Matematikus dari Solo Ini Anjurkan 'Nyepi' dan Barter di Masa Corona

Matematikus dari Solo Ini Anjurkan 'Nyepi' dan Barter di Masa Corona

Danu Damarjati - detikNews
Kamis, 16 Apr 2020 11:01 WIB
Matematikus UNS, Sutanto Sastraredja, dan kegiatan barter di era Corona yang dia jalankan. (Dok Istimewa)
Matematikus UNS Solo, Sutanto Sastraredja (Dok Istimewa)
Jakarta -

Doktor matematika Universite de Bordeaux ini mencoba menggali kearifan lokal untuk mengatasi virus Corona. Dia membaca kembali lembaran kisah Ajisaka, tokoh mitologis pembuka peradaban Jawa. Di situ dia menemukan resep 'nyepi' sebagai solusi di tengah pandemi.

Matematikus yang mengajar di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ini adalah Sutanto Sastraredja. Dia adalah orang yang memprediksi puncak COVID-19 di Indonesia terjadi pada pertengahan Mei. Supaya penularan COVID-19 tak meluas, perlu langkah nyata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sutanto telah menggarap permodelan bermetode penghitungan SIQR, yakni Susceptible (ODP-PDP), Infected (positif COVID-19), Quarantine (karantina), dan Recovery (sembuh). Dia memasukkan variabel 'Alfa' yang melambangkan kecepatan pemerintah mengkarantina orang positif COVID-19, juga variabel 'Beta' yang melambangkan tingkat intervensi pemerintah untuk membuat orang yang sehat tetap di rumah supaya tidak berkontak dengan orang yang terinfeksi Corona.

Nilai Beta antara 0 dan 1. Penularan masih tetap dalam kadar aman apabila nilai Beta di bawah 0,6. Untuk benar-benar menghentikan penularan dari orang yang terinfeksi Corona ke orang yang sehat, nilai Beta harus 0. Caranya adalah lockdown alias karantina wilayah secara maksimum.

ADVERTISEMENT

"Menurut saya, nilai Beta tidak harus 0. Nilai Beta 0,5 tidak apa-apa, asalkan jangan sampai menjadi 1. Maka caranya bisa dengan membatasi orang untuk tidak keluar rumah kalau tidak ada alasan yang penting sekali," tutur Sutanto kepada detikcom, Rabu (15/4/2020).

Dia lantas ingat pada Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1942 pada 25-26 Maret lalu. Aktivitas masyarakat saat Nyepi hampir berhenti total, kecuali sejumlah orang saja yang mempunyai tugas khusus menjaga keamanan, yakni orang-orang yang disebut sebagai 'pecalang' oleh masyarakat Bali.

"Lockdown bukan sesuatu yang baru buat Indonesia. Lihat saja di Bali, Nyepi," kata Sutanto.

Nyepi dilakukan pada momentum Tahun Baru Saka. Sistem kalendernya diperkenalkan ke Nusantara oleh Ajisaka, pendeta dari Hindustan yang dipercaya mengawali peradaban di Pulau Jawa dan sekitarnya. Dia juga diyakini mengajarkan aksara yang sekarang dikenal sebagai aksara Jawa. Begitulah cerita legenda.

"Peninggalan Ajisaka adalah Ha Na Ca Ra Ka (aksara Jawa). Makna 'hanacaraka' adalah kepatuhan, kesetiaan, dan ketundukan dua orang abdi dalem kepada pemimpin. Nilai-nilai peninggalan Ajisaka ada di Tanah Jawa, hidup di ruang batin masyarakat Jawa, bahwa kita perlu tunduk kepada pemimpin ketika kondisi sudah kritis seperti ini," kata Sutanto, mengutip Serat Ajisaka.

Terlepas dari legenda itu, dia menilai interaksi antarmanusia di masa Corona ini perlu dibatasi. Mudik dari kawasan Jakarta dan sekitarnya ke provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa bisa berbahaya karena berpotensi meningkatkan penyebaran virus. Dia melihat pendekatan sosiologis-antropologis perlu digali kembali, lewat konsep Nyepi.

"Menurut saya, Nyepi atau lockdown tapi secara periodik. Ambil pecalang dari siskamling yang sudah dikenali masyarakat," kata Sutanto.

Dalam kondisi lockdown sementara, masyarakat tidak punya penghasilan, uang susah didapat. Untuk mencukupi kebutuhan dasar, Sutanto menyarankan penerapan cara barter, yakni transaksi tanpa uang tapi bertukar barang. Tak perlu membangun dapur umum, biarkan warung-warung tetap buka.

Matematikus UNS, Sutanto Sastraredja, dan kegiatan barter di era Corona yang dia jalankan. (Dok Istimewa)Kegiatan barter di era Corona yang dijalankan Sutanto. (Dok Istimewa)

"Pasar desa mulai dibuat barter, beli tanpa uang. Saat ini saya sudah mulai," kata Sutanto.

Di Cafe Librairie yang dikelolanya di Solo, dia menerapkan metode barter. Di seberang ada pasar dengan pedagang-pedagang yang pendapatannya seret karena pagebluk Corona.

Matematikus UNS, Sutanto Sastraredja, dan kegiatan barter di era Corona yang dia jalankan. (Dok Istimewa)Kegiatan barter di era Corona yang dijalankan Sutanto Sastraredja. (Dok Istimewa)

Sutanto mempersilakan para pedagang membeli makan siang di tempatnya dengan cara barter menggunakan dagangan yang tidak laku.

"Barter adalah sistem yang tepat untuk obat sementara bertahan dalam bisnis. Mudah-mudahan ada dermawan yang kasih modal berupa barang kebutuhan sehari-hari, untuk guliran awal barter," kata Sutanto.

Matematikus UNS, Sutanto Sastraredja, dan kegiatan barter di era Corona yang dia jalankan. (Dok Istimewa)Disediakan kotak amal di tempat barter. (Dok Istimewa)

Sistem barter ini sudah bergulir satu pekan, diawali dengan sedekah gratis tiap Jumat siang. Modal awal yang dia gunakan untuk mengawali barter sebesar Rp 2,5 juta.

"Rata-rata per hari 40 orang, terbanyak 90 orang yang ikut barter ini," kata Sutanto.

Halaman 2 dari 3
(dnu/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads