Desa Sambungmacan di Sragen memilih membentuk tim satgas pengawas pemudik untuk menangkal virus Corona (COVID-19). Warga desa ini tak mau ambil keputusan lockdown seperti desa lainnya.
"Desa kami kebetulan banyak pemudik, hampir 400 orang yang merantau. Kalau kampung kami lockdown, kok sepertinya kurang manusiawi. Karena bagaimanapun mayoritas pemudik ini terpaksa pulang karena kondisi di kota tidak kondusif," kata Kepala Desa Sambungmacan, Bondan Pratiwi, ditemui wartawan, Kamis (2/4/2020).
Dengan kesepakatan warga, Pemdes Sambungmacan lalu membentuk Posko COVID-19 yang dipusatkan di balai desa. Di Posko ini, bakal dijaga 10 karang taruna yang berjaga bergiliran selama 24 jam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu hari dibagi menjadi dua shift dengan empat relawan setiap shiftnya. Sementara pihak pemerintah desa, juga menugaskan perangkatnya untuk turut berjaga secara bergiliran.
"Tujuannya adalah penanggulangan COVID-19. Kita fokusnya ke pemudik, mengingat banyaknya jumlah pemudik di desa ini. Jadi kita lakukan sosialisasi, setiap ada pemudik yang datang jangan langsung ke rumah, tapi diarahkan ke sini (posko) untuk dilakukan pemantauan," terang Bondan.
Para pemudik yang datang ke Posko COVID-19 Desa Sambungmacan, bakal langsung dicek kondisi kesehatannya, lalu dilakukan pendataan. Tak hanya itu, seluruh kendaraan dan barang bawaan para pemudik ini juga langsung disemprot dengan cairan disinfektan.
"Ada yang datang tengah malam, langsung ke sini. Yang dini hari, juga tetap kita layani. Sejak Posko dibuka hari Minggu, sampai sekarang sudah 84 pemudik yang datang. Kalau pemeriksaan kesehatan, langsung dipimpin oleh bidan desa," lanjut Bondan.
Bondan menuturkan usai diperiksa kesehatannya, para pemudik tersebut diimbau untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari. Selama masa karantina ini, warga sekitar serta ketua RT bertugas melakukan pengawasan, untuk mengantisipasi pemudik yang bandel.
"Warga sangat proaktif. Mereka banyak mendorong para pemudik untuk segera lapor ke Posko. Jika ada yang menolak (lapor), kita jemput ke sini," urai Bondan.
Selama masa karantina mandiri, para pemudik ini terus dimonitor kondisi kesehatannya. Jika ada pemudik yang menunjukkan gejala demam, Satgas COVID-19 Desa Sambungmacan akan mendatangi warga yang bersangkutan.
![]() |
Menurut Bondan, Posko COVID-19 Desa Sambungmacan ini didirikan untuk membantu pemerintah, dalam melakukan pengawasan para pemudik. Menurutnya tanpa pengawasan dari aparat desa, petugas kabupaten akan kewalahan mengingat jumlah pemudik se-Kabupaten Sragen bisa mencapai ribuan.
"Selain Posko, kita juga rutin melakukan penyemprotan disinfektan. Menggandeng Babhinkamtibmas, kita juga terus muter sosialisasi kepada warga. Semoga upaya ini bisa turut menekan penyebaran virus Corona di Sragen," pungkas Bondan.