Gerakan Bersih-bersih Selama Corona Mewabah, Bisakah RI Tiru Singapura?

Gerakan Bersih-bersih Selama Corona Mewabah, Bisakah RI Tiru Singapura?

Pasti Liberti Mappapa - detikNews
Jumat, 13 Mar 2020 21:40 WIB
Masjid Istiqlal tak ketinggalan menyiapkan diri dalam rangka mencegah penyebaran virus corona. Ruangan di masjid itu pun disterilisasi oleh petugas.
Foto: Agung Pambudhy/detikcom
Jakarta -

Gerakan bersih-bersih dilakukan di beberapa masjid, termasuk Masjid Istiqlal, Jakarta, sebelum ibadah salat Jumat (13/3/2020) sebagai langkah pencegahan penyebaran virus Corona. Di Masjid Istiqlal, proses sterilisasi dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama sejumlah menteri.

Sterilisasi dilakukan dengan penyemprotan cairan disinfektan ke lantai masjid hingga lemari tempat penyimpanan Al-Qur'an. Proses serupa juga dilakukan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta serta sejumlah bandara lainnya di beberapa kota.

Pakar epidemiologi Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif, menyatakan dengan semakin bertambahnya jumlah orang yang dinyatakan positif terjangkit COVID-19, sudah selayaknya setiap pengelola ruang publik mengambil inisiatif melakukan pembersihan dan pencegahan infeksi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pembersihan minimal sekali sehari. Kalau bisa dua kali jauh lebih baik," ujar Syahrizal. Dia mengatakan proses sterilisasi tidak memberatkan secara finansial. Karena bahan bakunya terbilang cukup terjangkau. "Bahannya tidak mahal kok, tapi sangat efektif."

Proses bersih-bersih yang dijalankan, menurut Syahrizal, juga akan menumbuhkan ketenangan dan memberi kenyamanan bagi para pengunjung ruang publik. "Nyaman karena bersih sekaligus tenang karena pengunjung melihat ada upaya melakukan disinfektan," ujar pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI itu.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, Laura Navika Yamani, dosen Epidemiologi Molekular Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, mengatakan saat ini posisi penyebaran dikhawatirkan sudah melalui transmisi lokal.

Kalau sudah seperti ini, akan sulit untuk dilacak riwayat paparannya. "Karena itu, dibutuhkan upaya yang lebih masif, agresif, dan intensif," ujarnya.

Laura menyebut proses sterilisasi di sejumlah ruang publik merupakan salah satu langkah untuk mengerem laju penyebaran virus. Namun dia mengingatkan agar gerakan bersih-bersih ini bukan hanya kegiatan seremonial. "Tak bisa dilakukan sekali saja. Harus rutin," ujarnya.

Pemerintah, menurut Laura, juga harus mengedukasi masyarakat untuk menghindari keramaian. Dan yang terpenting, menurut doktor lulusan Universitas KObe, Jepang, ini, harus ada gerakan mandiri dari tiap orang menerapkan perilaku hidup yang bersih dan sehat.

"Kalau kita hanya mengandalkan pemerintah, rasanya kurang masif. Masyarakat harus bisa menjaga diri sendiri. Kalau diri kita tidak tertular, berarti kita mengamankan yang lain," kata Laura.

Namun bicara soal bersih-bersih, Indonesia harus belajar banyak dari Singapura. Otoritas Singapura selangkah lebih maju soal bersih-bersih ini. Negara jiran ini bahkan sudah membentuk gugus tugas khusus menangani kebersihan yang diberi nama SG Clean pada 6 Maret lalu. Gugus tugas lintas sektor ini dipimpin Menteri Lingkungan dan Sumber Daya Air Masagos Zukifli.

Gugus tugas SG Clean ini berada di bawah kendali gugus tugas lintas kementerian untuk COVID-19 yang dipimpin Menteri Kesehatan Gan Kim Yong dan Menteri Pembangunan Nasional Lawrance Wong. Pemerintah Singapura sudah membentuk gugus tugas COVID-19 sejak 22 Januari 2020 lalu.

Perdana Menteri Lee Hsien Loong juga menekankan pentingnya kebersihan dan dalam memperlambat penyebaran COVID-19. "Kami telah cukup berhasil mengidentifikasi pasien, melacak kontak dan klaster," kata Lee.

"Kami akan terus melakukan ini. Tapi kami juga perlu memperlambat penyebaran virus, dan itu berarti kami harus meningkatkan standar kebersihan. Standar kebersihan yang lebih baik harus menjadi garis pertahanan pertama kita," kata Lee.

Gugus tugas ini diberi tanggung jawab memastikan kebersihan ruang-ruang publik. Badan Lingkungan Hidup Nasional dan Badan Pangan Singapura yang berada dalam Gugus Tugas SG Clean juga bekerja sama dengan 3.000 lebih pusat-pusat jajanan serta kedai-kedai kopi untuk sertifikasi kebersihan tersebut.

Hal yang sama dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan, transportasi publik, serta institusi pendidikan dan kesehatan. Setiap ruang publik akan mendapat tanda SG Clean setelah melalui proses diaudit dan mendapat sertifikasi kebersihan dengan indikator-indikator tertentu.

Salah satu indikator yakni pembersihan menggunakan disinfektan pada titik-titik yang paling banyak disentuh. Kemudian kebersihan toilet. Pengelola ruang publik wajib menyediakan sabun pencuci tangan. Kewajiban mengontrol hama juga disyaratkan untuk mendapatkan sertifikasi SG Clean.

Pemerintah Singapura bahkan berencana melakukan amandemen Undang-Undang Lingkungan Kesehatan Masyarakat untuk menaikkan level standar kebersihan. Standar kebersihan wajib akan dikenalkan termasuk pembersihan rutin dan disinfeksi pada area publik yang paling sering disentuh seperti toilet.

Masagos menyatakan Gugus Tugas SG Clean merupakan kampanye kebersihan jangka panjang. "SG Clean bukan hanya untuk COVID-19," ujarnya. Rupanya Singapura sudah bersiap-siap untuk wabah yang mungkin saja bisa terjadi di masa depan.

Halaman 2 dari 4
(pal/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads