Pemerintah Soal Larangan Mudik: Puasa Aja Belum, yang Penting Jangan Bepergian

Pemerintah Soal Larangan Mudik: Puasa Aja Belum, yang Penting Jangan Bepergian

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Kamis, 16 Apr 2020 07:30 WIB
Jubir Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto
Achmad Yurianto (Foto: dok. BNPB)
Jakarta -

Ahli matematika dari Universitas Sebelas Maret (UNS) memprediksi puncak Corona di Tanah Air akan terjadi pada pertengahan Mei sehingga perlu diberlakukan larangan mudik. Pemerintah mengatakan saat ini yang perlu dilakukan adalah pembatasan mobilisasi warga.

"Kajian itu bukan hanya dari UNS ya, dari UI juga ada dari ITB ada, dari banyak pihak ada dan semuanya hampir sama bahwa faktor yang akan sangat menentukan keberhasilan menekan jumlah kasus ini adalah bagaimana membatasi mobilitas orang, kalau orangnya masih tetap aja ke sana ke mari pasti kasus ini akan sulit untuk kita turunkan," ujar juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto kepada wartawan, Rabu (15/4/2020).

Yuri mengatakan saat ini mobilitas warga masih terjadi terutama di Jakarta, sehingga penularan belum bisa dikendalikan. Dia menyebut pembatasan sosial berskala besar (PSBB) adalah salah satu cara untuk mencegah penularan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Oleh karena itu berbicara mobilitas bukan hanya mudik, kalau mudik itu kan penambahan kasus di daerah, tetapi yang bergerak di kota Jakarta ini kan nggak usah nunggu mudik, sekarang aja masih terus aja. Oleh karena itu maka beberapa daerah yang angkanya cukup tinggi kenaikannya sangat pesat kita berlakukan PSBB tujuannya untuk mengendalikan itu," ungkapnya.

Lebih lanjut, Yuri mengatakan keputusan untuk penanganan mudik akan disampaikan oleh pemerintah. Namun saat ini, sebut Yuri, mobilitas warga masih terus terjadi.

ADVERTISEMENT

"Ini nanti akan disampaikan oleh pemerintah terkait dengan kebijakan. Yang pasti sekarang kita sudah melarang orang bepergian, karena bukan hanya mudik. Kalau kampung saya di Surabaya tapi saya ke Yogya kan bukan mudik, tapi saya bepergian. Sekarang ini mau ngomong mudik terlalu cepat, puasa aja juga belum," jelasnya.

Jokowi Pastikan ASN, TNI-Polri, Pegawai BUMN Dilarang Mudik:

Dengan demikian, Yuri mengatakan hal yang harus dilakukan saat ini adalah tinggal di rumah dan tidak bepergian. Dia menyebut sudah banyak warga yang pulang ke kampung halamannya.

"Oleh karena itu masyarakat nggak mudik, sekarang ini jangan bepergian itu yang paling penting. Jangan kemudian ada persepsi sekarang pulang kampung tidak termasuk mudik. Karena belum Lebaran ini, belum mudik tapi pulang kampung, apa bedanya pulang kampung sama mudik," ujarnya.

Diketahui, ahli matematika dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Sutanto Sastraredja mengkaji puncak Corona di RI terjadi pada pertengahan Mei. Dia menyebut supaya keadaan wabah virus Corona tidak menjadi lebih buruk, maka mudiknya penduduk Jakarta perlu diantisipasi.

Susanto mengatakan berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bahwa sudah ada sekitar 7% penduduk Jakarta yang mudik lebih awal ke provinsi lain. Angka ini jugalah yang diungkap lewat survei Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub), Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

Dari survei tersebut, 37% belum memutuskan apakah akan mudik atau tidak. Bila 37% itu bakal mudik, maka ada 44% orang penduduk Jakarta yang mudik di masa wabah ini.

"Kalau 44%, wah itu berpengaruh banget, berpengaruh banget. Bahaya itu. Nantinya, puncak kasus COVID-19 yang di Jakarta akan turun karena bergeser lebih cepat. Sementara, yang di non-Jakarta Pulau Jawa akan terjadi peningkatan signifikan," kata Sutanto.

Halaman 2 dari 2
(lir/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads