Lima Kepala Daerah Bogor (Kabupaten/Kota) Depok dan Bekasi (Kabupaten/Kota) (Bodebek) meminta kepada PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) untuk menghentikan sementara KRL selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Permintaan tersebut bertujuan untuk mencegah penularan virus Corona di transportasi umum. Apa kata pengguna atau yang biasa disebuut anak kereta (anker) ini?
Rencana tersebut mendapat dukungan dan penolakan dari pengguna. Salah satu pengguna KRL, Fadel mengaku mendukung rencana tersebut. Menurutnya, dengan adanya penghentian sementara KRL diharapkan dapat memutus rantai penularan COVID-19.
"Setop beroperasi. Saya rasa untuk menghentikan penyebaran COVID-19 harus ada penyetopan KRL, karena kini KRL sudah menjadi alat transportasi massal yang dibutuhkan masyarakat. Sehingga dengan disetop nantinya memaksa masyarakat untuk tetap berada di rumah," ujar Fadel saat dihubungi detikcom, Kamis (16/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, Fadel mendorong Pemerintah Pusat untuk ikut membuat kebijakan penghentian sementara KRL. Menurutnya, dengan KRL berhenti beroperasi, kebijakan PSBB dapat lebih efektif.
"Kalau Pemerintah Pusat tak menyetop, saya rasa program PSBB tak akan bisa menurunkan angka penyebaran virus Corona," ucapnya.
Pengguna yang mendukung rencana penyetopan KRL sementara juga ada Ahmad Baiquni. Menurutnya, apabila KRL dihentikan sementara, akan memaksa perusahaan swasta yang masih mengharuskan karyawannya datang ke kantor untuk bekerja di rumah.
"Kalau saya sih, harapannya kantor-kantor swasta di Jakarta mending tutup dan suruh karyawannya kerja di rumah. Karena basis masalahnya di situ, KRL mah cuma fasilitas. Saya sendiri, mending KRL tutup sementara, mengingat kasus COVID-19 makin lama makin banyak," kata Baiquni.
Namun, M Firgi Setiadi rupanya tidak setuju dengan rencana tersebut. Sebab, dia harus tetap bekerja setiap hari dari Bekasi ke Manggarai menggunakan KRL. Firgi mengatakan, KRL lah yang menjadi sarana transportasi andalannya.
"Nggak dukung KRL stop operasi, karena banyak yang pakai, Karena masih masuk kerja, biaya yang murah dan waktu perjalanan yang cepat," ujar Firqi.
Senada dengan Firgi, Tomy Abdullah yang biasa mengandalkan KRL untuk mengantarkan pesanan usahanya dari Stasiun Bojong Gede, Bogor juga tak sepakat dengan rencana penghentian sementara KRL. Tomy mengatakan, penghentian sementara KRL juga akan berdampak bagi usaha masyarakat yang berada di sekitar stasiun.
"Kalau memang kesampaian ditiadakan serem juga sih, karena cuma itu transportasi yang murah meriah dan vital, terus kasihan juga pelaku usaha yang berada dekat stasiun. Pasti mereka terganggu," kata Tomy.
Pengguna KRL lainnya, Romi Syawal mengatakan, apabila KRL Bodebek berhenti beroperasi sementara masih ada karyawan yang harus berangkat kerja, maka akan menambah pengeluaran. Menurutnya, hanya ongkos KRL yang paling murah.
"Wah Kalau menurut saya sih malah makin susah rakyatnya, kan masih ada yang ngantor nih, terus KRL mau disetop, nanti naik apa ke kantor? Ojol juga nnggak boleh bawa penumpang, palingan naik motor sendiri atau taksi online deh. Tapi itu bakalan makin besar dana yang dikeluarin," ujar Romi.
(zlf/zlf)