Getty Images
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Uni Eropa akan melarang pengunjung dari luar Uni Eropa selama 30 hari, sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, di tengah krisis pandemi Covid-19.
Langkah ini berlaku untuk 26 negara Uni Eropa serta Islandia, Liechtenstein, Norwegia dan Swiss.
Warga negara Inggris tidak akan terpengaruh kebijakan ini.
- 'Kami harus memilih pasien mana yang dirawat atau tidak rawat, layaknya ketika perang'
- Malaysia segera terapkan 'lockdown', AS dijadwalkan uji coba vaksin virus corona
- Pemerintah larang pengunjung dari negara-negara ini masuk ke dan transit di Indonesia
Eropa terdampak cukup parah oleh pandemi yang telah menewaskan 7.500 orang secara global.
Sementara itu, kompetisi sepakbola Piala Eropa 2020 ditunda satu tahun.
Virus ini telah menginfeksi lebih dari 185.000 orang di seluruh dunia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO.
Semua rumah sakit di Italia bagian utara telah mendirikan bagian tambahan untuk menampung ranjang lebih banyak. (Getty Images)
Apa yang akan dilakukan Uni Eropa?
Larangan perjalanan ini akan mempengaruhi semua warga negara non-Uni Eropa yang akan mengunjungi wilayah itu, kecuali penduduk yang telah tinggal lama di sana (long-term resident), anggota keluarga warga negara Uni Eropa dan diplomat, pekerja lintas batas dan layanan kesehatan, dan orang yang mengangkut barang.
Perjalanan gratis di wilayah Uni Eropa adalah suatu hal yang digemari banyak orang, karena dengan visa Schengen, mereka bisa mengelilingi wilayah itu.
Tetapi dalam beberapa hari terakhir, banyak negara secara sepihak memberlakukan penutupan perbatasan penuh atau sebagian dalam upaya menghentikan penyebaran virus corona.
Hal itu mendorong komisi Uni Eropa untuk mengusulkan agar blok itu bertindak bersamaan dan membatasi masuknya orang-orang non-Uni Eropa secara keseluruhan, atas desakan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Langkah-langkah tersebut disepakati dalam konferensi video antara para pemimpin Uni Eropa Selasa sore (17/03) dan akan dilaksanakan oleh negara-negara anggota.
"(Pemimpin) negara-negara itu mengatakan akan segera melakukan itu," kata Ketua Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen, pada konferensi pers.
"Ini bagus, sehingga kita memiliki pendekatan dengan suara bulat dan bersatu [di mana] perbatasan eksternal menjadi persoalan."
Inggris dan Republik Irlandia - yang bukan merupakan bagian dari Schengen - akan diundang untuk bergabung dalam langkah tersebut.
Penting juga bahwa Uni Eropa "membuka blokir" sehubungan dengan perbatasan internal yang tertutup, kata Von der Leyen, karena "terlalu banyak orang yang tidak bisa meneruskan perjalanan".
Bagaimana keadaan di Italia?
Sejumlah negara di Eropa, khususnya Italia, sangat terdampak wabah corona.
Lebih dari 2.000 orang telah meninggal dunia akibat penyakit itu di Italia.
Sebelumnya, wartawan BBC World Service, memberitakan wajah Italia yang terlihat berbeda setelah terjadinya wabah corona.
Jalanan dan restoran kosong. Bioskop dan museum ditutup. Hanya apotek dan swalayan yang buka dan disesaki pengunjung.
- Korea Selatan siaga 'level tertinggi' virus corona, pembatasan ketat di Italia dan penutupan perbatasan Iran
- Virus corona: Italia perluas karantina ke seluruh wilayahnya, KBRI akan minta akses jika ada WNI terpapar
- Masyarakat Italia 'dihantui' virus corona, turis dan warga keturunan China menjadi sasaran sentimen rasis
Pemerintah Italia memutuskan untuk menutup wilayah mereka secara nasional untuk menanggulangi penyebaran virus corona. Warga Italia tidak diizinkan berpergian kecuali untuk alasan gawat darurat atau pekerjaan tertentu.
Setiap orang yang terbukti melanggar larangan itu dapat dijatuhi denda atau dipenjara.
"Setiap orang harus mengalah untuk melindungi kesehatan publik," ujar Perdana Menteri Giuseppe Conte.
Walau begitu, mendorong penduduk negara ini untuk merelakan sementara kehidupan yang menyenangkan bukan perkara mudah.
Menyantap jajanan dan minuman bersama-sama dengan kawan dan keluarga di luar rumah merupakan kebiasaan umum masyarakat Italia. (Getty Images)
Mengubah gaya hidup
Masyarakat Italia gemar berada di luar ruangan dan menikmati hari, baik bermain sepakbola di taman atau menyantap es krim di pantai. Mereka benar-benar memanfaatkan waktu untuk bersenang-senang.
