Cianjur -
Puluhan ribu buruh pabrik di Kabupaten Cianjur dilanda kecemasan dan kekhawatiran terpapar virus Corona. Terlebih para buruh harus tetap bekerja di tengah wabah COVID-19.
Seperti yang dijalani oleh Susilawati (25), salah seorang buruh di salah satu industri besar di Cianjur. Dia setiap hari tetap harus bekerja di tengah ancaman virus Corona, yang kini telah menewaskan 136 orang di Indonesia.
Ironisnya lagi, Susilawati harus berdesakan saat jam masuk ataupun ketika jam pulang kerja. Social distancing yang digalakkan pemerintah untuk mencegah penyebaran COVID-19 pun tidak berlaku di dua waktu tersebut. Apalagi jumlah karyawan mencapai belasan ribu orang.
"Saat masuk memang dicek suhu tubuh, tapi jadinya antre dan berdekatan antarburuh, tidak ada jarak," kata dia, Rabu (1/4/2020).
Di dalam lingkungan pabrik, lanjut dia, tidak semua buruh patuh menggunakan masker. Tidak sedikit yang abai, padahal jadi berisiko untuk buruh lainnya.
Dia juga mengaku resah dengan aktivitas pabrik yang masih berjalan di tengah wabah COVID-19. Terlebih beberapa orang buruh sudah dirumahkan lantaran menjadi ODP.
"Informasinya ada yang ODP. Itu buruh dari Kabupaten Bandung Barat, karena kan banyak juga dari luar kota kerja di pabrik ini. Dia pulang pergi Cianjur-Bandung Barat, dan sekarang berstatus ODP. Meskipun ODP, buruh yang lain takut, apalagi social distancing tidak optimal untuk di pabrik," kata dia.
Rasa khawatir sempat membuatnya ingin tidak masuk kerja. Namun sanksi pemecatan hingga tak diberi upah menjadi alasan dia memaksakan diri tetap bekerja meski dihantui kecemasan terpapar COVID-19. Dia hanya berharap ada kebijakan dari pemerintah agar pabrik bisa diliburkan.
"Saya harap ada kebijakan dari pemerintah yang melindungi buruh di Cianjur. Kalau bisa diliburkan, dengan jaminan gaji tetap dibayar, karena kebutuhan tetap ada setiap harinya," tuturnya.
Hal serupa diungkapkan Putri Jayanti (28). Buruh di pabrik tekstil ini mengaku selalu merasa khawatir terpapar COVID-19 saat bekerja di pabrik.
"Lebih khawatir lagi ketika pulang. Kita kan tidak tahu selama di pabrik terpapar atau tidak. Makanya, ketika pulang, langsung mandi. Pakaian dipisah dengan tumpukan pakaian kotor lainnya. Sebelum
meluk anak, pasti begitu dulu. Daripada ternyata ada virus yang menempel dan menularkan kepada keluarga. Mau libur juga tidak mungkin. Mau berhenti, kebutuhan nanti ditutupi dari mana kalau tidak kerja," ungkapnya.
Sementara itu, juru bicara Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Cianjur Yusman Faisal mengatakan risiko penularan di pabrik cukup besar karena adanya kerumunan orang dalam jumlah banyak.
Apalagi, lanjut Yusman, tidak semua pabrik menjalankan upaya pencegahan sesuai SOP. "Cukup riskan, apalagi dengan banyaknya yang pulang-pergi dari luar kota," kata dia.
Menurut Yusman, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan jika pabrik memang tidak menghentikan aktivitas produksinya, seperti melakukan tes massal atau melakukan isolasi massal di kawasan pabrik.
"Kalau tidak meliburkan, ya isolasi dalam pabrik. Pihak perusahaan menyediakan tempat yang layak para buruh untuk tinggal selama masa inkubasi 14 hari. Atau lakukan rapid test semua buruhnya. Kami harap ada langkah dari industri di Cianjur yang memang dapat mencegah penularan COVID-19," ucapnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini