Kedatangan virus corona di Indonesia membuat kehidupan warga yang bergantung pada pendapatan harian jadi suram. Kisah sedih akibat datangnya corona dirasakan oleh salah satu tukang pijat tunanetra di Medan, Sentosa Tarigan.
Dia mengatakan merebaknya corona membuat orang-orang takut untuk keluar rumah. Usaha panti pijat yang dijalankannya bersama istri pun sepi pasien.
"Jauh berkurang pasiennya. Mereka takut, kita juga takut. Sama-sama nggak berani," ujar Sentosa di Jalan Terompet, Medan, Rabu (1/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan dalam sebulan biasanya ada 100 pasien yang menggunakan jasanya. Namun sejak bulan lalu, para pasien bak menghilang.
"Bulan tiga kemarin. Mulai dari tanggal 22 nyaris seratus persen tak ada pasien. Sejak sebulan lah," tuturnya.
Sentosa mengatakan tukang pijat adalah pekerjaan satu-satunya. Dia berharap ada bantuan dari pemerintah untuk mengurangi dampak dari pembatasan aktivitas warga demi mencegah penyebaran corona.
"Anak- anak masih pada kecil. Kebutuhannya masih banyak. Ya, semoga pemerintah mau ngasih bantuan. Kami dengar, pemerintah kan mau ngasih bantuan gitu. Ini yang kami harapkan sekarang," ucapnya.
Dia mengatakan kebutuhan seperti membayar kontrak rumah tak memandang corona. Dia berharap bantuan segera diberikan.
"Ngontrak. Ini harus mikir untuk bayarnya lagi nanti. Gara-gara corona, betul-betul nggak ada aktivitas apapun. Pasien pun kurang kali," tuturnya.
Hingga Selasa (31/3), terdapat 26 kasus positif corona di Sumut. Selain itu, ada pula 70 pasien dalam pengawasan (PDP) serta 2.934 orang dalam pemantauan (ODP) corona di Sumut.
Pemerintah pun meminta warga untuk mengurangi aktivitas di luar rumah demi mencegah penularan corona. Rencananya, ada sejumlah bantuan bagi warga terdampak kebijakan itu.