanganan.
Ingin pulang
Wabah corona setidaknya membuat banyak TKI di Malaysia kehilangan pekerjaan, seperti yang dituturkan oleh Rosidah. Ia adalah seorang pekerja migran dari Jawa Timur yang bekerja di sektor kebersihan di Selangor.
Rosidah mengatakan bahwa dia dirumahkan sejak pertengahan Maret, ketika Malaysia menerapkan lockdown. Ia juga mengungkapkan bahwa ia sedang hamil dan ingin pulang.
"Karena kondisi saya sekarang lagi hamil. Tadinya memang rencana balik bulan empat (April), tapi sekarang ada kondisi Covid ini, jadi tidak bisa balik.
"Padahal kandungan saya sudah masuk tujuh bulan. Saya ingin kembali ke Madura untuk melahirkan. Di sini kondisinya begini, lockdown, kita pun cuti, mau makan pun susah," kata Rosidah.
Beberapa pihak mempertanyakan kesiapan pemerintah daerah, maupun tempat asal untuk menerima mereka. Dalam hal ini, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan sudah ada koordinasi antara pemerintah pusat, daerah, serta berbagai instansi dan lembaga yang terkait.
Sebagai contoh, ia mengatakan bahwa awal pekan ini ada sembilan pekerja migran yang berasal dari wilayah Jawa Tengah yang pulang ke Indonesia dan tiba di Sumatera Utara.
"Sembilan itu kita akan siapkan tempatnya di Semarang. Sudah jadi, tinggal masuk saja, mudah-mudahan bisa dikarantina dulu di situ," kata Ganjar kepada BBC News Indonesia pada Kamis (16/04).
Terkait persiapan pada tingkat daerah dalam mengantisipasi kemungkinan banyaknya pekerja migran yang pulang sekaligus, Ganjar mengungkap bahwa mekanisme utama terfokus pada tingkat pusat, di mana diharapkan akan disiapkan lokasi karantina sebelum pemulangan ke masing-masing daerah.
"Kalau pemerintah pusat sebenarnya sudah menyiapkan. Pusat yang menyiapkan. Jadi begitu masuk ke Indonesia, katakan di kamp di satu tempat, seperti yang dulu ada di Natuna, selesai 14 hari baru dipulangkan.
"Kan terkontrol semuanya. Mudah-mudahan mekanisme ini bisa dipakai untuk itu," ujar Ganjar.
Sejak diberlakukan Perintah Kawalan Pergerakan pada pertengahan Maret lalu dan yang telah diperpanjang sebanyak dua kali, banyak tenaga kerja migran dari Indonesia yang kehilangan pekerjaan.
Sebagian di antara mereka mengaku kesulitan bertahan hidup dan sampai perlu menyerukan permintaan bantuan makanan melalui media sosial kepada pemerintah Indonesia.
Berita ini diperbaiki pada judul dan sebagian tubuh beritanya dan diunggah kembali pada Jumat, 17 April 2020, sekitar pukul 09.25 WIB.
(ita/ita)