Kelompok Difabel di Sleman dapat Pesanan Bikin 800 APD

Kelompok Difabel di Sleman dapat Pesanan Bikin 800 APD

Jauh Hari Wawan S - detikNews
Kamis, 26 Mar 2020 16:50 WIB
Difabel di Sleman bikin pesanan 800 APD
Foto: Difabel di Sleman bikin pesanan 800 APD (Jauh Hari/detikcom)
Sleman -

Di tengah pandemi COVID-19 kebutuhan alat pelindung diri (APD) kebutuhan utama. Saat ketersediaan makin langka, para penyandang tuna grahita di kawasan Sleman mendapatkan pesanan untuk membuat APD.

Pesanan APD itu diterima Ismanto dan sembilan orang penyandang tuna grahita. Pakaian khusus itu dipesan oleh RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

"Kami hanya menyediakan jasa (menjahit) saja. Untuk bahan disediakan oleh pihak PKU," kata Ismanto saat ditemui di lokasi pembuatan APD Dusun Tonggalan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Sleman, Kamis (26/3/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebanyak 800 APD pun dipesan oleh pihak rumkit. Pembuatan APD ini tentunya tak bisa asal-asalan, maka dari itu, dia meminjam APD dari rumah sakit sebagai contoh.

"Kami koordinasi dengan PKI dan kami pinjam sampel persis. Kami memproduksi APD yang sesuai standar dan dalam proses pengerjaan disupervisi oleh dokter dari PKU," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Ismanto menjelaskan dalam proses pengerjaan dia membagi tugas dengan yang lain. Ada yang memotong kain, ada yang membuat pola dan ada yang menjahit. Proses menjahit pun dilakukan tidak dalam satu tempat.

"Kami bagi tugas, ada yang motong ada bikin pola dan saya yang jahit satu baju untuk contoh teman-teman dan kemudian kita distribusikan ke teman-teman lain di tempat berbeda," bebernya.

"Alasannya untuk mengurangi banyak pertemuan dan semua dijahit sendiri-sendiri. Kita ambil setelah jadi dan kita finishing di Rejodani, Ngaglik," lanjutnya.

Momen Tenaga Medis Membaca Surat Khusus dari Anies:

Dalam satu hari masing-masing penjahit dapat mengerjakan sampai 7 pakaian APD. Untuk satu APD yang selesai dijahit masing-masing penjahit mendapat ongkos Rp 25 ribu.

Ismanto menegaskan tidak mengalami kesulitan dalam proses pembuatan. Hanya saja dia merasakan ada perbedaan pada bahan pakaian.

"Perbedaan menjahit tidak ada, ini sama dengan menjahit wear pack. Tapi ini karena kainnya tipis kalau salah tidak bisa dilepas jadi harus hati-hati," jelasnya.

Kelompok Difabel di Sleman dapat Pesanan Bikin 800 APDFoto: Salah seorang difabel di Sleman mencoba APD yang selesai dijahit (Jauh Hari/detikcom)

Selain harus berhati-hati, dia memastikan seluruh bahan yang digunakan sudah sesuai standar rumah sakit. Selain itu saat proses pembuatan ada prosedur yang harus dijalankan.

"Bahan, ukuran hingga proses semua telah distandarisasi oleh PKU. Tak lupa saat proses pengerjaan penjahit menggunakan masker. Proses pengerjaan juga harus ada jarak karena SOP-nya seperti itu. Setelah proses jahit selesai langsung packing dan kirim," paparnya.

Untuk saat ini, APD yang dia buat masih belum diperjualbelikan secara bebas. Rencananya ke depan APD tersebut akan diproduksi massal.

"Tentu kami siap jika harus memproduksi massal," ucapnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads