Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para menteri dan Gugus Tugas COVID-19 segera melakukan rapid test massal virus Corona. Daerah mana yang akan menjadi prioritas untuk digelar rapid test?
Berdasarkan data per 18 Maret pukul 12.00 WIB sampai 19 Maret pukul 12.00 WIB kasus positif virus Corona di Indonesia sebanyak 309. Jakarta menempati posisi pertama dengan 210 kasus, disusul Banten 27 kasus.
"Ya kan keluarganya yang paling juga banyak di Jakarta sama Banten. Ya kalau misalnya di satu kota nggak ada yang positif, terus apa yang di-rapid? Kan logikanya begitu saja toh," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona, Achmad Yurianto. Achmad menjawab pertanyaan apakah rapid test akan diprioritaskan di Jakarta dan Banten.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Achmad menyebut pelaksanaan rapid tes akan diserahkan ke daerah. Sebab, sebut dia, personel pemerintah pusat terbatas.
"Ya semuanya diserahkan ke daerah lah, kalau semuanya pusat, wong pusat orangnya cuma berapa ekor," jelasnya.
Yuri, sapaan akrab Achmad, mengatakan pemerintah akan memastikan ketersediaan alat rapid test. Namun, sebut dia, pemerintah akan mengedukasi masyarakat lebih dulu sebelum rapid test dilakukan.
"Karena rapid test itu nggak sembarangan juga. Kalau semuanya positif, terus semuanya mau masuk rumah sakit (RS), rumah sakit berapa yang mau dipakai?" tutur Yuri.
"Kan harus didahului dengan memberikan edukasi ke masyarakat tentang self isolation. Sehingga kalau testnya positif, tanpa gejala, atau gejalanya minimal, ya, sudah isolasi diri di rumah yang sudah diajarkan sebelumnya. Nah, kalau self isolation-nya belum diajari, langsung main periksa, sudah numpuk itu rumah sakit, bubar," imbuhnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta agar rapid test segera dilakukan. Yuri mengatakan rapid test yang nantinya akan diterapkan pemerintah akan dikonfirmasi dengan tes Polymerase Chain Reaction (PCR).
"Sudah barang tentu di dalam self-monitoring atau pada saat rapid test massal ini kita temukan kasus positif, disertai gejala-gejala moderat, gejala-gejala sakit yang sedang, maka harus tetap dilakukan konfirmasi dengan menggunakan pemeriksaan PCR. Karena ini menjadi penting, PCR memiliki sensitivitas yang jauh lebih tinggi dibanding pemeriksaan rapid," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto, di Graha BNPB, Jakarta Timur, Kamis (19/3).