Kebiasaan 'aperitivo' alias minum-minum atau jajan di luar rumah setelah jam kerja bersama kawan dan sanak famili adalah salah satu ciri masyarakat Italia. Kebiasaan itu mereka lakukan sebelum pulang untuk makan malam di rumah.
Namun 'ritual' warga Italia itu kini tidak bisa dilakukan. Bar dan restoran diperintahkan pemerintah untuk tutup pukul 6 sore.
Pemerintah Italia meminta warga mereka untuk tidak berpergian. (Reuters)
Ada stereotipe bahwa orang Italia berbicara dengan tangan mereka. Walau itu mungkin tidak berlaku untuk semua orang Italia, mereka jelas merupakan kelompok masyarakat yang mengekspresikan diri dengan menyentuh orang lain. Ciuman di pipi biasa mereka lakukan saat bertemu kolega.
Sekarang mereka diminta untuk menjaga jarak aman setidaknya satu meter dari orang lain.
Bahkan istirahat pendek di sela kegiatan juga dilarang. Mereka diminta meninggalkan kebiasaan memesan dan meneguk espresso dengan cepat di sudut kafe sambil berbincang dengan kawan.
Banyak kafe di Roma saat ini hanya menerima tiga pelanggan dalam satu waktu yang sama.
Jalanan di kota-kota Italia yang biasanya disesaki turis kini sepi. (Getty Images)
Melanggar aturan
Pekan lalu, ketika wilayah karantina masih terbatas di sejumlah wilayah bagian Italia utara, muncul kemarahan di kalangan muda-mudi di kawasan Italia lainnya.
Meski penduduk lanjut usia pada umumnya waspada, banyak warga Italia di bawah 30 tahun tetap beraktivitas di luar ruangan secara normal, termasuk menyantap ikan di pinggir pantai pada Minggu siang.
"Saya ingin melanjutkan hidup secara normal," kata Francesco, warga Napoli. "Kami muda dan tidak mungkin terjangkit virus," tuturnya.
Banyak warga Italia di sosial media mengutuk perilaku semacam itu sebagai sebuah keegoisan dan hal yang tidak bertanggung jawab.
Tagar #iostoacasa dan kalimat "Saya bertahan di rumah" digunakan untuk mendorong publik Italia tidak berpergian.
Menikmati es krim merupakan aktivitas yang sangat digemari warga Italia. (Getty Images)
Walau penutupan wilayah di Italia diperluas secara nasional, sejumlah laporan menyebut semakin banyak orang yang melanggar ketentuan tersebut.
Dua perempuan mengunggah video ke Instagram, memperlihatkan mereka berada di sebuah bar, tengah berbincang tentang cara melanggar aturan jam malam.
Dan dua laki-laki berusia 20-an tahun tertangkap berusaha berpergian dengan pesawat dari Bologna untuk liburan ke Madrid, Spanyol.
Tidak jelas bagaimana pemerintah Italia akan menegakkan aturan yang mereka buat. Otoritas setempat selama ini sulit meloloskan legislasi. Italia juga dikenal sebagai negara yang menganggap hukum sebagai saran semata.
Gereja di Italia diizinkan untuk tetap buka, tapi pastor dilarang menggelar misa. (Getty Images)
Perasaan publik
Italia adalah negara dengan tradisi Katolik kental. Sebagian warga mereka masih sulit menerima bahwa gereja dilarang menggelar misa walau mereka masih tetap boleh membuka gereja untuk umat.
Paus Francis pun menyampaikan khotbah mingguannya melalui video.
"Ini tidak pernah terjadi sebelumnya," kata Laura, warga Roma. "Bahkan selama Perang Dunia II, kami masih bisa mengikuti misa setiap Minggu dan merasakan keberadaan sebuah komunitas."
"Akan tetapi sekarang saya merasa terisolasi," ujarnya.
Konsekuensi yang paling menyakitkan adalah larangan menyelenggarakan pemakaman. Hanya seremoni penguburan singkat dengan jumlah orang terbatas yang diizinkan--itu pun tanpa misa requiem.
Masyarakat Italia dilarang saling berpelukan atau bersentuhan tangan. Satu meter adalah jarak aman yang wajib ditaati jika warga saling berjumpa.
Mengubah perilaku alami secara drastis tidak mudah bagi kebanyakan orang Italia. Butuh waktu untuk meyakinkan mereka bahwa penyebaran virus corona harus ditanggapi secara serius.
(nvc/nvc)