Peringatan kenaikan tahta atau Tingalan Jumenengan Dalem Raja Keraton Kasunanan Surakarta SISKS Pakubuwono (PB) XIII kembali digelar. Tak seperti biasa, peringatan kali ini hanya digelar secara terbatas terkait dengan kondisi pandemi Virus Corona atau COVID-19.
Peringatan yang rutin digelar setiap tanggal 25 Rejeb dalam kalender Jawa ini terpaksa hanya diikuti sekitar 100 orang. Padahal biasanya, Tingalan Jumenengan bisa diikuti ribuan orang.
Hal tersebut dilakukan lantaran adanya wabah virus Corona COVID-19 yang sudah berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) di Solo. Tamu yang datang hanya dari kerabat, sentana dalem dan abdi dalem.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya membatasi jumlah peserta, keraton juga menerapkan cara pencegahan virus Corona seperti pengecekan suhu badan. Tamu yang hadir diminta mencuci tangan dengan hand sanitizer yang sudah disiapkan di pintu masuk.
Penyelenggaraan acara pun digelar lebih singkat dari biasanya, yakni sekitar dua jam. Tari Bedhaya Ketawang yang menjadi rangkaian utama acara juga hanya berlangsung singkat.
"Tadi acaranya mulai jam 09.00 WIB. Jam 11.00 WIB sudah pada keluar. Pesertanya ada 100-an orang, sesuai yang dilaporkan abdi dalem," kata Camat Pasar Kliwon, Ari Dwi Daryatmo yang memantau acara tersebut.
Sementara itu Ketua Tim Hukum, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KPPA Ferry Firman Nurwahyu Pradotoningrat mengatakan acara tetap berlangsung karena terkait upacara adat yang waktunya telah ditetapkan.
"Ya ini untuk melayani abdi dalem maupun sentana dalem yang datang pada waktu ini, karena sesuai dengan jadwal kenaikan tahta raja," kata Ferry.
Menurutnya, tamu-tamu undangan sudah diberi informasi pembatalan acara hajatan Tingalan Jumenengan. Rencananya, hajatan besar Tingalan Jumenengan kemungkinan akan tetap digelar dalam waktu yang belum ditentukan.
"Sinuhun (sapaan raja) pun prihatin dengan kondisi wabah Corona ini, maka undangan dibatalkan, hajatan besar ditunda. Tapi kemungkinan bisa digelar bisa tidak, tunggu perkembangan dari pemerintah," tutupnya.