Yogyakarta -
Anggota DPRD Kabupaten Blora yang baru saja pulang kunker dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) menolak diperiksa kesehatan terkait virus Corona atau COVID-19 ramai dibahas. Anggota DPRD Blora menyebut pihaknya paranoid (parno) dibius lalu dirampok hingga berdalih punya privasi.
Dalam video yang beredar viral itu terlihat seorang anggota DPRD Blora yang memakai kemeja biru dan bertopi hitam. Pria itu berdebat dengan seorang petugas kesehatan yang memakai kemeja hitam dengan motif bunga warna kuning.
Anggota DPRD Blora yang berdebat itu bernama Warsit dari fraksi Hanura. Kemudian petugas medis dari Dinas Kesehatan Blora yang 'dimarahi' anggota DPRD Blora itu bernama Edi Sucipto. Sucipto merupakan Kepala Bidang Pencegahan Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan Permukiman (P3PLP).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam video adu mulut Warsit dengan Sucipto itu terdengar pertanyaan soal surat tugas untuk mengecek kesehatan. Selain itu juga menyandingkan anggota DPRD dengan bupati.
"Kita keberatan diperiksa di sini. Kita ini DPRD setingkat bupati, bukan anak gembala. Bagaimana ini SOP-nya? Harus jelas. Jangan seperti ini. Kita ke Lombok juga menjalankan tugas negara," kata Warsit dalam video itu.
Dalam video itu Sucipto tak banyak menjawab dengan kata-kata. Sucipto banyak menjawab dengan mengangguk dan beberapa kali pernyataannya disela sebelum selesai.
Dimintai konfirmasi, Warsit, mengaku menolak dicek kesehatan karena dilakukan di Terminal Padangan, Bojonegoro. Dia menyinggung soal privasi anggota dewan.
"Kok pemeriksaan digelar di tempat terbuka, kok tidak di rumah sakit. Padahal kami juga punya privasi kan," kata Warsit kepada wartawan di Blora, Jumat (20/3/2020).
Warsit juga menyebut suasana di Terminal Padangan, Bojonegoro juga ramai. Pihaknya parno jika ada oknum yang punya niat jahat kepada dia dan rekan-rekannya sesama anggota dewan.
"Situasinya ramai, makanya untuk berjaga-jaga kami menolak diperiksa di tempat. Takutnya kalau ada seseorang yang bukan dari rombongan tim pemeriksa memanfaatkan keadaan. Seperti menyemprotkan cairan berisi bius," terangnya.
Warsit mengaku perlu berjaga-jaga untuk menghindari upaya perampokan. Dia mengaku takut dibius lalu dirampok.
"Saya berjaga-jaga, kalau dibius lalu harta dirampasin, dirampok, bagaimana?" cetusnya.
Terpisah, pihak Dinkes Kabupaten Blora juga mengakui kelalaian petugasnya yang lupa membawa surat tugas. Pihak Dinkes pun meminta maaf.
"Ya sebetulnya harus pakai surat tugas, kalau memang itu ada kesalahan itu harus kami cek lagi, dan saya akui juga lupa, yang jelas kita kan ini gerak cepat. Kami seperti ini kan kita misalnya mau menyemprot disinfektan di mana-mana, surat-surat juga terbawa ke sana, tapi kalau memang misalnya ada kelewatan ini kami minta maaf," papar Plt Kepala Dinas Kesehatan Blora Lilik Hermanto.
Senada dengan Lilik, Sekda Blora I Komang Gede Irawadi meminta masalah ini tak lagi diperpanjang. Pihaknya siap mengevaluasi tata cara penyampaian tes kesehatan agar lebih bijak, sehingga tidak memicu polemik.
"Karena memang kurang sesuai, nanti kita coba evaluasi yang lebih baik," jelas Komang.
Dari informasi yang dihimpun kunker anggota DPRD Blora ini dilaksanakan selama empat hari terhitung sejak Senin (16/3) kemarin. Dari 45 anggota di DPRD Blora, 37 anggota ikut kunjungan kerja ke Lombok.
Beberapa di antaranya mengajak istri dan anaknya. Kunker ke Lombok ini untuk studi banding alat kelengkapan dewan (AKD) non-komisi.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini