Penambak asal Kabupaten Demak sukses membudidayakan ikan kakap putih di tambak air payau dengan ditandai produksi mencapai 3 ton per hektar. Seperti diketahui bahwa kakap putih merupakan komoditas ikan laut ekonomis tinggi di mana dalam perkembangannya, komoditas ini berhasil dikembangkan secara masal di tambak air payau.
Sebelumnya Kabupaten Demak dipilih oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara sebagai kawasan uji coba budidaya kakap putih di tambak dengan bentuk dukungan yakni pemberian 200.000 ekor benih kakap putih dan melakukan transfer teknologi budidaya secara intensif kepada pembudidaya.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto menyambut baik kesuksesan uji coba ini. Ia mengatakan bahwa KKP tengah mendorong komoditas kakap putih sebagai salah satu andalan ekspor Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita lagi gencar-gencarnya untuk menggenjot nilai ekspor perikanan budidaya, di mana kakap putih akan jadi andalan ke depan. Selain di laut, kami saat ini juga menginisiasi sentra pengembangan kakap putih di tambak seperti di Pinrang, Sulawesi Selatan dan yang terbaru, kita akan dorong juga di Kabupaten Demak, Jawa Tengah," terangnya dalam keterangan tertulis, Senin (23/3/2020).
Meski ada kekhawatiran dampak wabah Covid-19 sebagai pandemi global, Slamet tetap optimistis hal tersebut tak berlangsung lama. Menurutnya, produksi di hulu akan tetap berjalan paling tidak untuk konsumsi dalam negeri. Selain itu, pemerintah akan memperkuat market intelijen untuk mencari kemungkinan ekspansi tujuan ekspor di luar negara tujuan ekspor utama.
"Memang ada indikasi terganggunya ekspor akibat wabah Covid-19 ini. Kita berdoa saja tidak berlangsung lama. Saya masih cukup optimis, kalau sektor berbasis pangan ini tetap akan punya peluang besar ke depan," lanjutnya.
Ketua Kelompok Windu Jaya Satu Ahmad Hidayat di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung mengatakan semua pembudidaya merasa senang dan puas dengan hasil kakap putih ini. Menurutnya, ini akan menjadi alternatif peluang usaha yang menjanjikan.
Menurut Ahmad, pada awalnya, bantuan benih ikan kakap yang diterima BBPBAP Jepara dipelihara di kolam pendederan hingga usia 2 bulan dengan berat sekitar 200 gram per ekor, kemudian dipindah ke kolam seluas 5 hektar untuk dibesarkan.
Untuk menekan biaya pakan, Ia menyebut mengeluarkan biaya untuk membeli pakan pabrik ketika masih dipelihara di kolam pendederan, pembelian ikan rucah dari tempat pelelangan ikan, dan menyiapkan pakan alami di kolam berupa ikan kecil seperti ikan nila atau mujair. Menurutnya, dalam waktu 5 bulan sudah bisa panen secara parsial dengan berat ikan tiap ekornya mencapai 1 kilogram.
"Saya perkirakan total ikan yang bisa dipanen berkisar 3 ton lebih sehingga masih menguntungkan, karena biaya operasional dari pembelian pakan pabrik, ikan rucah hingga biaya pemeliharaan selama lima bulan berkisar Rp 50 jutaan, sedangkan hasilnya dengan harga jual Rp 55.000 per kg bisa mencapai ratusan juta," papar Ahmad.
Kepala BBPBAP Jepara Sugeng Raharjo yang juga hadir untuk melihat hasil panen mengaku senang dengan hasil yang diraih petambak ikan di Desa Sidorejo. Apalagi, menurutnya ikan kakap putih merupakan komoditas baru yang dikembangkan dengan tujuan bisa mengangkat perekonomian petambak ikan.
Sugeng berharap, keberhasilan budidaya kakap putih ditularkan kepada petambak lain sehingga bisa ikut menikmati hasilnya. Untuk ketersediaan benih kakap putih, menurutnya, BBPBAP Jepara akan memperbanyak untuk memenuhi kebutuhan petambak. Saat ini, benih kakap putih yang tersedia masih sekitar 50.000 ekor. BBPBAP akan memprioritaskan petambak yang memiliki keseriusan dalam budidaya dan bertanggung jawab.
"Hal terpenting, petambak yang mendapatkan bantuan bibit ikan mengikuti standar operasional prosedur dalam pemeliharaannya. Hasilnya, Ahmad berhasil membudidayakan dan sudah dipanen secara parsial," pungkas Sugeng.
(prf/ega)